Prospek hidupku untuk lima tahun ke depan tidak benar-benar brilian. Setelah lulus SMA aku akan masuk ke universitas lokal dengan jurusan yang biasa-biasa saja, ketika selesai aku akan bekerja setahun di kedai kafe yang selalu ramai lalu bertemu seseorang yang tertarik padaku dan kami akan jatuh cinta. Orang itu adalah jenis pria dengan senyum lembut dan selalu menatapku seolah aku pusat dunianya; apa yang benar-benar dia butuhkan untuk hidup. Dan kami berdua akan hidup bahagia, selamanya.
Pada saat ini ketika aku duduk di meja kafetaria dengan kedua temanku sambil menonton Dustin berciuman dengan Marveline (yang lebih terlihat seperti dia hendak memakan wajah si tikus berdada besar itu dibanding menciumnya), aku tahu aku ingin menambahkan sesuatu dalam prospek hidupku, misalnya memastikan cowok yang kukencani nanti bukan tukang selingkuh dan pembual.
"Ew, terlepas dari kebencianku pada Dustin, aku ingin bertanya, apakah dia menciummu dulu seperti dia mencium Marveline sekarang?" tanya Krissy, wajahnya menunjukkan bahwa dia benar-benar jijik.
Aku meletakkan sisa burgerku untuk menatap D dan M dan mengangkat bahu. "Entahlah, kurasa lebih baik dari itu."
"Itu artinya benar," Katherine berbisik, "kalian tahu Big J?" Sewaktu kami menggeleng, Katherine mendesah lelah. "Big J, sungguh? Jake, yang bekerja jadi penjaga bar?"
"Aku tidak tahu apa yang kau katakan, Kat," aku menegak isi gelas kartonku sampai habis.
"Pokoknya Big J bilang, keahlian berciumanmu ditentukan oleh siapa pasanganmu. Itu artinya Marveline pencium yang buruk."
"Aku tahu apa yang sedang kau coba lakukan," Krissy menatap Katherine seolah cewek itu sudah gila. "Kau mencoba membuat Summer lebih baik, benarkan?"
Aku memutar mata, mencoba mengabaikan perdebatan mereka. Ketika aku melihat ke arah D dan M lagi, mereka masih berciuman, tapi mata Dustin terbuka dan dia sedang menatapku. Aku bisa melihat senyum di matanya, seolah-olah Dustin sedang menertawaiku karena menontonya.
Aku bangkit, membuat perdebatan Katherine dan Krissy terhenti.
"Kau mau ke mana?" Katherine menatapku khawatir.
Aku tersenyum padanya (selebar yang aku bisa dan tanpa menatap Krissy, karena dia akan tahu kalau aku cuman berakting). "Ke toilet, sebentar saja."
Tanpa menunggu Katherine mengangguk atau mendengar komentar protes Krissy, aku pergi ke luar kafetaria, menuju toilet terdekat untuk muntah.
[*]
Aku tidak percaya cinta benar-benar dapat terjadi pada masa SMA. Jika kau jatuh cinta ketika itu, artinya kau sangat naif. SMA hanya pemberhentian sesaat, hidup yang sebenarnya dimulai setelah itu, yang artinya kau mulai berpikir tentang karir, uang yang dihasilkan, hidup sendiri di apartemen atau di salah satu asrama kampus. SMA hanya ada sebagai masa coba-coba dan contoh kecil bagaimana kehidupan dewasa terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale of Summer Green (Starsfall #1)
FantasiSummer Green hanya punya satu keinginan; hidup normal seperti gadis-gadis kebanyakan dan punya pacar baik hati (oke, itu mungkin dua). Namun setelah diputuskan Dustin pada hari ulang tahunnya, sepertinya hidup normal tidak akan pernah berada dalam...