"Kayaknya kalau kita bisa pinjem beberapa ekor rusa di sini sebagai penghias pernikahan kalian lucu deh. Merpati terlalu mainstream."
"Dek, sekalian aja lo usulin bawa buaya terus ikat didepan dibawah meja prasmanan biar greget."
Fio manyun mendengar ledekan Frans yang tersenyum jahil sambil tos dengan Double J, Kedua adik kembar Kim yang baru tiba. "Dasar lo cowok gak romantis!"
"Mending nikah di Taman Safari sekalian biar maknyus. Kapan lagi ucapkan ijab kabul diiringi auman singa?" Usulan Jared membuat mereka makin terpingkal – pingkal.
"Gue sumpahin jomblo ampe tuir kalian semua!"
"Si Jomblo nyumpahin jomblo, gak salah dek?"
Nisa tertawa melihat Fio kini memeluk Tian yang tersenyum geli. Dari dulu sampai sekarang, pria itu selalu berperan menjadi penengah bila terjadi keributan, padahal kalau dilihat dari usia, Frans adalah yang tertua ntuk klan cowok Pradipta, disusul oleh Tian dengan selisih 2 tahun, diikuti Edric serta paling bontot yaitu Vexia bersaudara dengan selisih paling jauh, yaitu 4 tahun ntuk Edric, 6 tahun ntuk Frans dan Tian.
"Frans, ingat umur."
"Tau. umur udah 30an keatas, kelakuan kayak bocah belum lurus kencing." Timpal Kim tak tanggung – tanggung disamping Lea, kakak Frans sekaligus yang tertua dalam klan cewek Pradipta yang kini duduk disamping Edric yang cuek dengan keadaan. "Selamat atas kabar pernikahannya, yah."
Rupanya aura serta senyum Lea yang tenang membuatnya salah tingkah hingga hampir menyenggol gelas didepannya. "Makasih, kak Lea. Ngomong – ngomong, kapan tiba?"
"Baru aja kok, dijemput Kim tadi."
"Kok gak nelpon gue dek?" Frans tak terima adik kesayangannya yang paling jelita dijemput oleh istri kontraknya yang asyik tertawa dengan ponselnya. "Ditelepon sibuk mulu, gue gak berani naik taksi dari bandara kesini, makanya nelpon Kim dan untungnya jaraknya cukup dekat waktu itu."
"Biasa. Nelpon korban gombal basi, Lea."
"Cemburu? Masih kebawa peran istri gue, yah?" Kim mengangkat sebelah alisnya dengan sorot mata menantang. Wanita ini memang sangat cantik, dengan aura seksi serta menggoda siapapun ntuk memperhatikannya. Ia termasuk salah satunya, namun berusaha tak tersedot lebih dalam pada pesona sorot mata biru safir yang mengundang itu. awalnya tak mudah, namun akhirnya bisa ia taklukan setelah mengetahui rahasia gelap wanita yang notabene sepupu jauhnya itu.
Kim adalah alasan banyaknya kru cowok TV dipecat setiap variety show yang dibawakan karna sifat manja yang ampun – ampunan, serta wanita simpanan para bos Televisi.
Ia benci.
"Mending gue ciuman ama kodok didepan rumah daripada cemburu ama manusia gak jelas kayak lo."
"Kalau ciuman ama pria yang pantesnya dipanggil kakek, lo mau?" Skakmat! Ucapan itu membuat Kim membatu.
"Selama bukan lo."
"Kenapa? Lo rela lakuin apapun demi berdiri sejajar dengan gue, Kimberly, bahkan sampai membuka kedua kaki indah lo didepan me...,"
"Fransisco Boulanger!"
Pipi kirinya sakit karna ditampar cukup keras oleh Kim yang kini pergi meninggalkan ruangan. Ia menatap Tian yang kini melipat kedua tangannya di dada. "Jangan pernah bahas pekerjaan kalian disini."
"Gue gak nyangka lo akan bilang sekeji itu dengan kakak gue, kak Frans. Kak Kim gak seperti itu."
"Bisa kalian diam dan lupakan masalah ini?"
Tian menatap Frans yang kini keluar menyusul Kim, dan mengangkat bahu. "Yah.., anggap saja kejadian tadi emang gak terjadi kalau begitu."
"Oh iya," Jared memilih mengabaikan. "Gue kemaren ketemu lo dengan cewek di Athena. Asyik banget sampe gak lihat apapun."
"Hah?" Edric terganggu dengan pertanyaan Jeremy. "Salah liat kali."
"Gak kok. Lo juga liat kan Jared?" kembarannya mengangguk. "Kami liat lo ciuman sebelum mendorong wanita itu diruangan VIP dan menutupnya. Waw, gue gak nyangka lo akan berakhir disana, Edric."
"Siapa?" Mereka menatap Eva yang baru datang dan duduk disamping Nisa, mendadak kehilangan suara. "Nakal juga ternyata kamu sekarang."
Edric menatap tajam Eva yang tersenyum tipis. Wanita dengan sorot mata coklat terangnyalah yang membuat ia melakukan hal gila tersebut. "Bukan urusan kamu. Lagipula," ia benci tatapan sakit itu, mengingatkan akan alasan kenapa mereka putus. "Cewek itu jauh lebih memuaskan dalam segi apapun dibandingkan kamu, Evangeline."
"Gaes..."
"Gue kekantor dulu. makasih atas makan siangnya." Edric langsung berdiri dan meninggalkan mereka, dengan satu tatapan tajam kearah Eva yang memperhatikan.
"Rupanya gue baru saja ngumpulin sekelompok anjing dengan kucing dalam satu kandang kecil, yah." Tawa ironi terdengar dari Tian, membuat Nisa mengelus pundaknya. "Mending kita makan sekarang. aku lapar berat."
"Ini baru calon istriku." Timpal Tian, memancing tawa yang lain.
"Mereka itu dulunya pacaran selama 4 tahun, putus karna Eva nyerah dengan sifat dingin serta cueknya Edric yang kelewat batas. Sudah habis sabar katanya."
"Tapi mereka saling cinta sampai sekarang."
"Yap."
"Sayang banget," Nisa merenung sambil menatap kearah Lea yang asyik tertawa dengan salah satu Vexia bersaudara. "disaat ada yang putus karna keadaan, mereka malah putus akan hal super sepele begitu."
"Hal itu rupanya lumayan mengganggu pikiranmu, yah." Nisa tersentak dengan nada lembut Tian, namun tidak akan sorot mata menyelidiknya. "Aku Cuma ingat curhatan temen yang putus karna beda agama."
"Gak berjodoh mungkin."
"...."
"Nisa?" ia tak suka sifat dingin sifat calon istrinya ini. bukan ini yang membuatnya memilih Nisa. "Daripada kita bahas mereka, bagaimana kalau malam ini dinner?"
"Dimana?"
"Kamu mau dimana?"
"Ikutin kamu aja. Lagi males milih."
Ia tersenyum lebar. Rencana ini akan membuat suasana makan siang yang super awkward itu terlupakan. "Kamu pasti suka."