Sheza lagi bermain ular tangga bersama kedua keponakannya di ruang keluarga. Tidak lama kemudian Rena menghampiri mereka.
" asik banget kayaknya? Apa Mama boleh ikut?" Tanya Rena saat sudah mendudukan bokong indahnya pada sofa.
" ah.. Mama?" sapa Salwa sembari menyengir. Menampakkan barisan giginya yang putih.
" emang kakak bisa main? Tidak takut kalah nanti?" goda Sheza menyikut lengan Rena.
" wuah.. nantangin nih ceritanya?" Tanya Rena berkacak pinggang. Tidak menyangka adiknya itu akan menyepelehkan kemampuannya bermain Ular Tangga. Kalau hanya untuk bermain permainan seperti ini udah biasa bagi Rena, bukankah permainan ini sudah ada sebelum mereka lahir? Pikir Rena.
Mereka memulai permainannya kembali ke awal, dimana yang mendapat angka tertinggi yang akan jalan duluan dengan cara melempar dadu. Aqiela mendapat kesempatan itu lebih dulu, di susul Rena dan Salwa yang terakhir Sheza.
" apa kamu ingat kak? Dulu kita serng memainkan permainan ini saat kita masih kecil." Ucap Sheza yang seakan teringat masa lalunya yang begitu bahagia.
Rena tersentak mendengar penuturan yang di ucapkan Sheza, membuatnya menoleh sekilas untuk memperhatikan raut kesedihan yang terpancar dari wajah adiknya itu.
" kamu benar Za, saat itu adalah saat-saat dimana kita sangatlah bahagia. Saat dimana kita hanya tertawa dan bermain." Jawab Rena kembali mengalihkan pandangannya pada media permainan.
" dulu Mama sama Mami juga main ular tangga ya?" Tanya Aqiela antusias.
Sheza dan Rena kompak mengangguk.
" apa Mama dan Mami hanya main berdua?" Tanya Salwa menimpali.
" tidak sayang, dulu Mami sama Mamamu bermain bersama tante Manda dan tante Anggrek." Jawab Sheza sedikit tersenyum.
" apa kita bisa mengajak tante itu bermain bersama?" Salwa bertanya kembali.
Rena kembali tersentak lalu pandangannya beralih pada Sheza yang menundukkan wajahnya. Ia terlihat sangat sedih.
" Mami tidak tahu mereka dimana sekarang nak," lalu mengangkat perlahan kepalanya menatap Rena yang terlihat pucat. " apa kakak tahu dimana mbak Anggrek??" Tanya Sheza pada Rena yang terlihat semakin pucat.
Rena tidak tahu harus menjawab apa sekarang, tentang semua yang diketahuinya tentang Anggrek, dan sekarang Manda. Dan Ia juga tidak tahu harus mengatakan yang mana lebih dulu.
Anggrek atau Manda??
Kilasan tentang Anggrek melintas dalam benaknya. Anggrek yang meminta sesuatu yang sangat mustahil untuk bisa Ia wujudkan. Namun selang itu bayangan Raya lebih mendominasi di benaknya saat ini.
Flashbackè
Setelah mengantarkan Sheza ke bandara, Rena memutuskan mengunjungi suaminya dikantor. Karena saat ini kedua anaknya masih berada di sekolah.
Rena melangkahkan kakinya mendekati meja sekretaris Fino. Raya yang merupakan sekretaris Fino segera berdiri saat melihat kedatangan istri bosnya itu.
" selamat pagi ibu.." sapa Raya dengan santun.
" selamat pagi juga, eh.. Ra..ya..?" jawab Rena mengeja nama Raya seraya melirik name-tag yang tersemat didada bagian kanan gadis itu.
Raya mengangguk tersenyum.
" bapak masih rapat, jika berkenan ibu bisa menunggu didalam.." ucap Raya sembari mempersilahkan Rena masuk kedalam ruangan Fino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart and Soul
Romance" Bukan masalah waktu, waktu tidak bisa menyembuhkan. Tapi waktu bisa menjadi guru yang baik, aku banyak belajar dengan seiring waktu." - Sheza Niclavoise- " Aku selalu berfikir bagaimana cara berhenti mencintaimu, tapi aku tidak menemukan caranya...