- tiga puluh dua -

233 31 36
                                    

Setelah sekian lama sunyi, sayup-sayup suara patient monitor mulai sampai ke telinganya. Digerakannya jemari tangan yang lemah dan tertusuk jarum infus. Selanjutnya ia berusaha membuka mata yang terasa berat. Yang ia dapati pertama kali adalah wajah seorang lelaki yang sedang menatapnya dengan cemas.

"Bang? Abang udah bangun? Abang sadar? Bang.. abang masih inget saya?"

Yook Sungjae.

"Jae.." lirihnya.

Sungjae melepaskan napas beratnya. Ia khawatir Hyunsik akan kehilangan ingatannya. "Hah, syukurlah. Enggak kejadian lagi."

Hyunsik tersenyum lemah. Ia berusaha menggerakan badannya, namun urung. Seolah seluruh tenaganya lenyap dan sekujur tubuhnya terasa sakit.

"Gimana bisa.. Abang disini?"

"Ada orang di jalanan yang ngeliat abang kena tabrak lari. Terus mereka bawa Abang kesini."

Skenario basi.

"Berapa hari, Jae?"

"Apa?"

"Abang tidur?"

Sungjae berfikir sejenak, menggunakan jemarinya untuk menghitung. "Tiga hari."

Hyunsik menelan ludahnya. Tangan lemahnya berusaha keras meraih tangan Sungjae.

"Yoori.. gimana?"

"Aman, Bang. Abang mau bicara sama Yoori?"

"Jangan!" lirih Hyunsik. "Nanti dia khawatir. Nanti aja. Kasih tahunya.. setelah Abang sembuh."

"Ok. Ya udah, saya panggil dokter dulu ya, Bang."

"Makasih, Jae."

Sungjae tersenyum, bangkit dari kursinya dan keluar dari kamar rawat. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia baru tersadar hal aneh yang sedari tadi mengganjal pikirannya.

Bang Hyunsik .. inget Yoori?

***

"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan seorang produser jenius seperti anda, Im Hyunsik."

Lelaki bermata kecil itu tersenyum dan mengangguk pada seorang lelaki paruh baya bersetelan rapih yang menyapanya. Malam itu, Hyunsik mendapatkan sebuah undangan makan malam tertutup dari Han Taeyang, untuk bertemu Kim Jisoo.

Berbagai menu sudah dihidangkan di atas meja. Seorang pelayan menuangkan wine ke dalam tiga gelas kosong. Jisoo mengangkat gelasnya, mengajak bersulang dan memulai obrolan-obrolan ringan.

"Saya menaruh harapan besar pada anda, Im Hyunsik."

"Ah, pujian Bapak berlebihan." Hyunsik tersenyum. "Saya senang bisa kerjasama memproduksi lagu untuk artis Bapak."

Jisoo manggut-manggut. "Ada berapa lagu memang, di komputer kamu?"

"Enggak sempat saya hitung, Pak."

Jisoo tertawa renyah dengan gurau ringan Hyunsik. Taeyang hanya menyimak obrolan sambil tersenyum.

"Saya serius, Hyunsik. Saya mau ajak kamu bisnis yang cukup menguntungkan."

"Apa itu, Pak?"

Jisoo menenggak wine-nya sejenak, sebelum melanjutkan penuturannya.

"Yah.. orang sukses memang enggak selalu berada di layar, kan? Seorang seniman kadang tidak butuh nama agar karyanya dikenal. Ya, kan?"

"Saya setuju, sih. Kalau kasusnya seorang sutradara." Hyunsik tertawa kecil. "Tapi saya enggak berpengalaman dalam bidang itu, Pak."

LOSTWhere stories live. Discover now