Bandara Adisucipto Yogyakarta membuka landasanya lebar-lebar menyambut pesawat yang ditumpangi Doni dan Dimas. Pendaratan mulus mengawali hari-hari mereka di Yogyakarta.
Doni dan Dimas sudah keluar dari bandara dan sedang mencari taksi untuk menuju ke rumah eyang. Tak berapa lama, mereka mendapatkan sebuah taksi kosong. Merekapun segera menghampiri taksi itu. Namun disaat bersamaan, seorang gadis bermata bulan sabit jugamenghampiri taksi itu dengan tergesa-gesa.
Brakk!!!
Dimas bertakbrakan dengan sang gadis dan jatuhlah tas mereka.
"Woew!!! Lihat-lihat dong kalau jalan!" bentak Dimas.
"Aduh mas, maaf," balas sang gadis yang masih shock.
Sementara Dimas dan sang gadis masih sama-sama kaget, Doni mengambil tas kedua orang itu, lalu menyerahkannya kepada sang pemilik. Ketika kesadaran Dimas dan sang gadis telah kembali, keduanya mengambil tas yang mereka dari tangan Doni. Betapa terkejutnya gadis itu ketika melihat wajah pria yang mengambilkan tasnya. Wajah itu serasa tak asing baginya.
"Mbak... Mbak...," Doni melambaikan tangan di depan wajah gadis itu.
"Ya... ya... Mas... Eh, maaf," ucap gadis itu lalu menundukan wajahnya karena malu.
"Apa ada yang luka, Mbak?" tanya Doni ramah.
"Ya, eh maksud saya tidak. Terima kasih," ucap sang gadis yang salah tingkah. Kemudian ia menatap Dimas, "Mas, sekali lagi saya minta maaf. Saya sedang buru-buru, jadi saya permisi dulu," lanjutnya sambil membuka pintu taksi di depannya.
"Hei, Mbak! Itu taksi kami!" teriak Dimas lagi. Namun sayang, perempuan itu sudah masuk ke dalam taksi dan melajulah taksi itu meninggalkan Dimas dan Doni.
"ARGHHHHH!!! Dasar cewek nggak ta...," teriakan Dimas terhenti ketika melihat mata kakaknya sudah melotot. "Hehehehe....," Dimas meringis. Doni hanya memberikan kode pada Dimas dengan matanya untuk melihat sekeliling. Dan ternyata mereka sudah menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar mereka.
***
Di dalam taksi yang ditumpangi sang gadis. Dia masih berusaha mengingat wajah pria yang baru saja ditemuinya. Dia memutar memori di otaknya dan dia ingat wajah pria itu pernah ia lihat di rumah sakit beberapa jam lalu ketika masih di Jakarta. Tak sadar, gadis itu membuat simpul kecil di bibir mungilnya.
***
Tahun ini adalah pertama kalinya Doni dan Dimas berangkat ke Jogja sendiri tanpa orang tua. Biasanya, mereka ke Jogja langsung bersama kedua orang tuanya untuk merayakan Natal. Biasanya mereka merayakan Natal paling lama hanya tiga hari di Jogja, tapi kali ini, seminggu sebelum Natal, Doni dan Dimas sudah ada di Jogja untuk menikmati liburan mereka.
Taksi Doni dan Dimas telah memasuki area perumahan elit di daerah Ring Road Utara. Taksi pun berhenti di sebuah rumah berpagar putih dengan angka 27 tertulis di bagian depan. Rumah dua lantai bernuansa klasik dan serba putih itu adalah rumah eyang Doni dan Dimas.
Setelah turun dan membayar ongkos taksi, Doni dan Dimas menekan bel rumah itu. Ting... Tong... Tak lama menunggu, seorang wanita setengah baya dengan daster biru membukakan gerbang.
"Mas Doni!!!! Mas Dimas!!!!" teriak wanita itu terkejut melihat Doni dan Dimas.
"Malam, Mbok Sum...," sapa Doni sambil menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Malam , Mbok Sum cantik...," goda Dimas.
"Malam mas-mas ganteng... Ya ampun kok bisa di sini?!"
"Hehehe... mau bikin kejutan buat eyang."
"Wah... ya sudah mari masuk. Eyang sedang menonton tv. Biar saya bawakan barang-barangnya."
"Makasih ya, Mbok... Dimas dan Doni ke dalam duluan," ucap Dimas setelah menyerahkan kopernya ke wanita yang mereka panggil Mbok Sum itu.
Masuklah Doni dan Dimas ke rumah yang bernuansa putih itu. Sesampainya di ruang tv, mereka langsung memeluk Eyang kesayangan mereka dari belakang, "Eyang!!!" seru keduanya.
"Doni... Dimas... Astaga!!!" seru sang Eyang yang tak kalah terkejutnya dengan Mbok Sum tadi. "Ya ampun... cucu-cucu Eyang yang ganteng-ganteng ini kenapa bisa di sini?" lanjut Eyang.
"Iya, Eyangku sayang... Dimas sama Doni mau bikin kejutan buat Eyang," Dimas dan Doni sudah duduk manis mengapit Eyang mereka. "Eyang seneng nggak Dimas dan Doni maen ke Jogja?" lanjut Dimas.
"Ya senenglah... seneng banget malahan. Tapi kok tumben kalian ke Jogja lebih cepet? Terus papa mama kalian mana?"
"Ini Yang, Dimas mau bisa maen lebih lama di Jogja dari sebelumnya. Jadi, Doni dan Dimas ke Jogja duluan. Besok mendekati Natal, baru papa mama nyusul," jelas Doni.
"Hmmmm... begitu. Ya sudah, kalian bersih-bersih dulu, terus kita makan. Eyang tunggu di ruang makan ya."
"Ok, Eyang sayang... Dimas dan Doni naik ke kamar dulu ya...," Dimas dan Doni meninggalkan eyang menuju kamar masing-masing untuk membersihkan diri.
***
Pukul 20.00. Ruang makan. Berbagai hidangan telah tersaji di meja makan. Eyang pun sudah menunggu kedua cucu kesayangannya untuk makan bersama. Tak lama kemudian, Doni dan Dimas sudah duduk di kursi masing-masing dan siap menyantap makanan lezat yang telah di siapkan Mbok Sum. Setelah berdoa, mulailah mereka makan.
"Eyang, Dimas pingin sesuatu yang berbeda deh dengan liburan kali ini," ucap Dimas disela kegiatan makannya.
"Maksudnya, Dim?" tanya Eyang tak mengerti.
"Hmmm, maksud Dimas gini, Yang. Kalau Dimas lagi liburan di Jakarta, biasanya kan Dimas paling liburannya kalau nggak ke Ancol ya mall. Jadi, Dimas pingin liburan di Jogja ini bisa refreeshing hati, otak, mata, dan...sebagainya. Hehehe...," jelas Dimas.
"Hmmm... Kamu mau main di sawah atau mandi di kali begitu?" timpal Eyang.
"Hahaha... Eyang ini, kayak nggak tau Dimas aja. Mana mau dia kotor-kotoran di sawah sampai mandi di kali?! Yang ada dia itu luluran, terus maen PS aja, Yang," cibir Doni.
"Wah... si abang satu ini mulai berulah! Minta dijepit lagi tuh kepala pakai ketek wangiku ha?!" ancam Dimas yang hanya ditanggapi dengan tawa renyah Doni dan Eyang. "Yang, jangan dengerin Doni! Dimas malah mau banget bisa maen di sawah apa mandi di kali. Serius!" lanjut Dimas.
"Iya...iya... sudah. Kalau Dimas beneran mau begitu, besok kalian pergi aja ke Kaliurang," kata Eyang.
"Kaliurang?" tanya Doni dan Dimas bersamaan.
"Iya, kalian belum pernah kan ke sana?" Doni dan Dimas kompak menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Eyang.
"Kaliurang itu semacam daerah Puncak. Letaknya di lereng Gunug Merapi. Kalau dari sini, paling satu jam juga sampai. Eyang ada villa kecil di sana...,"
"Villa?!" lagi-lagi Doni dan Dimas kompak terkejut.
"Kok Eyang nggak pernah bilang kalau punya villa di sana? Kalau tau dari dulu, pasti Dimas udah sering-sering maen ke Jogja hehe..."
"Ya kalian aja ke Jogja setahun sekali, paling banyak juga cuma dua kali. Eyang juga nggak pernah kepikiran kalau kalian mau maen ke Kaliurang."
"Terus di sana ada apa, Yang?" tanya Doni.
"Di sana, kalian bisa menikmati pemandangan kota Jogja. Udaranya sejuk tapi bisa jadi lebih dingin. Di sana nggak ada sawah, tapi kalian bisa main ke air terjun Tlogo Muncar. Orang-orang biasa menyebutnya Tlogo Putri."
"Air terjun?!" Kata Dimas dengan mata yang semakin berbinar. "Ok fix, Don! Kita besok ke sana!" lanjut Dimas bersemangat. Doni mengiyakan dengan seulas senyum dan anggukan kecil.
"Yes!" teriak Dimas kegirangan.
"Argh...,"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
B R O T H E R
Teen Fiction"Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali Kita berbincang tentang memori di masa itu Peluk tubuhku usapkan juga air mataku Kita terharu seakan tiada bertemu lagi ...." Sebuah Kisah Klasik - Sheila On 7 -