Chapter 11

4.7K 656 26
                                    

[EDITED Apr 03, 2020]


Gadis cantik yang terbujur kaku lengkap dengan perban yang melilit dahinya masih tidak menunjukkan tanda-tanda kesadarannya dari tidur panjangnya, sementara keluarganya masih cemas menunggu keadaan gadis itu.


Entah sudah air mata keberapa yang dijatuhkan Skylar di tangan kakaknya itu. Ia tidak bosan untuk menanyakan kabar, dan apa mimpi kakaknya yang sedang terbujur kaku disana.


"Semalam aku mimpi kita lagi window shopping di Harrods. Kamu nggak kangen masa-masa itu, Kal?" Sky menciumi tangan kakaknya, sementara Eliza menatap kedua anak gadisnya dengan tatapan nanar.


"Kapan kamu lelah tidur dan bangun buat bantu aku ngerjain tugas-tugasku, Kal?" Tanya Sky tanpa ada jawaban dari kakaknya.


"Sky, udah lah.. Berhenti menangisi Mikaela dan terus berdoa.." Eliza mengusap-usap punggung Skylar.


Tetapi ia terkesiap kemudian saat Mikaela menggenggam tangannya erat-erat.



•••



Seminggu setelah kepulangan Gemma dan kepergian Mikaela, Harry tetap merindukan gadis itu. Sampai sekarang ia pun tidak tahu dimana gadis itu berada. Tidak ada sosoknya yang tiba-tiba muncul di rooftop kampus—dan Harry sudah pasti tahu ia tidak akan muncul tidak peduli berapa lama Harry akan menunggunya di rooftop, mengingat Kal mengatakan padanya bahwa ia akan pergi.


Tetapi sampai saat ini perkataannya pada malam itu yang mengatakan bahwa ia tidak nyata, masih terngiang di telinganya. Ia masih berusaha mencari arti kata kalimat itu di kamus manapun, termasuk kamus kehidupannya, but he just can't find it—nor did he find her.


"Harry, kamu udah dengar berita terbaru tentang Gwenn?" Liam yang saat ini sedang menemani Harry di kafetaria mencoba berbicara dengan kawannya. Ia khawatir dengan keadaan kawannya yang kembali pada masa-masa kelamnya kemarin karena kehilangan sosok gadis misterius itu.


"No, and I don't want to know either," balas Harry tanpa menatap kawannya.



"Kudengar ia dikeluarkan dari kampus karena terjerat kasus penjualan narkoba," balas Liam tanpa memperdulikan jawaban Harry. "Dan kabarnya, ia sedang hamil," tambah Liam. Sementara kawannya hanya menoleh menghadap Liam sebentar, dan kemudian memalingkan wajah lagi. "I'm telling you this because I want to give you a fair warning. Aku memperingatkanmu supaya tidak percaya dengan kata-kata Gwenn. Mulutnya seperti ular," katanya.


"Kenapa harus diperingatkan?" Tanya Harry masih menatap makanannya yang masih utuh, belum disentuh sedikitpun, dan tidak ada sama sekali niatan untuk menyentuhnya.


"Yaaa, bisa aja Gwenn menangis-nangis padamu dan mengaku-aku bahwa anak itu adalah hasil perbuatanmu," balas Liam lalu mengangkat bahu, "who knows? She's a drama queen, remember?" Harry mengangguk kemudian.


"Lagipula, aku hanya pernah berhubungan sex dengannya sekali. I used protection. I'm not stupid, Liam," jawab Harry, "and I didn't finish, though. Jadi, nggak mungkin dia hamil anakku." Liam justru tergelak mendengarnya.


"I can't believe that you could still remember that," balas Liam, Harry tersenyum tipis. Tipis sekali. "Those were days, man."


"Liam, kalau aku bilang aku ini nggak nyata, kira-kira kamu nganggap aku sebagai apa?" Tanya Harry tiba-tiba.


"Hantu? Setan? Apapun itu yang membuatmu benar-benar tidak nyata." Liam menatap Harry dengan tatapan aneh. "Kenapa? Kok tumben kamu nanya pertanyaan absurd?" Tanya Liam, Harry menggeleng sembari menyampirkan tasnya pada pundak kirinya dan mengambil jaketnya.


"Aku pergi dulu." Liam hanyamengangguk dan membiarkan sahabatnya pergi, meskipun mnyisakan tandatanya. Kenapa Harry bertanya seperti itu padaku?

Ghost GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang