Dalam seribu tahun, aku tidak pernah menyangka bahwa tutup pulpen merupakan jalan menuju dunia lain. Maksudku, bukan hanya aku tidak mungkin akan hidup selama itu (seribu tahun, kau lihat? Tidak mungkin, dan terdengar membosankan. Bayangkan saat kau harus mengisi tanggal lahirmu), tapi juga karena menurutku kau tidak bisa menjadikan tutup pulpen sebagai jalan. Aku masih bisa percaya jika itu laci meja (seperti Doraemon) atau koper (tahu, kan? Newt dalam Fantastic Beasts and Where to Find Them). Tutup pulpen? Tidak terlalu.
Maka sewaktu kami melompat masuk ke dalam tutup pulpen menuju Starsfall, kepalaku berdenyut mengerikan. Seakan-akan otakku tidak mau bekerjasama dengan semua keanehan yang terjadi.
Sebenarnya ini berawal dari konser band lokal yang aku dan Levi hadiri malam sebelumnya. Kami berdua mengantre selama lima belas menit di pintu masuk bar, dan dalam sepuluh menit pertama, semuanya tidak ada yang salah. Aku bisa mendengar musik berdentum-dentum dari dalam, dan percakapan ringan dari orang-orang yang ikut mengantre bersama kami. Yah, itu sampai Levi menarikku ke hadapannya."Sial, ada Autumn." Levi mengintip dari balik bahuku, dan mengingat dia jauh lebih tinggi daripada aku, dia jadi kelihatan sangat konyol. Tapi memang benar, ada Autumn. Berjalan sendirian serta kelihatan seperti sedang mencari sesuatu (atau seseorang). Aku butuh beberapa saat untuk meyakinkan bahwa itu benar-benar Autumn, bukan Spring. Selain warna rambut mereka, tidak ada yang dapat membedakan kalau mereka adalah makhluk yang berbeda.
"Kau ingin menyapanya?" tanyaku, masih memperhatikan Autumn mengetik sesuatu di ponselnya.
Levi menggeleng keras-keras. "Oh demi Tuhan, tentu saja tidak. Aku sedang menghindarinya."
"Kau menghindarinya. Memangnya kau apa? Anak kecil?"
Levi mendorongku maju, memberikan ID-nya pada penjaga pintu bar yang menatap kami bingung. "Bukan begitu. Ini lebih rumit daripada kelihatannya."
Aku mengangkat alis. Selagi Levi bergerak tak sabar di balik pundakku karena butuh beberapa saat sampai penjaga pintu bar benar-benar memeriksa ID kami, aku menatap Autumn. Levi mencubit lenganku karena itu.
"Jangan menatap. Dia bisa merasakannya."
Penjaga pintu menyerahkan ID kami kembali, kemudian menyuruh kami bergegas masuk. Levi mendorongku agar cepat. Jika di luar aku bisa merasakan dentuman musik, di dalam rasanya seakan-akan musik sedang mengalir di aliran darahku. Tempat itu sangat ramai sampai-sampaai Levi tidak melepaskan pegangannya di pundakku ketika berjalan menembus kerumunan. Meja bar penuh, orang-orang duduk menonton The Gays menyanyikan lagu mereka. Kuakui, mereka tidak begitu buruk. Malah sebenarnya sangat bagus.
"Aku tidak bisa bernapas!" aku berteriak pada Levi.
"Yah, kalau begitu jangan!" Levi menyeringai, dia mengangkat tangannya untuk memanggil sang bartender.
"Levi! Kau ingin yang biasa?" pria berkulit gelap dengan tato berwarna krem nyaris di sekujur tubuhnya menyeringai ke arah kami begitu melihat Levi. Kepala pria itu ditutupi topi badut dan wajahnya diberi hiasan seperti Loki. Dia memakai kaus bertuliskan, Setiap hari adalah hari Senin.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale of Summer Green (Starsfall #1)
FantasySummer Green hanya punya satu keinginan; hidup normal seperti gadis-gadis kebanyakan dan punya pacar baik hati (oke, itu mungkin dua). Namun setelah diputuskan Dustin pada hari ulang tahunnya, sepertinya hidup normal tidak akan pernah berada dalam...