weird feeling

394 80 2
                                    

Calum's pov

Gue lagi ngeliatin Neva yang duduk sama temennya dipinggir lapangan sambil ngebaca buku ditangannya. Rasanya gue ga bosen bosen ngeliatin Neva terus, sampe pundak gue ditepok keras sama michael.

"I knew it, dude. You're lying."

Gue langsung berenti ngeliat Neva, dan natep michael bingung.

"Boong apaan, mik?"

"Lo sama Neva cuma pura pura 'kan? This isn't real?" Tanya michael. Gue ngangguk, ya mau gimana? Udah ketangkep basah. "Gue kira lo beneran tobat. Dan lo masih mainin cewe? Adeknya keenan lagi."

"Tapi mike," gue ngusap wajah gue kasar. "I think i really like her. It's like my old feeling is gone."

Michael nepok pundak gue lagi. "Gue seneng kalo lo bisa ngelupain masalah yang udah lewat itu. Ini udah setahun lebih, dan gue rasa dia juga nemu yang lain, cal."

Deep, anj

"Iya, lo bener." Gue ketawa miris. Percuma gue disini matahin hati cewe cewe, gue di cap player, gue pertahanin perasaan gue. Sedangkan, gue gatau dia gimana, apa dia masih sayang ama gue apa enggak.

Gue mengadah dan yang gue liat pertama itu senyum Neva. Dan itu buat gue sadar. Maybe she's my new home.

And I swear, I won't let that smile gone from her face.

Gue duduk dikursi mobil sambil ngeliatin Neva yang lagi fokus baca novel. Gue emang selalu ngajak dia berangkat dan balik bareng.

"Neva, lo mau makan?"

Neva nutup novelnya lalu menjentikan jarinya. "Mau es krim."

"Ih lo belom makan kan Nev dari tadi siang? Emang gak takut tuh maag kambuh apa?" Omel gue.

"Yaudah ke mc donalds aja." Neva berdecak. "Gue janji bakal makan nasi, tapi abis itu lo beliin gue 2 mcflurry, deal or not mr. Hood?" Dia ngulurin tangannya.

Gue dengan senang hati ngeraih tangan Neva. "Deal."

Neva tersenyum senang, sampe dia lupa kalo tangannya masih nyatu sama tangan gue. Freeze the time, please. Tapi ternyata nasib berkata lain.

"IHHHH LO NGAPAIN MEGANG TANGAN GUE TERUS, ANJIR?!"

Dia nyadar, pft. Dan dia langsung narik tangannya.

"Paan sih, nev? Lo aja yang ga ngelepasin tangan gue." Elak gue.

Neva mendengus. "Bodo."

Gue nyolek dagu Neva, dan langsung dapet tatapan tajem dari dia. "Baper ya nev?"

"Kagak."

"Lah trus apa?" Tanya gue sambil fokus menyetir. "Pms?"

Neva makin kesel. "Paan sih luu! Kagak gue ga pms. Masi lama, 7 hari lagi."

"Idih diitungin." Kata gue sambil bergidik.

Tapi gue langsung di pukul ama Neva. "Yailah lah bego! Biar antisipasi."

Gue berhentiin mobil. "Iya tuan putri." Gue ketawa kecil terus keluar dari mobil. Tapi Neva nahan tangan gue.

"Mau kemana?" Tanya nya.

Gue mengeryit. "Mau, makan. Emang mau kemana?" Gue nunjuk plang mcdonalds yang ga jauh dari tempat parkir.

Dia kaget, dan langsung ngelepas tangan gue. Dia nepok jidatnya. "Kenapa ga bilang sih, nju?"

"Salah sendiri ga nanya." Gue ngebukain pintu buat neva. "Eh tadi lu modus ya??"

Neva ngeliat gue sinis. "Modus paan si? Gue tadi kaget aja gitu, jadi reflek."

"Halah, masa??" Goda gue. "Kalo mau gandeng mah gandeng aja, mumpung free nih."

"Tai. Sok ganteng, najis." Dia langsung jalan ninggalin gue dibelakang.

"Eh nev!" Teriak gue.

Dia berenti trus ngebalik badannya. "Paan lu? Kalo mau ngegodain gue terus gak usah!"

Gue tersenyum dan ngangkat tangan gue ke atas. "This hand can be yours, anyway."

Selesai makan, gue ngajak Neva buat nonton film di bioskop. Gue maunya sih film film indo, tapi Neva keukeuh maunya nonton film Despicable me 3

untung sayang, nev.

"Yakin apa nonton film ini?" Tanya gue yang mungkin udah ke sepuluh kalinya.

"Bosen gue denger lo nanyain itu." Neva duduk sambil makan popcorn ditangannya.

"Lagian, kek bocah banget masa." Protes gue. Pasti, tuh studio isinya kebanyakan orang tua sama putrinya.

"Bodo ah, gue lagi kepengen." Kata Neva.

Gue akhirnya ga protes lagi. Gue duduk di hadapan Neva sambil nyomot popcorn Neva.

Gue merhatiin lekuk wajah Neva. Kayaknya gue pernah ketemu dia, di suatu tempat.

"Nev, lo suka baca buku ngga?" Tanya gue.

Neva naikin kedua bahunya. "Not really."

"Kita pernah ketemu ngga sih? Sebelum makan malem dirumah gue?" Gue ngeliat Neva yang lagi mikir.

"Di Pim bukan?" Jawabnya. Tapi dia langsung ngomong lagi. "Pernah ke toko buku yang keliatannya eye-catching?"

Gue ngangguk.

"Lo yang nyari novel hujan bukan? Kalo gasalah pas bulan April?" Tanya Neva.

Tuhkan, bener. Pantes kerasa familiar. Mungkin wajar kalo gue ga begitu inget, karena itu udah hampir kejadian 3 bulan lalu.

"Iya, pantes setiap ngeliat lo tuh kayak udah pernah ketemu, tapi lupa dimana." Jawab gue.

Neva terkekeh. "Beli buku buat siapa lo pas itu? Diva yak?"

"Kagak lah. Medusa kek dia mana doyan buku." Gue ngambil lagi popcorn Neva. "She's like to shopping too much. And i hate that."

"Setuju!" Neva mengacungkan telunjuknya. "I hate shopping too. If someone ask me to go to mall or forest? I'll choose forest."

Gue sadar, neva itu beda. Dia gak kayak cewek biasanya. Dia simple, walau tetep baperan sama galak sih.

Dan dia bener bener bertolak belakang sama Diva atau mantan mantan gue yang lain, dan mungkin itu yang buat gue tertarik.

"Um, what if i ask you to go to camping? Do you want it?" Tanya gue.

Mata Neva berbinar. "Gak nolak." Jawabnya cepat, sebelum pemberitahuan kalau studio film yang kita tonton udah dibuka.

She's different, and i like it so.

ok sip
baper mode on

toko buku • calumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang