02. Kehidupan yang baru

44 7 2
                                    

Sheza POV:

" Selamat datang dirumah barumu dek," sambut kak Rena dengan merentangkan kedua tangannya untuk memelukku.
Aku pun membalas pelukkan kak Rena, empat tahun berlalu setelah pernikahanku kak Rena memutuskan kembali ke pulau Batam bersama suaminya tercinta beserta dua orang malaikat kecilnya.

Mengingat malaikat kecil, dimana bocah kembar itu??
Kak Rena melepaskan pelukkannya, Sekarang gantian kakak ipar yang menyambutku dengan pelukkan seperti yang dilakukan kak Rena tadi. Sebenarnya aku memanggil kakak ipar dengan sebutan Abang.

Yah.. Bang Fino. Ia seorang pengusaha yang cukup terkenal di pulau Batam ini. Ia banyak dikenal orang, Karena usahanya tidak hanya meliput kalangan atas, tapi dari kalangan bawah juga mengenal baik bang Fino.
Selain Ia orangnya ramah, Ia juga seseorang yang dermawan.

" Jangan sungkan-sungkan disini dek." ucap bang Fino tulus.
Aku mengangguk pasti.

" Tenang bang, saking gak sungkannya aku akan membuat kalian kerepotan.." yakinku.

" Hahaha.. bisa aja kamu dek, Dengan adanya kamu disini rumah ini akan ramai dan kakakmu yang bawel ini bakal ada temam ngobrol. Setidaknya abang terhindar dari omelannya yang panjang hampir mengalahkan panjang rel kereta." tukas bang Fino yang mendapatkan pelototan dari kak Rena.

" Haha.. sudah kak, kasian bang Fino dipelototin begitu." ucapku menengahi.

" Omong-omong.. si kembar kemana??" tanyaku dengan mata jelalatan mencari keberadaan si kembar.

" Besok weekend, mereka nginap dirumah neneknya."

" Loh kok gitu kak?? Aku rindu mereka.. kakak gak bilang kalau aku mau datang??" tanyaku.

" Mereka tau kok dek, malahan mereka sama sekali gak mau kerumah neneknya. Eh malah dipaksa emaknya noh.." jawab bang Fino dengan dagu terangkat.

" Lah.. apa aku salah gitu yank? Aku hanya menghabiskan waktu berdua dulu sama adekku, kalau sikembar dirumah pasti mereka memonopoli Sheza." ucap kak Rena dengan mimik sesedih mungkin.

" Iya deh.. sayangku cintaku.. mmuuaahh." kecup bang Fino pada puncak kepala kak Rena.

"Idih.. paan sih mesra-mesra.." ucapku jengkel melihat kemesraan mereka.

" Hehe.. sory. Lupaa kalau ada kamu dek. Ayo kakak anter ke kamar mu." ucap kak Rena sembari menarik sebelah tanganku, aku hanya mengekorinya saja.

Kami menaiki tangga menuju lantai dua, meninggalkan bang Fino dibawah sendirian.

Ceklek

" Ayo masuk." ajak kak Rena, setelah sampai dikamar yang dimaksud. Kamar ini begitu luas dengan nuansa white purple soft.
Dengan ranjang king size dibaluti sprai senada.

Aku memandang takjub isi kamar ini, semuanya memang kesukaanku. Mulai dari wallpaper, sofa bed sampe karpetnya berwarna senada.
Aku tersenyum lebar lalu menghamburkan tubuhku pada tubuh kak Rena.

"Apa kau menyukainya dek??" tanya kakak lembut. Aku mengangguk setelah melepaskan pelukkanku.

Aku menyerka air mataku entah kenapa tiba-tiba saja mengalir.

"Kamu baik-baik saja dek??" tanya kakak. Sekali lagi aku hanya mengangguk menampikkan senyum tulusku.

" Kak.. terima kasih sudah menerimaku disini." ucapku tulus.

Kakak menatapku sendu, " hanya ini yang bisa kakak lakukan untukmu." ucapnya kemudian.
Aku tersenyum bahagia, setidaknya masih ada awan cerah dibalik awan kelabu.
Aku membuka pintu penghubung kamar dan balkon. yah.. kamar ini memiliki balkon dengan pemandangan yang luar biasa indah yang tidak kujumpai di daerahku.
Aku menatap kilauan air laut dari balkon, meski jaraknya tidak begitu dekat, karena rumah kakak bukan ditepi laut, sedikit menanjak ke daratan yang sedikit berbukit.

Heart and SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang