"Ain't never felt this way.
Can't get enough so stay with me.
It's not like we got big plans."[ ILYSB - LANY ]
🦋
Niall membidik ring basket dan dengan tepat shooting yang dilakukannya kali ini berhasil. Ia bersorak dan menghampiri Victoria kemudian memeluk gadis itu erat-erat sambil mengajaknya berputar-putar.
"Kalau kau berhasil juga, kita pergi ke pasar malam." Niall mengerling sambil menyerahkan bola basket.
"Aku bisa, aku bisa! Aku yang paling jago dalam pelajaran olahraga!" Seru Victoria sambil merebut bola dari tangan Niall dengan bersemangat.
"Hhh... si pamer, padahal aku yang ajarkan itu."
Sekali lagi Victoria berhasil memasukan bola ke ring. "Yeay!!!"
"Good job, now try the three point." Tantang Niall, ia menarik tangan Victoria ke titik yang ia mau untuk melempar bola. "Kalau bisa masuk, aku akan menuruti satu permintaan."
"Semua?" Victoria menyeringai dan Niall mengangguk. "Hahaha, oke aku terima tantangannya."
"Hahaha! Jangan curang!"
"Lihat ini ya... perhatikan baik-baik..." Wajah Victoria terlihat bersemangat saat ia melakukan dribble.
Namun tiba-tiba saja telinganya berdengung begitu keras dan ia merasakan sesuatu terjadi dengan tubuhnya. Bola basket itu menggelinding begitu saja saat Victoria panik dengan kondisinya.
Niall yang tadinya bertepuk tangan dan tersenyum lebar seketika berlari menghampiri Victoria.
Tubuh Victoria perlahan memudar dan berubah layaknya asap.
"Cas!" Niall meraih tangan Victoria dan menggenggamnya dengan panik, namun sebagian tubuh Victoria sudah memudar begitu saja. "Cas! Apa yang terjadi!"
Victoria menggeleng dengan cepat, "Aku kenapa, Niall?"
Seacara perlahan seluruh tubuh Victoria pun menghilang, kali ini tangan Niall tidak menggegam apa pun.
"Cas! Cas! Kau dimana!"
Tidak ada jawaban apa pun, suasananya berubah menjadi begitu senyap. Hanya Niall seorang yang berada di lapangan basket itu sekarang. Niall mengingat mimpinya, kejadian itu kurang lebih mirip dengan apa yang terjadi baru saja.
Namun ia merasa saat ini bukanlah saat yang tepat, tidak seperti ini cara Victoria meninggalkannya. Bukan malam ini.
"Tidak... bukan sekarang..."
Niall kebingan dan berlarian mencari Victoria di seluruh sudut sekolah. Bahkan ia tahu, ia tidak akan menemukan Victoria namun ia tetap mencarinya. Memanggil-manggil namanya meskipun tidak akan ada jawaban.
Ia menyandarkan badannya ke tembok dan menunduk memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan, apa yang terjadi pada Victoria.
"Nak, sudah selesai belum?" Sebuah suara terdengar dari ujung koridor dengan sorot senter. Seseorang itu adalah penjaga sekolah.
"Mark! Kau bisa tolong aku? Apa kau lihat Cas...?" Aneh sekali beberapa saat Niall lupa siapa nama Victoria. Memang selama ini ia memanggil Casper namun nama Victoria tidak pernah ia lupakan.
"Cas?"
Niall masih berusaha memgingat, kepalanya jadi sedikit sakit namun ia berhasil. "Victoria! Iya namanya Victoria!"
Pria paruh baya itu terlihat tidak mengerti maksud Niall.
"Gadis yang datang bersamaku tadi, kau ingat wajahnya kan? Oh, dia murid di sini."
"Victoria?"
"Iya, kau bisa bantu aku mencarinya? Kau tahu kan, sejak awal tadi dia bersamaku tapi kemudian... aku tidak bisa menemukannya dimana pun."
"Kau bicara apa, anak muda. Pulanglah, aku tidak bisa memberimu ijin lebih larut."
"Mark, kenapa malah menyuruhku pulang sih? Ada seseorang yang masih ada di sini selain aku dan dia hilang!"
Mark meletakan telapak tangannya ke dahi Niall seolah mengecek suhu tubuhnya.
"Apa lagi ini." Niall segera menepis tangan Mark dar dahinya.
"Apa kau sakit? Kau datang kemari sendirian, nak."
Tentu saja Niall tidak percaya dengan kalimat itu, bagaimana bisa ia datang seorang diri kalau seharian ini ia tidak bisa menjauhkan dirinya dengan Victoria.
"Ngeyel saja kau ini. Sini, ikut aku ke kantor."
Mark mengajaknya ke ruangan cctv untuk membuktikan bahwa perkataannya benar. Dan betapa terkejutnya Niall saat ia melihat rekaman cctv yang menunjukan kalau ia memang datang ke sekolah itu seorang diri.
Seketika lututnya lemas, ia terus menyangkal apa yang ia lihat. Di rekaman cctv itu dirinya seolah berjalan-jalan, berbicara, bergurau bahkan memeluk seseorang, namun itu semua ia melakukannya seorang diri.
Niall mengingat saat ia melihat Victoria tadi pagi di pojok perpustakaan dan saat ia berbicara panjang lebar orang-orang memperhatikan dengan pandangan aneh. Niall mengira itu karena ia terlalu berisik, namun ia sadar kalau orang-orang menatapnya karena ia berbicara sendiri.
Semua yang mereka lakukan hari ini sangat wajar dan normal kalau saja orang lain bisa melihat Victoria juga. Namun selama seharian ini, hanya Niall yang bisa melihat Victoria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me Not
Fanfiction(in editing process) "Di kehidupan mana pun itu, aku menginginkanmu."