[6] - Feelings

66 9 2
                                    

Lisa dan Artha sedang asyik membicarakan perihal drama korea terbaru yang sedang booming sekarang ini. Seperti biasanya, mereka berdua selalu heboh kalau sedang mengobrolkan tentang hal ini.

"Iya, iya. Gue tahu, kok. Lee Min Ho emang ganteng banget, makanya minggu depan gue bakal tunangan sama dia," ucap Lisa santai.

"Apaan, sih? Lee Min Ho tuh nggak bakal mau sama lo, Lis. Dia kan maunya sama gue!" balas Artha tidak mau kalah.

"Ih, lo gimana, sih? Orang undangan udah kita sebar kok buat acara minggu depan," Lisa melirik Artha dengan tatapan membunuh.

Artha terbahak, sahabatnya memang selalu tidak mau kalah.

"Iya, deh, iya. Gue ngalah. Gue nggak mau, ya, persahabatan kita rusak cuma gara-gara Lee Min Ho. Kan nggak lucu, tuh, kalau ada liputan 'Dua orang sahabat bermusuhan gara-gara memperebutkan Lee Min Ho'."

Sontak, tawa Lisa langsung menggelegar di ruang kelas. Artha memang selalu bisa membuat moodnya kembali naik. Padahal kemarin, mood Lisa hancur karena pemandangan yang tidak enak untuk dilihat.

"Eh iya, hubungan lo sama Kak Arnold gimana? Lancar, kan?" tanya Artha tiba-tiba.

"Uhm, ya gitu sih, flat-flat aja. Eh tapi-" Lisa terdiam. Ia berpikir sekali lagi untuk memberi tahu Artha tentang apa yang ia lihat kemarin. Takut kalau sahabatnya itu emosi dan kemudian 'melabrak' Fizha lagi.

"Tapi apa?" Artha penasaran, "jangan bilang lo udah jadian sama Kak Arnold?!".

"Ih, ngaco lo,"

"Ya terus apa, dong?"

"Gue kemarin lihat Fizha jalan sama Andien, adiknya Kak Arnold." lirihnya pelan.

"What?! Serius lo, Lis?!" Artha membelalakkan matanya, ia memang kadang kaget berlebihan.

Lisa mengangguk. Kemudian Artha berdiri, bermaksud mendatangi cowok bedebah itu.

"Eh tunggu," Lisa menarik pergelangan tangan Artha, mencegahnya untuk melakukan hal yang tentu sudah bisa Lisa tebak. "Jangan."

"Ihh, kok jangan, sih? Gue kan mau ngasih pelajaran sama tuh cowok." Artha kembali duduk, kemudian memasang raut wajah kesal.

"Yah, percuma, Tha. Lo mau ngasih dia pelajaran apa lagi? Kayaknya dia juga udah bosen dengernya, tuh. Udahlah, mending diemin aja. Lagipula dia bukan siapa-siapa gue, kan? Ya kali lo ngelarang dia pacaran dan maksa dia buat pacaran sama gue, kan nggak banget."

"Ya udah deh." Artha mendengus pasrah, padahal ia sangat ingin menskak Fizha dengan 'jurus bacot' andalannya. Tapi kalau Lisa memintanya untuk diam, oke.

oOo

Arnold dan dua temannya, Angga dan Bagas sedang asyik nongkrong di kantin sekolah yang tidak terlalu ramai. Alasannya? Tentu saja karena sekarang belum jam istirahat. Dan ya, kelas Arnold sedang jam kosong.

"Asyik banget ye, jamkos pas pelajaran si nenek lampir," kata Angga sambil mencomot bakso goreng milik Bagas.

"Asyik sih asyik, Ngga. Tapi lo enggak usah nyomot bakso goreng gue juga kali," protes Bagas.

"Ye, pelit amat. Satu doang mah nggak masalah kan?" Angga kembali mencomot bakso goreng bagas, "dua deh,"

"Eh Ngga, lo gak bawa duit apa? Hobinya nyomot makanan orang," tanya Arnold santai.

"Ya bawa, lah! Gue males beli tapi,"

"Najis mageran banget." Bagas menimpuk kepala Angga dengan kaleng soda yang sudah kosong.

Always (Be My Destiny)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang