[EDITED Apr 03, 2020]
"I'm glad you're okay." Eliza tidak henti-hentinya menciumi anak gadisnya yang baru sadar—tidak, ini sudah hari keempat dimana ia sadar dari tidur panjangnya.
"Apa perbanku ini tidak bisa dilepas, mum? Aku risih dengan perban ini." Kal mendengus kesal, sementara Sky tersenyum mendengarnya.
"Kalau dilepas sekarang, nanti bisa infeksi. Lukamu masih belum kering, sayang," jawab Eliza.
"Emangnya selama apa, sih, aku tertidur? Kepalaku, kok, jadi gampang pusing, ya." Ia memijit-mijit pelan kepalanya sendiri.
"Itu mungkin efek dari luka di kepalamu. Nggak ada hubungannya dengan satu bulan kamu tertidur," balas Sky.
"Satu bulan?" Tanya Mikaela setelah menelan makanan yang disediakan rumah sakit. Menurutnya itu tidak enak. Sama sekali tidak enak.
"Yaaa, kurang lebih, sih, satu bulan.. Atau mungkin lebih beberapa hari. Coba aja malam itu aku nggak pergi ke klub, aku nggak akan minta kamu buat jemput aku disana, dan kecelakaan itu nggak akan terjadi." Sky masih menyesali kejadian malam dimana Kal mengalami kecelakaan serius.
"Stop beating yourself up, Sky. It's not your fault. Kecelakaan itu sudah direncanakan oleh Tuhan," balas Kal.
"Oh ya, terus gimana kabar permintaan transfer jurusanku?" Tanya Kal.
"Well, mereka menerimamu di English Literature. Tetapi Ibu telah menceritakan keadaan yang sebenarnya bahwa kau kecelakaan hingga koma. Bahkan, dekanat Sara Wales menjengukmu kesini. Ia bilang, resikonya kamu harus mengejar mata kuliah yang terlewatkan," jawab Eliza lalu menyuapkan sendok terakhir dari makanan yang ada di piring Kal.
Kal tercengang mendengar nama Sara Wales. Nama itu seperti tidak asing. Siapa, ya? Batin Kal.
Tepat saat Kal menelan suapan terakhirnya, seorang dokter masuk bersama seorang yang hendak memeriksa keadaan Kal. "How are you feeling right now, Kal?" Tanya dokternya, Kal menelan airnya terlebih dahulu sebelum menjawab, "I feel fine. Kapan aku bisa pulang?" Tanya Kal, berharap dokter memberikan kabar gembira.
"Kalau obatmu sudah habis, baru kamu boleh pulang, oke?" Dokter tersenyum. "Tekanan darahnya normal, 120/80," ujar suster.
"Berarti setelah itu aku bisa beraktivitas seperti biasa?" Tanya Kal, lebih mengarah untuk dokternya.
"Tidak secara langsung. Kamu butuh pemulihan beberapa hari, and don't think too much," balas dokternya. Ia merasakan dé jávu pada kalimat terakhir yang diucapkan dokternya.
"I guess you'll be alright," Kal hanya mengangguk, "baiklah, kalau ada apa-apa hubungi suster segera." Eliza mengangguk mendengar ucapan dokter yang terakhir sebelum ia kamar Kal.
Gadis yang tengah terbaring itu masih memikirkan perkataan dokter itu tadi. Don't think too much.. Aku pernah mengatakan itu tapi dimana dan untuk siapa?
•••
"Masih belum ada kabar tentang Mikaela?" Tanya Gemma setelah menaruh coffee cupnya di meja. Adiknya menghembuskan nafas berat dan menggeleng pelan. "Well, aku rasa dia memang hantu." ujar Gemma, Harry tergelak kemudian.
Mana ada hantu yang menyelesaikan permasalahanku, Gem?
"But it seems so real," ujar Gemma lagi, ia menerawang pada saat dimana ia kecelakaan. Ia samar-samar melihat seorang gadis cantik yang mengaku sebagai adiknya dan berusaha membawanya ke rumah sakit terdekat saat ia tertabrak mobil beberapa minggu yang lalu.
"Yeah, tell me about it," balas Harry lalu memalingkan matanya, dan berhenti. Berhenti untuk menatap sesosok gadis yang ia kenal. Sesosok gadis yang tiba-tiba saja menghilang hampir 3 minggu yang lalu dan sukses membuatnya gila—lagi.
Tubuhnya terpaku saat kedua mata mereka bertemu. Ia hendak memanggil gadis itu, namun lidahnya kelu. Entah kenapa.
Sama halnya dengan gadis itu. Untuk kesekian kalinya ia merasa dé jávu. Namun kali ini lebih kuat daripada sebelumnya. Seakan mata hijau emerald itu pernah ia lihat. Seakan ia dapat merasakan tekstur lembut rambut ikal milik pria yang sedang menatap kearahnya.
Ya. Mereka kembali dipertemukan.
"Kal, are you alright? You look like you've seen a ghost," kata Sky sembari menjentikkan jari di hadapan wajah kakaknya. "C'mon, ini kopimu." Sky memberikan gelas kertas kopi milik Mikaela. "Ah, ya. Ayo." Kal mengamit lengan adiknya dan perlahan ia berjalan meninggalkan café itu.
Siapa laki-laki bermatahijau itu, ya? Kapan aku menyentuh rambut ikal itu? Aku sama sekali nggakmengenalnya dan dokter juga bilang aku nggak kena amnesia. Tetapi mata hijauitu terasa familiar sekali...

KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Girl
Fanfiction[AU] Saat seorang Harry Styles, cowok populer di kampusnya terbelit banyak masalah pribadi yang banyak menjadi penyebab berubahnya sikap dan sifatnya, bertemu dengan seorang gadis misterius yang bernama Mikaela Adams. Bagaimana jadinya kalau ternyat...