Benar dugaan Al, Yuki pasti pergi ke taman belakang kampus. Al mendekati Yuki, tapi langkahnya terhenti saat mendapati bahu gadis itu bergetar. Menandakan jika Yuki sedang menangis. Dengan perlahan dia kembali berbalik, setelah agak jauh dia segera mengeluarkan hpny dan menghubungi seseorang. Cukup lama hingga akhirnya pangilannya pun terjawab.
"Kamu harus ke taman belakang kampus sekarang!!. Yuki lagi nangis dan kamu harus tanggung jawab"
"Langkah pertama... loe harus bisa tenangin dia dan hibur dia sampai dia gak nangis. Buat dia nyaman sama loe" jawab Maxin dari sebrang dengan tenang tampa mengindahkan kata-kata Al sebelum menutup telpnnya.
"Heyy...heyy... halo... halo... Maxime...!" seru Al yang mendapati hpnya udah mati.
"Oke... kamu harus tenang Al... hibur dia dan buat dia nyaman" ucap Al pada dirinya sendiri.
Setelah menghela nafas Al kembali melangkahkan kakinya mendekati Yuki. Tanpa mengucapkan apapun Al duduk di samping Yuki, dengan hati-hati di sentuhnya pundak Yuki. Yuki menatap kearah Al masih dengan mata yang mengeluarkan air mata. Dalam diam Al menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi Yuki. Dan masih dengan diam Al membawa Yuki ke dalam pelukannya. Membuat Yuki kembali menangis di pelukan Al.
"Apa kau sudah tenang?" tanya Al setelah hampir 30 menit Yuki menangis di pelukannya. Yuki menganguk.
"Apa kamu sangat mencintainya?" tanya Al. Kali ini Yuki menundukan wajahnya. Al mengusap kepala Yuki hingga gadis itu kembali menengadahkan kepalanya menatap Al.
"Mungkin ini terlalu cepet dan bukan waktu yang tepat buat aku ngomong ini ke kamu... tapi andai kamu tau, sejak pertama ngelihat kamu aku udah suka sama kamu. Bahkan rasa suka itu semakin bertambah dan bertambah setelah mengenalmu lebih dalam. Yuki aku mencintaimu" ucap Al membuat Yuki melebarkan matanya terkejut.
"A...a.. aku..."
"Aku gak butuh jawaban kok... toh aku juga tau kalo kamu suka sama Maxime. Tapi tidak bisakah kamu ngasih aku kesempatan untuk bisa buka hati kamu buat aku?"
"Maaf..." lirih Yuki.
"Kenapa minta maaf?"
"Aku takut kak Al bakal kecewa"
"Kita bahkan belum mencoba?"
Yuki memalingkan wajahnya mencoba berfikir. Sebelum dia kembali menatap Al.
"Sejak kecil hanya ada Maki dalam hidupku. Saat orang tuaku meninggalkanku hanya Maki yang datang padaku, saat semua orang melupakanku hanya Maki yang ingat padaku, bahkan saat aku sendirian hanya Maki yang selalu ada di sisiku. Aku seolah telah terbiasa hanya melihat ke arahnya. Rasanya akan sangat sulit untuk aku bisa berpaling pada orang lain"
Keduanya kembali terdiam dengan pikitrannya masing masing, hingga Al mengenggam tangan Yuki.
"Dari pertama aku udah tau kalo kamu mencintai Maxime. Tapi itu tak merubah apapun untuk ku. Aku tetap suka sama Yuki dan kedepannya juga akan tetap suka"
"Walapun aku tidak akan dapat membalas perasaan kak Al?"
"Mengenai itu... bukannya aku udah bilang. Bahwa kita bahkan belum mencobanya. Sangat wajar jika hatimu tidak bisa melupakannya dalam sehari dua hari dan itu pasti butuh waktu. Kamu gak perlu merasa bersalah padaku... karna akupun tak akan menyerah seberapa lamanya menunggumu. Jadi bisakah kamu juga mencobanya?"
Maxime masuk ke dalam kamarnya. Namun rasa sakit di kepalanya kembali menyerang. Bahkan terasa menjalar kesetiap bagian di otaknya. Membuat Maxime harus terjatuh sebelum mencapai ke ranjangnya.
"Aahhhhgggghhhhh!!!" rintih Maxime menahan sakit. Di cengramnya kepalanya dengan erat, hingga Maxime mesasa sesuatu mengalir keluar dari hidungnya. Sebuah cairan merah berbau anyir. Maxime semakin mengerang menimbulkan suara kegaduhan di dalam kamarnya.
"MAXIIII....!!!" Sebuah teriakan terdengar dari arah pintu. Maxime melihat sang kakak yang berlari ke arahnya. Dia segera berjongkok di samping Maxime dan mengeluarkan obat dari laci dan meminumkannya pada Maxime. Maxime menenangkan dirinya selagi sang kakak membersihkan darah dari hidungnya.
Setelah Maxime benar-benar tenang Lecsia membantu Maxime berdiri dan memapahnya ke atas ranjang.
"Kakak akan atur keberangkatan kita ke belanda secepatnya"
Maxime mengenggam tangan sang kakak dan mengeleng. Lecsia yang sudah tidak bisa membendung air matanyapun akhirnya menangis.
"Aku ingin habisin sisa hidup aku di sini kak"
"Tapi Max...-"
"Hanya 1% kemungkinan aku sembuh. Jadi aku gak ingin ngambil resiko untuk ninggalin kalian sekarang"
"Tapi segaknya masih ada harapan kan? Walaupun cuman 1% aku ingin kamu tetep berjuang buat hidup kamu" isak Lecsia.
"Aku selalu berjuang kak... dan akan selalu berjuang buat bisa hidup lebih lama sama kalian"
Lecsia semakin terisak. Dia gak tau lagi gimana cara ngeyakinin sang adik. Yang bisa di lakukannya saat ini hanya memeluk sang adik dengan erat.
~~~
Dikit banget... bangetnya ke bangetan...
Tapi gak papa dari pada ngendap di hp...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE - ARTI CINTA
RandomMAXIME Jika arti cinta itu pengorbanan maka aku rela berkorban agar kamu bisa mendapatkan kebahagian dan cinta sejati walau bukan dari aku. AL Jika arti cinta itu penantian maka aku akan setian menunggu hingga hatimu berpaling padaku. YUKI Jika arti...