IoL Six

89 18 0
                                    

Pagi ini telah memberikan ku pelangi yang indah, tak nampak di awan,tetapi berhinggap di dunia ku, ya karena dia.

                               *****

Setelah Reina berkata seperti itu, aku terdiam, membungkam mulutku, bertanya pada diriku sendiri, apa yang telah ia kirimkan tadi pagi? Apa dia ngigau? Aku tidak tahu, semalam ia cuek beribu cuek, nah pagi ini, he is care to me, selalu saja Riccy bersikap seperti ini; kadang cuek setengah mati, dan kadang membuat ku luluh.

Aku duduk, membuka dan menutup aplikasi, aku bosan, aku bingung, mengapa Riccy selalu membuat ku pening.

Nampaknya Riccy sudah datang, ia berjalan sambil memegang handphone nya, sepertinya ia sedang berbalas pesan dengan Tere, gebetan barunya.

Aku tidak menghiraukannya, aku bersikap dingin dengan siapapun, hingga bel masuk berbunyi, bahkan hingga bel istirahat berbunyi, semua orang heran, apalagi Reina.

                                  *****

"Reina, si Illy kenapa?kok dari tadi diem aja?" Celetuk gue merasa heran,

"Gue juga gatau , Ric. Dia gak cerita sama gue." Reina menjawab.

"Apa mungkin karena gue ya, Na?" Gue berkata pelan pada Reina.

"Hah, kok lo?maksudnya gimana ya?" Tanya Reina sambil mengkerutkan

Gue mengabaikan pertanyaan Reina, gue kembali ke tempat duduk. Memikirkan, apa yang sedang Varill rasakan, tapi gue memutuskan untuk menghilangkan nama Varill dibenak gue, dan segera ngechat Tere.

Sibuk ku chatan dengan Tere hingga cekakak cekikik, melepaskan senyuman ku, ugh memang Tere selalu membuat ku bahagia,

Riccy Akbar Alinski: Re,nanti balik gue anterin pulang ya.

Teresa Elsa: hm... gue mau anu... mm ada urusan, Cy.

Riccy Akbar Alinski: udeh pokoknya gue anterin lo balik, titik.

Hingga akhirnya dia mau gue ajak balik bareng, gue cari topik dengan Tere, bersama dia gue baik-baik aja, gue nyaman.

                                  *****
Aku kembali ke tempat duduk ku, seperti seorang yanh sedang banyak masalah,

Aku menoleh kebelakang, melihat Riccy sesaat, sepertinya ia sedang bahagia, berbalas pesan dengan Tere sambil senyum-senyum seperti itu.

Aku bingung, apa yang di inginkan Riccy dari ku, selagi ia sudah bahagia dengan Tere?Apakah ia ingin menghancurkan perasaan ku untuk nya?kalimat ini sangat retoris.

"Oh dia lagi chatan sama Tere keknya, Na" kataku kepada Reina,

Sempat ku jatuhkan air mata ini, tanpa siapapun tau, Iccy akhir-akhir ini jalan berdua dengan Tere, berbalas pesan dengan Tere, tapi aku?aku tidak bisa, bahkan ia tidak mengetahui keberadaan ku disini.

"Lo kenapa, Ly? Udah gausah dipikirin, lo tau kan dia itu famous, ganteng, seisi sekolah ini pun ngejar-ngejar dia, walaupun dia playboy, Ly"
Celotehan Reina,

Jauhin dia, Ly. Dia gak suka lo, dia gak ngertiin perasaan lo, dia gak bakal nganggep lo penting, udah lupain aja, Ly.

Aku memutuskan untuk menjauhi Riccy. Sesaat setelah batin ku berkata seperti itu, notif Line muncul, ternyata pesan dari Teresa, enta mengapa wanita ini mengirimkan ku pesan, dia, wanita yang sedang deket dengan Riccy, ah sudahlah aku buka saja pesannya.

Teresa Elsa: Ly, gue mau ngomong sama lo.

Varillya Lovandrina: yaudah ngomong aja, Ter.

Teresa Elsa: Lo suka ya sama Riccy? Jujur aja sih

Varillya Lovandrina: ah enggak, Ter.

Aku balas dengan membohongi perasaan ku padanya, aku memang menyukainya, tapi...

Teresa Elsa: Gausah bohong, Ly. Riccy udah ngomong ke gue.

Varillya Lovandrina: tapi kalian udah jadian kan? Itu nama lo ada distatus Riccy :)

Aku menyanggupi berkata seperti itu, layaknya tidak ada perasaan yang ku sembunyikan, memang aku handal dalam menyembunyikan perasaan.

Teresa Elsa: engga jadian,itu dia aja yang ngarep sama gue, Ly. Yaudah, lagian gue juga gak suka sama dia.

Wanita itu tidak tahu di untung, dia telah dicintai oleh orang yang aku cintai, dia sudah mendapatkan perhatian dari orang yang aku sayangi, tapi begitu mudahnya ia berkata "tidak suka" jika aku menjadi dirinya, tidak akan ku sakiti Riccy, akan ku jaga dia.

Varillya Lovandrina: lo gak boleh gitu, Ter. Udah lo sama dia aja, gue gak papa.

Teresa membalasnya tetapi aku tidak menghiraukannya, ku letakkan ponsel ku di kolong meja, guru killer itu sedari tadi memperhatikan aku, menyeramkan sekali.

Bel pulang berbunyi, siswa/i berhamburan ke luar kelas.

                                   *****

"Haduh, Tere kemana ya. Gue chat gak dibales-bales" desis gue perlahan, sambil melongokan kepala gue ke arah kelasnya, ya di samping kiri kelas gue.

"Kenapa sob?nungguin siapa lo?" Dani mengagetkan, dia menepuk pundak gue dengan kencang

"Apasi lo, gue nunggu Tere nih. Dari tadi gue gak liat dia, gue kangen" curCol gue ke Dani,

"Idih najisun, Cuy. Geli" Dani enek sesaat.

Ah, itu dia Tere! Gue nyamperin dia yang sedang bersama temannya, didepan kelasnya.

"Re, mau kan gue anter balik?" Gumam gue sambil mengadahkan tangan, agar ia mau balik sama gue

"I...iya gue balik sama lo," Tere kembali berucap.

Lalu temannya Tere meninggalkan kami berdua, gue ajak dia kedepan kelas gue, nah disitu ada kursi panjang, sangat enak. Gue sambil ngobrol-ngobrol dengan Tere

                              *****

"Rein, balik yuk." Pinta ku pada nya,

aku segera keluar kelas, dan pandangan pertama ku kearah kanan, tepat si Riccy, dan Tere sedang duduk asyik berdua,

Hati ku memanas, tak ingin rasa melihat mereka bersama, apalagi bercanda-canda seperti itu layaknya pasangan yang sedang berduaan, tetapi aku tidak boleh egois, Riccy bukan milik ku, dia bahagia dengan yang lain

Riccy menoleh kepada ku sesaat, lalu ia membuang muka dari penglihatan ku, sedangkan Tere, ia bersikap menjauh dari Riccy, menandakan ia tak ada apa-apa dengan nya.

"Ayo, Ly. Eh lo liat apa?" Reina berkata, sambil melihat arah pandangan ku,

"Udah ah ayuk, jangan diliatin ah. Ntar lo nangis lagi, kesian baju gua basah mulu, Ly." Lanjut si Reina.

Aku bego atau gimana?terus saja melihat mereka berduaan di depan pintu, nampaknya hati ini mempunyai beberapa keping yang sangat kuat untuk melihat hal seperti ini,

Dan aku kembali ke dalam kelas, menutup mata ku segelap-gelapnya, rasanya aku tidak ingin melihat hal seperti tadi, dan aku menutup kuping ku erat-erat agar aku tidak bisa mendengarkan perkataan mereka. Berdua

Air mataku kembali terjatuh, lebih deras dari sebelumnya. Dan Riccy menghampiriku.

Btw ngapain ya Riccy nyamperin Varill? Keep stay tuned readers.

THANK YOUU UDAH MAU BACA CERITA INI SAMPAI CHAPTER 6, SORRY YAAA ADA YANG GAK JELAS ATAU GIMANA. SO, JANGAN LUPA VOTE, DAN KOMEN YAAAA!^.^

Imagine Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang