pim

605 130 22
                                    

Neva melangkahkan kakinya ke sebuah mall di daerah Pondok Indah tersebut. Sebenarnya dia kesini karena telah janjian dengan Feta—teman satu jurusan Neva.

Feta berjanji akan mentraktir Neva untuk bermain ice skating. Dengan iming iming tersebut, Neva pun mengiyakan ajakan Feta, ya setidaknya hitung hitung menambah teman baru. Karna kebetulan dia hanya berteman dengan Luke.

"Nevaa!"

Neva melihat gadis berkulit coklat terang itu duduk disalah satu kursi coffee shop buatan Amerika. Who don't know starbucks, guys?

"Hai, fet."

"Ugh. Don't call me 'fet', neva. It's make me looks fat." Protes Feta.

Neva pun tertawa kecil. "Right, feta." Feta mengangguk lalu menawarkan Neva untuk memesan minuman.

Eeh buset, bae amat.

"Gausah lah. Gue ga enak ama lu."

Feta tersenyum. "Elah sans aja kali. Anggap aja ini hadiah buat lo karna mau jadi temen gue."

Neva mengeryit. "Kan banyak yang mau jadi temen lu, ta. Apa lagi badan lu perf, lo cantik, baik pula." Neva menarik nafas dalam lalu melanjutkan kalimatnya. "What's wrong, eh?"

Feta tertawa kecil. "Simply. They're think i'am crazy."

Rahang Neva terjatuh, dan matanya membulat. "Hah? Lah kok? Kenapa?"

"Gue terlalu tergila gila dengan jurusan gue—psikologi. Gue juga bingung mereka bilang gue gila dari sisi mana ya?" Feta tertawa kecut. Neva tau, ada kesedihan sendiri yang Feta pendam. Dan itu hanya feta yang tau.

Feta tersenyum "Yaudah lah ya. Ke skating place nya aja langsung, kuyy!"

"Nev, lu kenal Calum?"

Neva memberhentikan aksi meluncurnya di atas es. "Hah? Calung? Itu mah alat musik, ta"

Feta mengusap wajahnya. "Bukan, bego. Yang gue maksud Calum Hood anak kampus kita."

"Ohh. Enggak." Jawab Neva dengan tampang watados.

Feta menepuk jidatnya. "Lah gue kira lu tau."

"Gue kan anak baru. Mana gue tau dia siapa, ato anak mana. Bukan jurusan psikologi kan?" Ujar Neva yang hampir saja kehilangan keseimbangan.

"Bukan, jurusan management," Kata Feta sambil memperlambat laju nya. "Tapi dia famous banget, njir. Tebak berapa mantannya?"

Neva berfikir. Mengira ngira berapa banyak wanita yang mungkin dikencani oleh calum calum tersebut. "Umm. Palingan 5, iya ga?"

"Nol, bagi calum. Tapi bisa lebih dari 10 kalo kenyataannya." Kata Feta yang membuat Neva kaget.

"Gila sih tuh cowo," Kata Neva dengan posisi berseluncur menghadap Feta. "Jadi penas—AW."

"ANJIR BADAN GUE"

Feta membelalak saat melihat Neva meniban tubuh seseorang. Iya tubuh Neva menduduki tubuh cowo itu yang jatuh tengkurap. Mas mas penjaga nya pun datang untuk membantu Neva dan cowo itu berdiri.

"Eh sorry ya. Yaampun gue salfok tadi." Neva meminta maaf terus pada cowo tadi. menurut Neva cowo itu masih seumurannya, makanya ia berani berbicara dengan gue-elo.

Sementara Neva sibuk meminta maaf. Feta terkejut saat sadar siapa yang baru saja Neva tiban.

"Lu ada yang sakit? Kalo ada biar gue bawa ke rumah sakit, gitu? Atau—"

"Gue gapapa. Selo aja." Jawab cowo itu lalu pergi menjauh. Neva merasa pernah melihat cowo itu, tapi ia lupa dimana.

Setelah cowo tadi sudah benar benar jauh. Feta menarik Neva dan memegang bahu Neva. Membuat Neva bingung.

"Nev, lu tau gak siapa yang lu tiban tadi?"

Neva menggeleng. "Enggak. Tapi kayak pernah liat."

"He is Calum Hood, Nev. The cool-player in our university."

mimpi apa bisa niban calum ya?

toko buku • calumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang