15. kau adikku 2

14 2 0
                                    

Sile dibaca ye..
Maaf typo!!!


Seharian hanya dihabiskan dengan jalan jalan dan bercerita. Maklum saja, mereka tidak bertemu lebih dari sepuluh tahun. Hingga mereka butuh waktu untuk kembali mengenal satu dan lainnya. Telpon dari Fino dan Rena sengaja diabaikan oleh Sheza. Ia hanya mengirimi mereka pesan singkat yang isinya mengatakan kalau Ia dan Raya maksudnya Manda baik baik saja.

Raya juga meminta melakukan tes DNA. Agar Ia sendiri yakin bahwa Ia bertemu dengan keluarga kandungnya yang selama ini dicarinya. Sheza yang awalnya menolak akhirnya menyetujui ide Raya tersebut. Agar Ia juga bisa memberitahu kebenarannya pada Ayah dan Bundanya.

"Bagaimana dengan Ayah dan Bunda kak?"

"Mereka merindukanmu. Apa kita telpon mereka sekarang saja?" Tanya Sheza meminta izin terlebih dahulu. Bagaimana pun kemunculannya yang tiba tiba dalam kehidupan Raya sedikit banyaknya sangat berpengaruh pada kehidupan adiknya itu. Itu juga akan berlaku pada kedua orang tuanya yang selalu berharap adanya keajaiban. Ia tidak mau semua yang Ia rasakan sekarang hanyalah kiasan semu.

"Jangan sekarang kak.. bisakah kita tunggu hingga hasil tes DNA nya keluar?? Aku juga harus mempersiapkan diri dulu." Sheza mengangguk. Ia senang Raya berpikiran dewasa, dan menanggapi keadaan dengan cepat.

"Kak.." panggil Raya lirih. Sheza menoleh.

"Bagaimana kalau hasil mengatakan kalau aku bukan adikmu." Ucapnya sedih. Sheza menghentikan langkahnya. Ia menoleh pada Raya yang menundukkan wajahnya.

"Kakak akan kembali mencari adik kakak yang hilang, dan kau tetap bersama kakak karena kau juga adik kakak. Kakak yakin kalau kamu itu adik kandung kakak. Kamu tahu kenapa?? Karena darah lebih kental dari pada air. Kakak bisa merasakan kalau kamu itu adik kandung kakak." Tutupnya tersenyum hangat. Mata Raya berkaca kaca.

"Kakak menyayangimu.."

"Aku juga sayang kakak." Balasnya lalu memeluk Sheza dengan pelukan hangat.

***

Satu minggu berlalu. Hari ini hari yang sangat ditunggu tunggu. Raya sudah rapi dengan terusan selututnya. Ia berjalan mondar mandir diruang tamu. Tiga hari lalu tes DNA nya sudah keluar dan Ia benar benar Manda adik kandung Sheza.

Sheza yang baru saja menuruni tangga terhenti. Keningnya mengernyit tidak mengerti, lalu pandangannya beralih pada Rena yang berdiri tidak jauh dari Raya. Seakan mengerti dengan kebingungan Sheza, Rena mengedikkan bahu.

" kamu kenapa dek?" Sheza akhirnya bersuara, dan kembali menuruni tangga.

" aku.. aku gugup kak."

"Tenang ya.. jangan mondar mandir lagi. Kakak pusing lihatnya..
Sekarang ambil nafas dalam dalam kemudian keluarkan secara perlahan." Ucapnya menenangkan.

"Semoga membantu.." tambahnya lagi.

Rena datang dari arah dapur membawa minuman.
"Tidak usah gugup begitu dek.. bukannya kamu merindukan mereka??" Tanya Rena. Raya mengangguk.

Setelah hasil DNA yang dilakukan Raya seminggu yang lalu keluar mereka sepakat memberi tahu kepada kedua orang tuanya. Dan hari ini mereka akan tiba itulah yang membuat Raya merasakan kegugupan yang teramat sangat.

"Bagaimana kalau aku tidak sesuai harapan mereka kak?"

"Kamu ini kok bicara gitu?" Rena maju mendekati Raya. Ia mengusap punggung Raya pelan.
Sheza juga mendekati adiknya tersebut.

"Mereka sangat sayang sama kamu" tambah Sheza.


Akhirnya setelah dua jam menunggu yang ditunggu tunggu pun tiba. Deru suara mobil memasuki perkarangan rumah membuat tiga orang yang sedang berada diruang tamu serempak menoleh. Kegugupan kembali melanda Raya. Melihat itu Sheza kembali menghela nafas, makkum jika adiknya itu dilanda kegugupan yang teramat sangat. Bayangkan saja sudah sepuluh tahun berlalu tidak bertatap muka dan sekarang akan bertemu dengan orang yang Ia sendiri sudah lupa bagaimana wajahnya, membuat kegugupannya menjadi jadi. Rena sudah menyusul keluar rumah untuk menyambut kedatangan orang tua Sheza.

"Kamu tidak apa apakan??" Sheza menggenggam tangan adiknya tersebut. Raya menggeleng pelan, "aku tidak apa apa kak.." ungkapnya. Kemudian perhatiannya teralih pada pintu masuk, seorang wanita paruhbaya yang tampak masih bugar dan cantik memasuki rumah dengan langkah yang tergesa gesa. Airmatanya tidak berhenti mengalir, dibelakangnya menyusul seorang pria yang terlihat masih bugar diumurnya yang sudah menginjak kepala lima.
Langkah kedua orang tersebut semakin mendekati Raya yang sudah berdiri disisian Sheza.

"Ma..ndaa" lirih wanita tersebut. Ia berhenti tepat didepan Raya yang memandangnya sendu. Lalu pandangannya beralih pada Sheza. Seakan mengerti Sheza mengangguk pelan seraya tersenyum.

"Bolehkah Bunda memelukmu?" Pintanya berlinang air mata. Raya mendongak lalu mengangguk semangat.

"Maafkan Bundaa nak.. maafkan bunda yang tidak ada disisimu selama ini. Maafkan bundaa" ucapnya terisak dipelukan putri yang sudah lama hilang itu.

"I..iiyaa.. bun.." jawab Raya tak kalah terisaknya. Ia semakin membenamkan wajahnya dipelukan sang ibu.

Sheza yang berdiri memandangi mereka, tidak bisa menahan airmatanya. Ia pun berlari pada ayahnya yang masih berdiri terdiam melihat keajaiban didepan matanya.
Ia tidak menyangka akan bertemu kembali dengan putri keduanya itu.

"Ayaahh.." lirih Sheza. Ayahnya mengeratkan pelukannya pada putri pertamanya itu.
"Terima kasih nak.. terima kasih sudah menemukannya.." ungkap ayahnya. Laki laki yang tegar dan bijaksana itupun tidak sanggup menahan air matanya.

Bunda melepas pelukannya. Sheza juga melepas pelukan pada ayahnya. Kini Ia mendekati Raya lalu membawanya mendekati ayahnya.
Raya langsung menubrukkan tubuhnya pada sang ayah.

"Ayah.." panggilnya lirih.

"Maafkan ayah nak.. maafkan ayah yang tidak bisa jadi ayah yang baik dan bertanggung jawab..
Maafkan ayah yang tidak bisa menjagamu.. dan terima kasih sudah kembali." Ungkapnya semakin mengeratkan pelukan dan menangis sembari memeluk putrinya tersebut.

"Bundaa.. selamat datang." Sheza memeluk ibunya yang membalas pelukannya semakin erat.

"Terima kasih sayang sudah menemukannya" ucapnya melepas pelukan.

"Apa semuanya baik baik saja?" Pertanyaan Rena membuat mereka menoleh serempak ke asal suara.

"Oh Rena.. maafkan Om. Kamu pasti keberatan membawanya.." mereka pun tertawa melihat Rena yang kesusahan menarik koper besar untuk memasuki rumah.

"Padahal aku sudah melarangnya Om.." ungkap kesal Fino dibelakangnya sembari menenteng beberapa kresek.
Rena melirik Fino dengan kesal.

"Om tantee.." Rena berlari lalu memeluk om dan tantenya itu bergantian. Begitu pun dengan Fino.

"Dimana cucu cucuku??" Tanya Om Erick. Ia melihat sekeliling mencari duo krucil kembar itu.

"Mereka dirumah neneknya Om.. nanti sore akan aku jemput kembali." Fino menjawab.

"Mereka pasti akan senang jika tahu tantee disini." Ungkap Rena senang.

"Aku sampai lupaa, bagaimana kabar ayah dan bunda?" Tanya Raya memandangi mereka bergantian.

"Kami baik nak. Dan akan semakin membaik setelah ini" merangkul kembali Raya ke pelukannya.

"sebentar lagi jam makan siang. Bagaimana kalau kita masak untuk makan siang Za?" Rena menyenggol lengan Sheza.

"Baik. Ayo kita masak yang lezat hari ini." Ungkapnya semangat.

"Bunda juga mau bantu." Sontak mendapat gelengan dari Sheza dan Rena.

"Bunda, Raya, ayah dan bang Fino disini saja ya. Ngobrollah hal hal yang menyenangkan sementara kami akan memasak. Nanti setelah selesai kami akan memanggil." Ucap Sheza sembari mengedipkan matanya genit.

Mereka geleng geleng kepala melihat tingkah genit Sheza yang sudah kembali. Percaya atau tidak mereka menyadarinya. Jika semua akan kembali baik baik saja.

♡♡♡

Akhirnya up juga. Setelah setahun berlalu..hihii
Bantu vote ya.. dan tinggalkan jejak.. apapun itu. Asal jangan kata kata kotor.. tenkiu sobat😍





Lovely,

Lady_one♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heart and SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang