"Don! Akhirnya selesai juga!" teriak seorang cowok bernama Dimas. Dengan semangat, ia menuruni tangga, menghampiri sang kakak yang tengah menonton televisi.
"Ha? Apanya yang selesai?" tanya sang kakak, Doni.
"Lihat nih, aku udah buat rencana liburan kita," Dimas memperlihatkan catatan yang dibuatnya dan Doni pun membaca rencana-rencana yang tercantum dicatatan itu dengan serius.
"Sebanyak ini, Dim? Belum lagi liburan ke Jogja. Emang kamu punya uang buat liburan sampai ke Jogja?"
"Yah, tentu aja rencananya banyak, kan liburan kita juga panjang. Aku sih pingin aja liburan sama abangku ini ke Jogja, sekalian jenguk eyang. Kan asyik, Don. Muter-muter Jogja gitu."
Libur panjang di bulan Desember kali ini sungguh ingin dimanfaatkan dengan baik oleh Dimas, cowok semester 4 ini . Berbagai hal telah disusun Dimas, mulai kegiatan sederhana seperti main band, jalan-jalan, basket, futsal, hingga rencana berlibur ke Yogyakarta telah direncanakannya sedetail mungkin.
"Dim... Dim... kamu tuh kalau udah ada maunya, apa aja bisa jadi alasan."
"Oya, soal ongkos, kan ada kamu, Don yang punya banyak uang hehe...."
"Oh, jadi ngajak aku cuma buat bayarin kamu doang ha?! Nggak mau kalau gitu!"
"Hei...hei..., jangan ngambek dulu dong, abangku yang paling ganteng...," rajuk Dimas.
"Dasar kau ini!" Sebuah toyoran pun mendarat di kepala Dimas. Dan di detik berikutnya, mulailah perang bantal di antara keduanya.
Kira-kira, semacam itulah gambaran kedekatan Doni dan Dimas sebagai kakak dan adik. Selisih umur dua tahun tak menghalangi kedekatan mereka. Mereka berdua memiliki wajah dan perawakan bak model, maka tak heran banyak perempuan rela antre untuk menjadi pendamping mereka. Yah....paling tidak, dalam hal perempuan, mereka tak perlu perang bantal karena keduanya memiliki kriteria yang berbeda.
***
Dua hari sebelum keberangkatan Doni dan Dimas ke Yogyakarta.
Sore ini, Doni dan Dimas bersiap untuk bermain basket di lapangan yang terletak di kompleks perumahan mereka.
"Don, ayo cepetan mumpung nggak ujan nih!" teriak Dimas yang sudah siap dengan kaos, celana, dan sepatu olahraganya.
"Iya, bentar lagi. Aku masih cari bola basketnya nih. Di mana bolanya, Dim?" teriak Doni sambil terus mencari bola basket yang tidak ada di tempat seharusnya. Beberapa menit mencari, akhirnya, Doni menemukan bola basket di samping tangga. Ketika dia membungkuk untuk mengambil bola itu, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan matanya berkunang-kunang.
"Ayo, Don! Udah ketemu belum sih bolanya?" Dimas sudah semakin tidak sabar menunggu Doni.
Doni yang sudah berhasil menemukan bola basketnya segera turun menghampiri Dimas. Tinggal beberapa anak tangga lagi Doni sampai di bawah, tapi lagi-lagi ia merasa pusing dan seketika matanya gelap.
"DONI!!!"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O T H E R
Teen Fiction"Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali Kita berbincang tentang memori di masa itu Peluk tubuhku usapkan juga air mataku Kita terharu seakan tiada bertemu lagi ...." Sebuah Kisah Klasik - Sheila On 7 -