Chapter 8

4.8K 708 27
                                    

[EDITED Apr 03, 2020]


Harry masuk ke dalam kamar Gemma dengan nafas terengah-engah. Ia mendapati gadis dengan rambut messy buns tertidur di duduknya. Seketika itu juga senyuman terlukis di wajah Harry. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia merindukan gadis ini. Gadis misterius yang datang dan pergi seenaknya sendiri, gadis misterius yang mampu membuat hidupnya kembali. "Kal, wake up." Harry menepuk pundak gadis itu perlahan.


"Hi, I'm so sorry. Aku ketiduran." Kal tersenyum saat ia terbangun dan mendapati Harry.


"No problem. How is she?" Tanya Harry. Mikaela tersenyum, ia tahu, Harry pasti khawatir dengan kondisi kakaknya. Bagaimanapun Gemma, ia adalah saudara kandung Harry.


"Dia baik-baik aja, thank goodness," jawab Kal, "tadi dokter udah menjait luka yang ada di kepala Gemma. They gave her some painkillers, so she might be asleep for quite some time. Obatnya juga membantu proses penyembuhan, sih. Jadi, kita tunggu aja," tambahnya.


Harry hanya mengangguk mengerti, lalu mengambil kursi lain untuk duduk di hadapan Kal. "Gimana ceritanya kamu bisa ketemu Gemma?" Tanya Harry.


"Tadi aku nggak sengaja lihat ada kerumunan orang-orang di pinggir jalan dan aku lihat Gemma udah terbujur kaku dengan darah. Syukurlah lukanya nggak begitu parah dan yang menabraknya sudah bertanggung jawab. Dia yang mengurus semua biaya Gemma sampai pengobatannya selesai." Harry kembali mengangguk.


"Where have you been, Els?" Tanya Harry.


Kal mengernyitkan dahinya lalu terkekeh. "Apa katamu?" Tanyanya.


"Where have you been?" Tanya Harry lagi.


"Nggak, nggak. Bukan itu maksudku. Kamu manggil aku apa barusan?" Tanya Kal, kini giliran Harry yang mengerutkan dahi.


"Els?"


Dalam hati Kal tersenyum. "Ada urusan yang buat aku harus tinggal di rumah," ujarnya sembari tersenyum.


"Selama itu?" Tanya Harry.


Kal mengangkat bahunya sebagai jawaban. "Ya, gitu lah."


"Do you want some cappuccino?" Tawar Harry. Kal berpikir sebentar lalu mengangguk sembari tersenyum. Ia mengambil leather jacket yang ia gunakan sebelumnya dan memakainya. Harry membukakan pintu untuk Kal. "After you."



•••



"Kalau semisal aku bilang aku kangen kamu, kamu bakalan ngetawain aku, nggak?" Tanya Harry. Kal tertawa lepas setelahnya, terlebih saat melihat ekspresi Harry yang mengerucutkan bibirnya dan mendecak kesal.


"Emang kamu beneran kangen sama aku?" Tanya Kal.


"Idih, nggak," Jawab Harry singkat. Ia masih tetap cemberut seperti saat Kal menertawakannya.


"Aku tahu kamu bohong," Kal tersenyum menanggapinya.


"Nggak." Harry membuang mukanya agar Kal tidak melihat wajahnya.


"Tuh, lihat, disini ada tulisan 'that's a lie'. Besaaar banget." Kal menunjuk dahi Harry, dan membuat huruf-huruf dengan telunjuknya.


"Els.." Harry menggenggam tangan Kal yang berada di dahinya.


"Stop calling me Els, Harry." Kini giliran Kal yang mendecak kesal.


"Why? Aku suka panggilan Els. It suits you well," kata Harry.


"Nggak biasa aja dengarnya. Aneh. Don't call me Els, please?" Pinta Kal.


"Oke, oke. Stick to Kal, then." Tangan Harry beranjak mengelus pipi Kal, Harry menyadari kulitnya lebih pucat dari kemarin-kemarin.


"Kamu lagi sakit, ya?" Tanya Harry, Kal buru-buru menggeleng. "Are you sure? Kal, you look pale," ujar Harry lagi.


"Iya, aku nggak apa-apa, kok." Kal tersenyum tipis.


"But seriously, though. Kamu kemana aja, Kal? Aku nggak lihat kamu beberapa hari ini di kampus. Kamu bahkan nggak muncul di kampus setelah kamu menemukan Lux malam itu," Harry menghela nafas panjang.


"Aku udah bilang, kan? Ada urusan penting yang buat aku nggak bisa ninggalin rumah," jawab Mikaela.


"Jangan pergi lagi, Kal. Please." Kal tersenyum, tangannya beranjak menggenggam tangan Harry yang mendekap pipinya.


"I can't promise you that, Harry. Aku akan pergi nggak lama lagi." Harry menggenggam tangan Kal erat-erat, mengisyaratkan gadis yang duduk di hadpannya sekarang untuk tidak pergi.


"Kamu mau kemana?" Tanya Harry.


"There are many thingsthat I cannot explain to you, yet," jawab Kal. Saat Harry hendakmengucapkan sesuatu membalas kalimat Kal, gadis itu justru bangkit dari tempatduduknya. "Kayaknya lebih baik kita kembali ke kamar Gemma, aku takut dia sadartapi nggak ada siapapun di ruangannya," ucap Kal setelahnya.

Ghost GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang