Hari ini hari Sabtu. Sekolah hanya setengah hari, dan biasanya banyak siswa yang pergi hangout bersama teman atau pacarnya. Lisa dan Artha duduk di kantin, tanpa berniat pergi kemanapun selain ke tempat ini. Di hadapan mereka, terdapat dua piring siomay dan dua gelas es kelapa muda. Artha menatap siomay dan es kelapanya dengan penuh minat, berbeda dengan gadis di hadapannya yang memperhatikan hidangannya dengan tatapan kosong.
"Makanan enak gini kenapa dilihatin gitu aja? Buruan makan, keburu gue comot." ujar Artha sembari mengambil sendok dan garpu kemudian menyantap siomay menggiurkan itu.
"Gimana gue mau nafsu makan, Tha. Kalau besok gue harus ketemu jodoh abal-abal gue," Lisa mengaduk siomaynya asal-asalan.
Artha tergelak mendengar kata 'jodoh abal-abal' yang barusan disebutkan Lisa. Otomatis, cewek itu menghentikan aktivitas memasukkan potongan siomay ke mulutnya.
"Jodoh abal-abal apaan sih, Lis? Lagian gimana kalau cowok yang dijodohin sama lo itu orangnya ganteng, tajir, pinter, pokoknya beuh deh." cerocos Artha di sela-sela aktivitas mengunyah siomay.
"Bodo amat. Kalau gue nggak cinta mah percuma."
Artha mengangguk. Perkataan Lisa ada benarnya juga, tidak peduli seberapa sempurna seseorang di mata orang lain, kalau memang kita tidak mencintainya, mana bisa memaksakan?
"Ya udah deh, lo bener. Tapi mending lo makan tuh siomay, keburu gue colong kan gak asik." Lisa langsung melotot, mana boleh Artha mencomot makanan kesayangannya?!
"Mending kalo lo yang comot, kalau dicomot laler lebih gak asik lagi." kemudian mereka tergelak sembari menikmati Hari Sabtu ala mereka dan memakan siomay, sederhana namun menyenangkan.
oOo
"Lis, mau kemana?" Arnold tiba-tiba datang menginterupsi langkah Lisa yang baru saja ingin berjalan ke luar gedung sekolah.
"Pulang," jawab Lisa singkat. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Namun, lagi-lagi kakinya berhenti melangkah karena tasnya ditarik oleh Arnold.
"Bareng gue aja." tanpa meminta persetujuan, cowok itu langsung menarik lengan Lisa menuju motornya. Mau tidak mau, gadis itu harus menuruti dengan pasrah ketika lengannya ditarik oleh cowok di hadapannya.
Arnold memakai jaket jeans dan helmnya, kemudian memberikan satu helm lagi kepada Lisa. "Nih pake, entar kalo jatoh terus kepala lo bocor gue nggak punya duit buat operasiin lo." Arnold tersenyum tulus.
"Becandaan lo Kak, ngeri." komentar Lisa yang kemudian mengambil alih jok belakang motor Arnold.
Setelah dirasa Lisa sudah siap, Arnold melajukan motornya. Jalanan Jakarta tampak ramai seperti biasanya, memperdengarkan suara knalpot mobil dan motor yang tak karuan di tengah kemacetan. Arnold masih terus serius menatap jalanan, memacu motornya membelah jalanan yang ramai. Ada rasa nyaman yang menyeruak di hatinya kala Lisa berada di dekatnya. Meski tubuh mereka sama sekali tak bersentuhan, namun jantung Arnold berpacu sangat cepat dibuatnya.
"Lis, laper nggak?" tanya Arnold sedikit menyentak, tentunya karena angin yang kencang mempengaruhi suaranya menjadi tidak terdengar.
"Nggak Kak, tadi udah makan di kantin," balas Lisa sembari mendekatkan wajahnya ke telinga Arnold.
"Anter gue makan dulu, ya? Gue belum makan." pinta Arnold. Kemudian Lisa mengangguk, menerbitkan senyum Arnold yang tidak diketahui gadis itu.
Motor Arnold terus melaju dan berhenti di pinggir jalan, tempat Arnold biasa membeli bakso kaki lima yang menjadi favoritnya. "Yuk, turun." katanya kepada Lisa setelah membuka helmnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always (Be My Destiny)
Teen FictionAda banyak teka-teki dalam kehidupan. Salah satunya, perasaan. Seseorang bisa saja menyembunyikannya, atau malah memalsukannya. . . [!!!] Mohon tinggalkan jejak, jangan jadi dark readers ya :) terimakasih yang sudah mau menghargai karya saya. [Publi...