Part 6

690 137 11
                                    

"Harusnya loe bilang kalo ada tugas segitu banyaknya dari kemaren dong... kalo kayak ginikan gue mesti ngebut ngerjainnya" omel Maxime di sepanjang jalan menuju perpustakaan.

"Habisnya waktu itu gue kesel banget sih sama loe... siapa suruh ngilang tiba-tiba" Yuki gak mau kalah.

Maxime yang akan membalas mengurungkan niatnya karna telah sampai di depan perpustakan. Dia pun segera masuk dan di ikuti oleh Yuki. Setelah mendapati buku yang di cari Maxime segera mencari tempat duduk. Matanya berbinar saat mendapati Al ternyata ada di sana. Diapun segera mendekati tempat duduk Al, masih di ikuti Yuki di belakangnya.

"Kak Al..."

Al menegadahkan kepalanya menatap sang pemanggil. Dan mendapati Maxime tersenyum manis ke arahnya dan Yuki yang bertampang kesal di belakang Maxime.

"Kalian?"

Tanpa permisi Maxime langsung duduk di samping Al dan Yuki duduk di depan Maxime.

" Gue ganggu loe gak?" Al mengeleng.

"Loe bisa bantu gue ngerjain ini gak?" masih sok akrab Maxime menunjukan buku tugasnya pada Al. Al kali ini mengangguk.

Maka keduanya pun mulai fokus dengan tugas Gaxime. Gak salah Maxime meminta tolong Al karna ternyata Al memang sangat jenius. Sedangkan Yuki hanya melihat keduanya yang sedang sibuk mengerjakan tugas tanpa membantu apa-apa.

"Tugasnya tinggal ini kan?" tanya Al sembari melihat jam di pergelangan tangannya. Maxime mengangguk.

"Aku ada kelas... jadi aku harus pergi sekarang"
"Oh... oke... sory kalo ganggu loe?"

"Enggak kok... kapan-kapan kalo lagi ada tugas lagi kalian bisa datang ke aku"

"Wah makasih bro..." Maxime menyambut uluran tangan Al sebagai tanda pamitan.

"Aku pergi dulu Ki..."

"Makasih kak..." balas Yuki tersenyum manis.

Al pun meninggalkan perpustakaan. Jujur ada rasa gak ikhlas saat dia harus meninggalkan dua sahabat itu. Tapi Al tau dia seperti seseorang yang berdiri di luar lingkaran mereka. Sangat sulit untuk masuk ke dalamnya. Dan Al sangat tau, Yuki yang membuat pembatas itu terlihat nyata.

Maxime melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Setelah hampir 15menit akhirnya tugasnya telah selesai semua. Dia mulai menata buku-bukunya, tapi kegiatannya berhenti saat dia mendapati sebuah buku sektsa berwarna abu-abu.

"Kenapa?" tanya Yuki yang penasaran.

"Kayaknya bukunya si Al ketinggalan. Nanti gue balikin deh" jawab Maxime yang ikut menumpukan buku itu di tumpukan bukunya.

Yuki hanya mengangguk-angguk. "Sekarang loe dah gak marahkan sama gue?"

"Hemm..."

"Gitu banget jawabnya..." Yuki memajukan bibirnya cemberut,

"Iya unyu..." Maxime melangkah keluar sembari mengacak rambut Yuki. Yuki yang cemberut semakin cemberut.





Maxime yang baru sampai rumah merebahkan dirinya di atas ranjang. Di keluarkannya semua buku di dalam tasnya. Pandangannya kembali berhenti pada buku sketsa milik Al.

'Lihat ah... gambarannya Al kira-kira bagus gak ya...?' batin Maxime penasaran. Diapun segera membuka buku sketsa itu. Tapi matanya melebar karna sangat terkejut mendapati apa yang di lihatnya. Maxime kembali membuka halaman berikutnya dan berikutnya. Masih sama, gambar di buku sketsa Al adalah gambar Yuki semua. Dari Yuki yang tampak depan, samping, saat tertawa, saat tersenyum bahkan Yuki yang lagi cemberut.

"Max... buruan makan gi..." suara Lecsia menyadarkan Maxime dari keterkejutannya.

"Iya kak bentar..." jawab Maxime yang segera menutup buku sketsa itu. Diapun segera keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Seperti biasa hanya ada kak Lecsia di sana.

Maxime menghabiskan makannya dengan diam. Pikirannya masih melayang pada buku sketsa milik Al. 'Apa segitu cintanya Al sama Yuki?' tanya Maxime di hatinya.

" Loe lagi mikir apa sih dek dari tadi kakak liat diemmmm aja?" tanya Lecsia yang melihat sang adik terlihat melamun.

"Kak Tommy jarang kesini?" Maxime seperti tak menghiraukan pertanyaan sang kakak.

"Dia lagi di Kalimantan lihat cabang baru perusahaannya. Besok juga pulang..."

Maxime mengangguk ngerti. "Syukur deh... senggaknya kalo gue pergi masih ada yang jagain kakak"

"Loe tu ngomong apa sih...?? Gak usah ngomong yang aneh-aneh" Lecsia nampak kesal.

"Kakak harus belajar dari...-"

"Kakak dah bilang bakal bawa kamu ke Belanda... jadi kamu gak usah mikir macem-macem. Mendingan sekarang kamu minum obat terus istrahat"

"Gue hanya gak ingin menghabiskan waktu gue yang tinggal sedikit ini di rumah sakit" ucap Maxime sebelum melangkahkan kakinya di anak tangga.

Lecsi yang masih duduk di meja makan menutupi wajahnya dengan tangan. Dia tak ingin tangisnya terdengar oleh Maxime. Kali ini hatinya benar-benar sakit. Bahkan lebih sakit saat dia kehilangan ibunya. Karna saat itu dia maupun Maxime tak tau menahu perihal ibunya yang sakit. Saat ibu mereka meninggal barulah dokter mengatakan bahwa ibunya meninggal karnan tumor otak. Tapi sekarang Lecsia melihat sendiri bagai mana rasa sakit yang di rasakan adiknya. Dan hatinya bagai di iris-iris. Andai rasa sakit itu bisa di bagi, dia rela merasakan setengah rasa sakit yang di derita adiknya.





"Eh... loe mau kemana?" tanya Yuki penasaran saat Maxime pamit mau pergi ke suatu tempat, padahal masih ada kelas.

"Gue titip absen ya... cos ini penting banget" ucap Maxime yang terus keluar kelas.

Yuki menghela nafas." Tu anak sekarang kok agak aneh ya... sejak pulang dari singapur dia agak lebih pendiem" gumam Yuki yang merasakan perubahan sikap Maxime.

Ternyata Maxime pergi ke perpus, setelah tidak menemukan orang yang di cari dia segera menuju kantin, ternyata juga gak ada. Padahal Maxime tau banget sekarang Al lagi gak ada kelas. Jadi gak mungkin Al ada di salah satu kelas di kampus ini.

"Sorry bro ganggu... tau Al gak?" dua anak yang di tanya Maxime itu mengangguk.

"Kalo gitu kalian tau di mana dia sekarang?"

"Biasanya kalo gak di perpus sih di taman belakang kampus" jawab salah satu dari mereka.

"Wah makasih ya bro..." kembali keduanya orang itu mengangguk.

Maxime pun segera menuju ke taman belakang kampus karna tadi dia udah ke perpustakaan. Dan benar ternyata di sana ada Al yang sedang khusuk membaca sebuah buku.

"Apa gue ganggu?" sapa Maxime. Al menatap Maxime yang seperti biasa, tersenyum manis menampilkan lesung pipitnya.

"Apa ada tugas lagi?" tanya Al. Maxime menggeleng dan duduk di samping Al. Al menatap ke belakang Maxime.

"Ada apa?"

"Tumben gak bareng Yuki?"

"Ooo... sebenernya gue ma Yuki masih ada kelas, tapi gue bosen jadi gue keluar sekalian nyari loe"

" Nyari aku?" Maxime mengangguk. "Ada perlu apa emangnya?"

Maxime mengeluarkan buku sketsa berwarna abu-abu dari tasnya. Al terkejut mendapati buku yang di carinya sejak kemarin ada di tangan Maxime.

LOVE - ARTI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang