- lima -

237 40 48
                                    

Yoori meremas-remas kedua tangannya, tanda gugup. Bagaimana tidak. Lelaki yang mengaku sebagai seorang penyanyi asuhan suaminya itu tak lain adalah Yook Sungjae, kawan lamanya.

Dan bukannya lelaki itu tak gugup. Sungjae menatap Yoori dalam-dalam, memikirkan setiap kata yang tepat untuk membuka obrolan mereka. Beberapa tahun tidak bertemu, tentu mereka merasa sangat canggung.

"Apa kabar.."

"Apa kabar?"

Keduanya melempar pertanyaan pada saat yang sama persis. Kedua mata bertemu. Sungjae tertawa kecil. Merasakan suasana sedikit mencair, Yoori mulai tersenyum.

"Kayaknya kabarmu benar-benar baik, Jae."

"Ya.. Begitulah." Jawabnya singkat.

Terlalu banyak hal mengejutkan yang dia dengar hari ini. Hyunsik yang tiba-tiba hilang. Bertemu dengan istrinya yang sedang hamil. Dan ternyata istri Hyunsik adalah Yoori.

"Emm, Yoori, kamu baik-baik aja?"

Pertanyaan bodoh sudah dia ketahui jawabannya. Tentu saja Yoori tidak baik-baik saja. Meskipun dia akan berkata sebaliknya.

"Aku.. Enggak apa-apa kok."

Yoori menyematkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya. Pemandangan yang sudah lama tak dilihat Sungjae.

Melihat raut sedih di wajah cantik wanita di hadapannya itu, sejujurnya Sungjae ingin segera menghampirinya, memeluknya dengan erat, menyalurkan kehangatan pada wanita yang pernah ia cintai itu.

Ah tidak. Masih dia cintai.

Kenyataannya mereka kini terhalang sebuah meja tamu. Namun seolah terdapat pagar besi panas di antara mereka. Kini Yoori tidak dapat dia jangkau satu inchi pun oleh tangannya.

"Aku udah denger ceritanya dari bang Nathan. Yang sabar ya, Yoori."

Yoori menundukkan kepalanya. Seolah ada beban yang benar-benar berat disana.

"Aku masih enggak percaya sebenarnya. Enggak mau berpikiran buruk tentang abang. Tapi selalu aja pikiran buruk yang muncul.."

Yoori mengelus perutnya yang mulai menyembul kecil dibalik dress balon biru muda yang dia pakai.

Sungjae menelan salivanya paksa, menahan kepedihan di hatinya. Pedih sekali melihat wanita yang dia cintai dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini.

"Yoori.." Sungjae terdiam sejenak, menyusun kata-kata yang tepat di kepalanya.

"Jangan pikir yang aneh-aneh. Kasihan bayimu itu."

Perlahan Yoori menatap Sungjae dengan matanya yang sayu. Didapatinya manik Sungjae yang menatapnya sungguh-sungguh.

"Anggap aja dia lagi dinas di luar negeri dalam waktu yang sedikit lama. Nanti.. Dia juga pulang."

Hanya itu yang dapat Sungjae lakukan. Membesarkan hati Yoori.

Yoori tersenyum.

"Makasih banyak Jae. Aku coba lagi buat terus berpikir positif." Tangan Yoori mengusap air matanya yang mengalir tanpa kendali.

Sungjae mengepalkan tangannya. Ingin sekali mengusap air mata pedih Yoori dengan tangannya.

"Ah, kalau gitu, aku pamit dulu ya, Yoori. Mungkin lain kali aku kesini lagi."

Keduanya beranjak dari tempat duduknya.

"Makasih banyak Jae, atas kunjungannya. Seneng banget bisa ketemu kamu lagi."

Sungjae tersenyum lebar.

"Kalau ada apa-apa yang bisa dibantu, bilang aja sama aku ya, Yoori."

Sungjae meletakkan selembar kartu namanya di atas meja.

LOSTWhere stories live. Discover now