Luke bilang hidupku payah.Dan konyol dan menyedihkan dan tidak ada harapan serta tak tertolong.
Dia juga bilang bahwa aku adalah cewek paling idiot yang pernah dia kenal.
Aku tidak bisa menyalahkannya dengan berpendapat begitu mengenai kakak perempuannya sendiri. Masalahnya sewaktu dia mengatakan itu, aku sedang menangis tersedu-sedu di tengah lautan tisu penuh ingus sambil merutuki kebodohanku.
Kalau kau ingin ikut bersimpati, akan kuberitahu mengapa; aku baru saja diputuskan pacarku, Dustin, melalui pesan suara yang berbunyi.
"Sameey, maafkan aku. Aku tahu kau sempurna, kau punya rambut pirang dan suara yang indah. Kau juga pintar menyanyikan lagu anak-anak. Kau cantik, kau punya hati yang lembut dan sangat menawan. Tapi kukira itu semua tak pantas untukku. Kau terlalu sempurna, dan aku sudah jatuh cinta dengan Marveline. Tolong jangan marah. Aku harap kau punya kehidupan bahagia."
Bukan hanya salah mendeksripsikan rambutku (rambutku merah terang), Dustin juga salah soal fakta 'pintar menyanyi' (suaraku kedengaran seperti hewan tercekik setiap kali aku mencoba bernyanyi) dan 'sangat menawan' (aku bukan siapa-siapa dan aku biasa-biasa saja). Bahkan dia masih memanggilku Sameey padahal aku sudah bilang aku benci panggilan itu. Belum lagi dia bilang dia jatuh cinta dengan Marveline. Marveline yang itu, yang bergigi maju seperti tikus dan berdada besar. Aku tidak menyangka aku dicampakkan karena mantan pacarku lebih memilih si tikus berdada besar dibandingkan aku.
"Dustin tidak pantas kau berikan air mata itu," Krissy mengelus pundakku, lalu memberiku tisu yang lain. "Dia berengsek yang berpikir dirinya tidak berengsek--siapa pula yang menyadari bahwa seseorang berengsek dan berbangga diri pada hal itu? Lagi pula dia tidak tampan." Aku bisa melihatnya dari sudut mataku sedang berbicara tanpa suara pada Katherine--semacam gerakan kasar dengan jari-jarinya, kami bertiga menyebutnya bahasa isyarat KSK (Krissy, Summer dan Katherine) karena hanya kami bertiga yang akan paham. Krissy kali ini sedang membuat lingkaran besar dengan jempolnya (yang artinya idiot) dan menambah titik di tengah (yang artinya mati). Terjemahannya, si idiot itu akan mati. Aku berharap dia tidak sedang mendeksripsikan aku.
"Aku tidak menangisi Dustin, tolol," kataku di sela isakan. Luke yang bersandar di ambang pintu mengeluarkan napas lelah seolah seluruh dunia begitu merepotkannya. "Aku menangisi waktu yang kuhabiskan dengannya dan bahkan dia tidak menyadari hal-hal penting. Seperti warna rambutku! Dan keahlianku! Dan siapa aku ini! Itu membuktikan kebenaran sang peramal. Dia bilang aku tidak mudah diingat. Aku terlalu biasa. Bagaimana mungkin aku terlalu biasa?"
"Mungkin kau harus coba menjadi sesuatu yang baru," kata Luke. "Seperti berbohong pada dirimu sendiri. Kau tahu kau sangat biasa. Tidak ada yang istimewa. Cobalah untuk berbohong dan meyakini bahwa dirimu luar biasa." Luke berlari pergi ketika aku melemparnya dengan tisu kotor.
"Dan hari ini ulang tahunku!" Aku merengek.
"Itu pertanda bagus benarkan?" Katherine, yang duduk di hadapanku dengan gaun putih berlogo KSK tersenyum (gaun itu hanya dipakai jika dia harus berhadapan dengan hal menyakitkan yang terjadi pada kami, dia selalu memakai sesuatu yang menunjukkan perasaan dan emosi. Seperti sweter hitam yang kurajut khusus untuknya musim panas lalu, Katherine akan menggunakannya jika dia pikir hari itu adalah hari Summer. Kau tahu, untukku, bukan musim panas.) "Malam ini kita bisa pergi ke pub di Boston dan berpesta! Aku sudah ingin mengajakmu sejak minggu lalu, tapi karena kau punya peraturan bahwa selingkuh itu perbuatan paling kejam kau tidak pernah mau ikut tanpa Dustin. Ini saatnya bersenang-senang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale of Summer Green (Starsfall #1)
FantasySummer Green hanya punya satu keinginan; hidup normal seperti gadis-gadis kebanyakan dan punya pacar baik hati (oke, itu mungkin dua). Namun setelah diputuskan Dustin pada hari ulang tahunnya, sepertinya hidup normal tidak akan pernah berada dalam...