3: Jauhin Dia.

300 11 1
                                    

"Ekhem,"

Suara tersebut mengalihkan pandangan (namakamu) dan Alwan.

"Siapa bilang gue dipanggil sama coach?"Dika datang sambil menatap tajam lelaki tersebut -Alwan-.

"Yaudah gue duluan,"Alwan menjeling Dika, lelaki yang menggagalkan rencananya untuk mengajak gadis yang diincarnya pulang bareng bersamanya.

Ya, sesungguhnya Alwan menyukai (namakamu).

"(Namakamu), masuk mobilku,"kata Dika dan (namakamu) hanya mengiakannya dan masuk ke mobil Dika yang terletak tidak jauh dari tempat mereka.

"Gue udah bilang dari dulu. Jauhin (namakamu)!"Dika menarik kerah baju Alwan.

"Lo bukan pacar (namakamu), dan lo bukan siapa-siapanya dia!"Alwan menolak keras tubuh Dika.

"Gue memang bukan pacarnya (namakamu), tapi gue bakal pacar (namakamu),"ucap Dika sambil melipat tangannya di dada.

"Gue pastiin lo gak bakalan miliki (namakamu). Hanya gue yang berhak miliki (namakamu)! Ngerti lo?!"tengking Alwan untuk saja kawasan ini sudah sunyi.

"Dan gue akan pastiin lo gak dapat (namakamu) juga,"kata Dika sambil tersenyum sinis dan meninggalkan Alwan.

Dika memasuki mobilnya dan duduk di jok belakang bersama (namakamu). Sedangkan yang menyetir adalah supir pribadi Dika, Pak Surto.

"Kamu gak papakan? Dia ada apa-apain kamu gak?"kata Dika.

Seperti yang author bilang, Dika tidak suka jika ada cowo mendekati gadis kecilnya.

"Dik, aku bukan anak-anak,"kata (namakamu) sambil membuat muka '-_-'

"Tetap saja di mata aku kamu itu anak-anak. Kamu memerlukan bodyguard kaya aku,"kata Dika sambil mengacak-ngacak rambut (namakamu) dan kali ini juga mencubit pipi (namakamu).

"Dan satu lagi, aku udah gede Dika. Kaga usah ngacak rambut aku deh,"ucap (namakamu) sambil membenarkan poninya.

"Kamu sih lucu,"kata Dika sambil matanya tertutup dan ia menarik senyum.

"(Nam...), aku mau kamu jauhin dia. Aku mau kamu jauhin Alwan dan jangan pernah ngomong sama dia. Aku gak suka. Ngerti?"

"Iya,"

"Oh ya, beberapa hari ini aku gak ngeliat ayah. Dia kemana?"

Ayah? Maksudnya Dika itu ayah (namakamu). Bukan suatu masalahkan jika Dika memanggil ayah-mama (namakamu) dengan sebutan ayah-mama juga. Begitu juga sebaliknya. Toh mereka juga sahabat dari kecil.

"Gak tau. Mama bilang ayah lagi kerja di luar kota,"kata (namakamu) sambil kepalanya ditundukkan. Teringat kembali peristiwa minggu lepas.

'Ting!'

Terdengar bunyi kaca pecah yang berasal dari ruang keluarga. Sedangkan (namakamu) bersembunyi di balik pintu kamarnya yang berdekatan dengan ruang keluarga. Tubuh (namakamu) menggeletar menandakan ia ketakutan.

Ayahnya sedang membentak mamanya yang sedang menunduk dihadapannya. Entah apa yang dibicarakan mereka. Kelihatan begitu serius. Tapi...

"Lebih baik kita pisah, Mirza. Aku udah ngak tahan tinggal di rumah ini!"

"Apa maksud, mas?! Mas ingin meninggalkan aku sekaligus putri kita, (namakamu)?! Apa mas tidak pikir tentang pengaruh kepada (namakamu) jika kita pisah?!"

"Dia bukan anak kita! Dia hanya anak yang kita kutip dari tempat yang tidak layak!"

Susah bagi (namakamu) untuk menelan ludahnya. Air matanya bergenang di pelupuk mata. Tangannya terketar-ketar. Tidak. Tidak. Ini pasti mimpi.

'Hisk'

Tanpa izin (namakamu), ia terisak. Ia segera menutup mulutnya sebelum isakkannya terdengar oleh sesiapa.

'Apa benar aku anak angkat?'

"Mas! Jaga omongan mas!"

"Kita terpaksa mengadopsi anak juga karna kamu! Kamu gak bisa kasih kita keturunan!"

Ayahnya menjambak rambut lurus mama (namakamu) sehingga bisa kedengaran teriakkan mamanya.

'Gak sangka ayah sekejam ini.

(Namakamu) menggeleng, menghentikan lamuannya.

"(Nam...)? Kamu baik-baik aja? Dari tadi aku panggil ko malah bengong?"Dika melingkarkan tangannya pada pundak (namakamu).

"Gak, gak papa,"

"Aku sering bilangkan kalau kamu itu gak bakalan berhasil nge-bohongin orang. Apalagi aku,"

"Hhhh,"hanya keluhan saja yang bisa diungkapkan (namakamu).

"Kalau kamu gak mau cerita , gak papa. Aku gak maksa kok,"kata Dika sambil tersenyum,"masing-masing manusia punya priva--,"

"Ok. Aku bakal cerita. Tapi aku mampir ke rumah kamu ya. SEKARANG,"(namakamu) menekan perkataan 'sekarang'.

Dika tersenyum. Setidaknya, gadisnya mempunyai teman curhatan sepertinya.

***

(Namakamu) duduk di pinggir ranjang Dika, menunggu kelibat Dika yang katanya sedang mandi.

Bukan lelaki namanya jika tidak meminati sepak bola, sama seperti Dika. Berbagi koleksi yang berkaitan dengan bola ia punyai. Mulai dari poster sehingga baju. Hhh.

'Clek'

Pintu kamar Dika terbuka, menampilkan sosok Dika yang baru habis mandi. Dia hanya menggunakan celana pendek dan menggantungkan tuala di lehernya sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah.

Dan... Dika belum menggunakan baju .-.

(Namakamu) yang pada mulanya memandang Dika, memalingkan pandangannya. Ia hanya memerhatikan kakinya .-., tidak ingin memandang Dika.

'YaAllah, ampunilah dosaku YaAllah. Jauhilah aku dari setan yang jahat .-.'

'Clek'

Dika menutup pintu kamarnya, menyisakan hanya dirinya dan (namakamu).

"WOY, KAMU NGAPAIN NUTUP PINTU SEGALA?!"

"Inikan kamar aku,"ucap Dika, membuat (namakamu) ternganga.

Dika menarik kerusi dan duduk di hadapan (namakamu) yang menundukkan kepalanya.

"Jadi apa?"kata Dika, masih mengeringkan rambutnya .-.

"Gak apa-apa,"

Dika memandang (namakamu) sambil menaikkan sebelah alisnya. Ia mendongakkan dagu (namakamu) dengan jarinya. Dan wajahnya mendekati wajah (namakamu). Ditatapnya dalam mata (namakamu).

"I can see from your eyes that you're lying,"

Tuhan!! Aku gak pernah sedekat ini dengan lelaki!!! Dalam hati, (namakamu) menjerit. Hatinya sudah tidak dapat dikawal lagi degupannya. Benar-benar sangat cepat degupannya.

Apa...
Apa...
Apa aku suka sama Dika?

yeeea, part udah dipublishh setelah sekian lama kaga update💪🙆. Ada yang kangen kaga dengan cerita ini? Kaga adaa😳? Hadeehh😅. Jangan lupa voteenya babe😉😊. Commentnya jangan lupa yaa😎.

Love💓,
hijaabgirl

Aku Rindu Kebahagiaan. || (namakamu).Where stories live. Discover now