Part 7

564 131 19
                                    

"Aku bisa jelasin semuanya"

"Gak perlu... gue tau kok loe sukakan sama Yuki?"

Al hanya diam menatap Maxime. Dia takut Maxime akan kecewa padanya lalu akan memberi tahukan perasaannya pada Yuki.

"Udah jujur aja... loe cintakan sama yuki?" desak Maxime.

Al pun mengangguk. "Aku minta maaf aku bener-bener gak ada rencana buat ngerusak hubungan kalian kok. Aku emang cinta sama Yuki tapi aku bukan cowok yang akan ngerebut pacar orang"

"Pacar orang?? Sejak kapan Yuki punya cowok? Gue kok gak tau ya...?"

Al mengerutkan alisnya. "Bukannya kalian berdua pacaran?"

"Gue sama Yuki... hahahaha... loe ada-ada aja" Maxime tertawa keras sembari mengibas ibaskan tangannya. "Kita emang deket sih tapi kita cuman berteman doang..."

"Tapi Yuki cinta sama kamu" Al menatap Maxime yang masih menahan tawanya.

"Dia itu emang manja. Mungkin karna gak pernah ada yang perduli sama dia sejak kecil karna orang tuanya yang selalu sibuk dengan bisnisnya di luar negri, jadi dia tergantung banget sama gue. Dia juga sangat sulit buka hatinya buat orang lain, tapi gue percaya loe pasti bisa"

"Kamu dukung aku buat deketin Yuki??" tanya al heran.

"Tentu aja bakal gue dukung. Apalagi cowok secakep dan sepinter loe. Bahkan gue bakal ngasih trik-trik biar loe biar bisa deketin Yuki"

"Emang kamu gak ada perasan ma Yuki..."

"Emmm..." maxime tampak berfikir. Kemudian dia mendekatkan mulutnya kearah telinga Al.

"sebenernya gue...-"

"Astaghfirullah!!" sebuah suara menghentikan bisikan Maxime di telinga Al.

Keduanya langsung menghadap ke sumber suara. Al dan Maxime mendapati seorang gadis berhijab yang nampak seperti terkejut menatap kearah mereka. Al yang pertama kali menyadari bahwa jarak dia dan Maxime sangat dekat segera mendorong tubuh Maxime menjauh.

"INI/FATHIN...!!" keduanya berseru kompak.

"Anggap aja aku gak lihat apa-apa..." ucap Fathin yang berbalik pergi.

"FATIN TUNGGUUU..." Maxime berdiri dari duduknya. "Oiya... dia gadis yang gue suka..." ucap Maxime membuat Al melebarkan matanya terkejut. "Satu lagi gue titip Yuki pulang nanti ya... cos gue harus ngejar gebetan gue dulu" kali ini Maxime beneran lari ngejar gadis mungil itu, ninggalin Al yang masih mencerna apa yang barusaja di ucapkan Maxime.

Yuki mendapati hpnya yang bergetar.

From: Maxi_me

Sorry Nyu... gue hari ini gak bisa pulang bareng loe. Ada urusan mendadak. Tadi gue ketemu kak Al dan gue udah minta tolong dia buat nganter loe pulang.

Yuki terlihat merengut kesal.

To: Maxi_me

Serah

Bales yuki sembari melangkah keluar. Setelah di luar ternyata Al telah menunggunya.

"Tadi Maxime minta tolong buat nganterin loe pulang"

Yuki menganguk. "Iya, tadi Maki dah sms kok. Tapi kalo kak Al sibuk juga gak papa kok aku bisa pulang sendiri"

"Enggak kok aku juga kan sekalian pulang..."

Yuki hanya menanggapinya dengan senyuman. Keduanyapun melangkah ke arah parkir. Setelah memakai helmnya Yuki segera menaiki motor besar Al.

Maxime keluar dari balik bangunan di samping parkiran setelah memastikan Al dan Yuki keluar dari parkiran. Di sentuhnya dadanya yang sedikit sesak. Hatinya terasa begitu sakit. Tapi Maxime harus kuat, ini yang terbaik untuk semuanya.

"Apakah begini yang di namakan sakit hati?" gumamnya lirih.




"Gue udah penasaran tingkat akut. Jadi sekarang jujur sama gue apa yang loe sembunyiin dari gue?" tanya Yuki pada Maxime saat dia, Maxime dan Al ada di kantin.

"Emang gue kenapa?" Maxime seolah gak tau apa yang di tanyakan Yuki dan masih asik dengan hpnya.

"Padahal loe bisa mainan hp tapi tadi malam loe..-"

"Eh... loe inget gak cewek yang pakek hijab waktu ospek kemarin?" Maxime memutus kata-kata Yuki.

Yuki mengerutkan kening heran, Al yang duduk di sebelah Maxime mengalihkan pandangannya pada Maxime.

"Itu lhoo... yang ngasih loe roti? Yang anaknya kecil mungil?"

"Maksud loe Fathin?"

"Yap... kemaren waktu pulang dari singapur gue ketemu sama dia di bandara. Kita sempet tukeran nomer. Dan loe tau gak? ternyata anaknya seru banget lho... selain itu dia juga soleh dan baik" puji Maxime.

"Terus maksudnya loe bilang gitu ke gue?" ada perasaan tidak suka saat Maxime memuji gadis itu.

"Ya gue pengen deketin dia!" jawab Maxime masih dengan tampang santai. Tapi bagi Yuki bagai pedang yang langsung menancap ke ulu hatinya. Sakit banget. Al yang melihat wajah terluka Yuki rasanya ingin menghantam wajah Maxime sekarang juga. Tapi Al hanya bisa menahan emosinya.

Tampa Yuki dan Al sadari Maxime mengeratkan tangannya di bawah meja saat mengatakan kata-kata barusan. Bukan hanya Yuki yang terluka di sini tapi Maxime lebih dari itu.

"Kenapa pada diem... kalian gak ada yang pada dukung hubungan gue sama Fathin?"

Yuki menghela nafas." Gue doain semoga berhasil..." ucapnya sembari berdiri.

"Loe mau kemana?" seru Maxime.

"Gue lupa kalo gue masih ada urusan?" ucap Yuki berbalik dan melangkah pergi.

Maxime dan Al hanya melihat ke pergian Yuki.

"Ngapain loe masih di sini? Buruan kejar dia!" perintah Maxime pada Al.

Al menatap Maxime tanda tanya. Maxime memutar bola matanya.

"Loe mau ngambil hatinya Yuki kan...? Kalo gitu sekarang loe kejar dia!"

Tanpa mengucapkan apapun Al segera meraih bukunya dan berlari kearah Yuki tadi pergi.

Maxime kembali menyentuh dadanya. Diaturnya nafasnya secara perlahan agar rasa sesak di dadanya sedikit berkurang. Setelah merasa sedikit tenang Maxime pun berniat meninggalkan kantin, tapi langkahnya berhenti saat merasakan sakit di kepalanya. Bahkan beberapa kali dia hampir terjatuh, beberapa mahasiswa berusaha menolongnya. Maxime hanya tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa. Dengan masih menahan sakit di kepalanya Maxime masuk ke kamar mandi dan segera mengeluarkan botol obat dan air mineral dari dalam tas ranselnya. Di minumnya 3 butir pil itu secara bersamaan. Beberapa menit kemudian rasa sakit itu mulai memudar. Tapi rasa sesak di dadanya semakin terasa, menyadari bahwa hidupnya semakin berkurang. Tak terasa air mata telah mengalir di pipinya.


LOVE - ARTI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang