- tiga puluh tiga (END) -

287 23 17
                                    

Hyunsik melangkahkan kakinya menuju elevator, bergabung dengan beberapa staff Star Eight Entertainment yang hendak pergi ke ruang kerjanya. Ia menekan tombol lantai teratas, lantai tempat ruangan Han Taeyang berada.

Elevator mulai bergerak dengan kecepatan konstan. Hyunsik menghela napas panjang dan tersenyum simpul. Suasana Star Eight sudah berganti. Bahkan ia tidak mengenali para staff yang sedang naik elevator bersamanya.

Menyaku kedua tangannya di dalam mantel, ia melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri menuju ruangan Presiden Direktur. Dianggukan kepalanya pada Nam Gyuri yang masih setia duduk di posisi sekretaris direksi itu.

"Selamat siang, Produser Lim." Pria paruh baya itu berdiri dan menganggukan kepalanya. "Sepertinya Presdir Han sudah menunggu anda."

"Iya, Terimakasih Sekretaris Nam."

Hyunsik tersenyum dan kembali mengangguk sebelum mengetuk pintu ruangan sang Presdir.

"Masuk," terdengar jawaban dari dalam.

Mata kecil Hyunsik seketika membelalak saat mendapati pria itu sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus. Pria itu menoleh ke arahnya.

"Ah, Hyunsik. Ayo, masuk."

Hyunsik melangkah masuk dan mendudukan dirinya di sofa. Nam Gyuri menyusulnya dengan dua cangkir kopi lalu keluar ruangan.

Pemandangan di hadapannya membuat Hyunsik kembali berpikir tentang sikap yang tepat terhadap Han Taeyang. Ia diberhentikan, tentu saja karena kesalahannya sendiri. Tapi pemandangan ini tetap terlihat menyedihkan di mata Hyunsik.

"Jadi, ini akhir ceritanya, Pak?"

Taeyang tersenyum tipis. Ia menghampiri Hyunsik dengan kardus di tangannya, meletakannya di atas meja lalu ikut duduk di sofa.

"Saya enggak pantas ditiru. Kamu harus sukses dan membesarkan Star Eight dengan benar."

Senyum Hyunsik memudar. Ia menatap tajam Han Taeyang yang sedang menyeruput kopinya.

"Saya memang bersimpati sama Bapak. Tapi bukan berarti saya akan menuruti semua perintah Bapak lagi."

Hyunsik mengeluarkan sebuah amplop dari saku mantelnya, menyerahkannya ke hadapan Taeyang.

"Secara teknis, saya sudah di pecat dari perusahaan ini sejak dua tahun lalu."

Taeyang mengalihkan pandangannya dari tatapan Hyunsik.

"Saya sudah kasih pesangon sama istri kamu, tapi dia nolak."

"Jelas. Pemberhentian saya aja tidak menyenangkan. Seorang ibu hamil kehilangan suaminya saat tugas kerja, sedangkan perusahaan sama sekali lepas tangan, dan malah dipecat dengan tidak hormat. Tapi ya sudah, Pak. Saya datang bukan buat bahas masalah itu."

Taeyang berdecak pelan. Ia membetulkan posisi dasinya dengan wajah angkuh. "Ya sudah, to the point saja. Kamu lihat sendiri, saya lagi sibuk sekarang."

Hyunsik menghela napas panjang. Ia mengeluarkan secarik kertas dari balik mantelnya.

"Ini, alamat Jihyun. Kang Jihyun. Tepatnya.. Han Jihyun."

Taeyang membelalakan matanya mendengar nama itu disebutkan.

"Ji..hyun?"

Hyunsik mengangguk. "Selama saya hilang,  saya dirawat oleh seorang pemilik perkebunan apel bernama Kang Minsuk. Dia adalah seorang ayah dari orang tua yang membesarkan puteri Bapak selama ini."

Taeyang meraih secarik kertas itu dengan tangan gemetaran. Ditatapnya beberapa baris alamat itu lekat-lekat.

"Itu saja yang mau saya sampaikan, Pak. Saya mohon pamit." Hyunsik bangkit dari sofa.

LOSTWhere stories live. Discover now