Bab 17 - Haris, Ikan Tersayang.

20K 1.3K 129
                                    

Pernah terbuang ketika masa internship membuat Haris cukup mandiri prihal mengerjakan kegiatan rumah tangga; memasak, membersihkan rumah, mencuci, menjemur, menyetrika, dan masih banyak lagi.

Dihukum Alysa bukan menjadi hal berarti. Meski lelah, Haris tahu Alysa juga capek harus mengepel rumah besar orang tuanya. Haris memang ingin membantu sang istri.

Lida
Ris elo jaga malem?

Haris
Iya

Lida
Sekrng udh balik lo?

Haris
Udah

Lida
Gue mau bahas hal penting terutana ttg lo sama alysa. Ini penting

"Kak Haris!" Panggilan Alysa dari dapur membuat Haris harus meninggalkan room chat Lida.

"Ke sini," pinta Alysa.

"Apa?" tanya Haris dengan wajah datar.

Alysa menyengir. "Kak, Alysa gak tahu cara ngidupin kompor. Udah diputer berkali-kali, tapi tetap aja gak mau hidup."

Haris tidak berkomentar. Ia mengambil alih. Dalam sekali gerakan api muncul dari sumbu. Entah kenapa Fida tidak memakai kompor listrik saja.

"Hehe..., Alysa gak tahu kalo ternyata harus ditekan baru diputer. Pantesan diputer-puter gak bisa. Ini kompor merk apa sih? Masa nggak ada cara pemakaiannya? Payah!" cerocos Alysa malah menyalahkan pabrik. Padahal emang dasar Alysa aja yang gak bisa.

Tanpa berkata apa pun, Haris melangkah menuju ruang keluarga. Belum sempat duduk di sofa, Alysa memanggil lagi. "Kakak, minyak gorengnya di mana, ya? Alysa mau masak telur mata sapi."

Haris membukakan lemari dapur. Memberikan satu bungkus minyak goreng satu literan."Makasih loh, Kak. Habis Bunda naruh minyak goreng di situ. Alysakan gak tahu hehe ..."

"Hmm...." Haris berdeham, mengiakan ucapan terima kasih gadis itu. Ia berjalan lagi menuju ruang keluarga.

"Aaaaaaaaaaa!!!" Jeritan Alysa berhasil membuat Haris terbirit-birit balik ke dapur. Haris langsung mematikan kompor begitu melihat telur dadar berubah warna menjadi hitam.

"Kakak, Alysa gak bisa masak. Kita makan di luar saja, ya?"

Haris memutar mata jengah. "Ya." Lelaki itu menatap punggung Alysa yang sudah berlari dengan girang. Bebas dari masalah dapur yang superumit bin ajaib. Haris menggaruk-garuk kepala. Harusnya ia sadar kalau ketidakbisaan Alysa dalam memasak separah itu. Namun itu tidak menjadi masalah baginya. Sejak awal dia tidak ingin menjadikan perempuan itu sebagai babu, melainkan ratu.

"Sa, kita salat dhuhur berjamaah dulu di masjid. Kakak juga mau mandi. Sekalian habis ini kita pacaran."

"Pacaran?"

"Bukunya udah sampai, kan?"

Tadi pagi Haris mengirim foto buku UNBK. Katanya dia akan mengajak Alysa pacaran di perpusatakaan.

* * *

Mata Alysa tersenyum riang begitu melihat ikan yang menyambut makanannya. Butir-butiran kecil itu terus ia hamburkan, beberapa ada yang berhasil masuk di mulut ikan dan beberapa masih mengapung di air.

"Ikan kalian pernah kesel gak?"

"Aku kesel banget sama Kak Haris. Iya Kak Haris, ikan tersayang gue, raja dari segala ikan, " Alysa berhenti sekejap untuk berpindah dari sisi timur ke sisi barat kolam, "Dulu ikan lebih penting daripada pacar. Tapi sekarang gak bisa lagi. Ada ikan yang menjelma menjadi manusia dan berhasil membuat hatiku gak setia lagi sama kalian."

Kalau perempuan pada umumnya suka sama kucing. Berbeda dengan Alysa. Dia sangat suka ikan. Semua jenis ikan dia suka. Sampai-sampai ia tidak mau makan lauk ikan. Katanya tidak tega.

"Aku kesel sama Kak Haris gara-gara dia nyuruh aku belajar terus. Bayangkan gak ketemu dua hari dua malam malah ngajak belajar." Sesi curhat dengan ikan restoran belum juga berakhir.

Tiba-tiba Haris mengacak rambutnya. Lelaki itu sudah selesai membayar makanan. "Gak usah curhat terus."

Alysa manyun sambil merapikan tatanan rambut kembali. Haris tertular habit Farel yang hobi mengacak rambutnya. "Seengaknya ikan itu mengerti perasaan Alysa dibanding kakak."

"Ikan cuma berenang gitu. Gimana paham sama perasaan kamu?" Haris tidak terima. Dia juga mendengar kalau perempuan itu menyamakan dirinya dengan ikan.

"Ya bisa pokoknya."

"Kata kamu tadi Kakak mirip sama mereka." Meraka adalah ikan.

"Bibirnya. Kak Haris kalau mau nyosor bibirnya kayak gitu."

Haris menggeleng-geleng. "Ayo! Keburu tutup!" ajaknya setelah melihat jam tangan.

Alysa tidak menjawab. Wajahnya terlihat kesal. "Iya, belajarnya bentar saja. Emang mau ke mana?"

Seketika mimik Alysa berubah sumpringah. "Nanton bioskop gimana?" Sambil berjalan menuju mobil Alysa mencari jadwal tayang. "Film horor ini lagi rame Kak. Nonton yuk! Reviewnya bagus."

"Gak." Usualan Alysa langsung ditolak.

"Kenapa? Kak Haris takut nonton horor?" Mohon dimaklumi kalau Alysa tidak tahu karena selama bertunangan mereka jarang sekali pergi hanya berdua. Kencan? Nonton? Hal mustahil untuk diwujudkan ketika itu.

"Enggak."

"Terus nonton apa dong."

"Kalo mau liat ikan ke Jakarta Aquarium aja."

"Ok. Mau bangeeeet."

Saat Haris hendak menghidupkan mesin mobil, ponselnya berdering. Panggilan dari rumah sakit. Pasien VIP membutuhkannya. Di sela panggilannya dengan pihak RS yang masih tersambung, Lida mengirim pesan lagi.

Lida
Ris ini tentang masa depan Alysa. Lo harus ke sini, temuin gue. Gue gak bercanda ya. Gue serius.

***

Lanjut kapan nih?

Spam nama Haris!!!

Lida mau apa ya?

Gimana kalian menilai Lida?

Doctor Marriage [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang