- sembilan -

221 30 49
                                    

"Aku pulang,"

Wanita berusia dua puluh enam tahun itu menyeka peluh yang menetesi pelipisnya tiada henti. Musim panas benar-benar kejam membakar kulit putih susunya menjadi kemerahan. Dironggoh selembar saputangan dari tasnya.

Mendudukan dirinya di kursi depan rumahnya, wanita itu bernapas lega. Akhirnya ia bisa beristirahat setelah menjalani hari yang melelahkan. Menjelajahi setiap sekolah yang membuka lowongan pekerjaan untuk seorang guru piano.

Seorang wanita paruh baya muncul dari pintu rumah.

"Udah makan kamu, Yoori?"

Wanita ber-cardigan soft-pink itu menggeleng. "Mana sempat, Ma. Tadi Yoori keluar masuk hampir lima sekolah."

"Terus gimana? Dapet?"

Yoori lagi-lagi menggelengkan kepalanya. "Penuh semua."

"Kalo SD Moon-Byeol, udah? SD kamu dulu kan?"

"Belom dicoba sih. Abis keburu lemes."

"Ya udah, cepet istirahat, terus makan."

Yoori menghela napas beratnya. "Malu aku. Udah seumur gini masih aja numpang makan di rumah orangtua."

"Ckck, mulai lagi deh anak ini." Yoora menjitak pelan putri sulungnya itu. "Mulai lagi, mulai."

Yoori meringis sambil mengelus kepalanya. "Mama, kebiasaan. Anak gadisnya udah punya anak masih aja maen jitak."

Yoora tertawa kecil.

"Hyunsik mana, Ma?"

"Tuh, di dalem. Main sama kakeknya."

Yoori segera beranjak dari tempat duduknya, masuk ke dalam rumah. Didapatinya lelaki paruh baya — tak lain adalah ayahnya — sedang duduk berhadapan dengan bayi berusia satu tahun dengan beberapa mainan.

"Duh, anteng banget ya maen sama Kakek."

Yoori memeluk bayi itu dan mengecup pipi gembilnya. Bayi itu menoleh, menyadari kehadiran sang bunda.

"Ma..ma.." Sang bayi langsung mengulurkan tangannya, meminta sebuah gendongan. Yoori dengan riang meraih buah hatinya itu, menciumi pipi gembilnya. Menyalurkan rasa rindunya setelah setengah hari tidak bertemu.

"Hyunsik enggak rewel, Pa?"

"Enggak sama sekali. Seneng kali maen sama Kakek." Song Hamyung, ayahanda Yoori meletakan satu persatu mainan cucunya ke keranjang mainan.

"Terus Papa enggak ke kantor?"

"Enggak dong. Pengen main seharian sama cucu."

"Untung aja anakmu enggak lagi sakit. Coba kalo demam, pasti rewel." Yoora tiba-tiba muncul dari belakang. "Makanya, cepet cari ayah buat dia."

"Mama," raut wajah Yoori berubah seketika. "Mulai lagi deh."

Hamyung hanya tersenyum melihat cengkrama istri dan anak gadis sulungnya itu. Percakapan yang sama untuk kesekian kalinya. Setelah itu Yoori pasti akan segera keluar dari arena, malas menanggapi sindiran Ibunya itu.

Yoori menggendong Hyunsik kecil ke halaman rumah, menghirup udara segar. Meskipun terik, setidaknya lebih sejuk daripada pengapnya rumah ditambah percakapan menjemukan bersama Ibunya itu. Mengajak si kecil bercanda, sesekali menciuminya, mengajaknya bercengkrama, menimbulkan tawa kecil yang seketika melepas kelelahan Yoori.

"Hyunsik, Mama kangen Papamu. Papa."

"Pa..pa?"

Yoori tersenyum lebar dengan tanggapan anaknya itu. "Iya. Papa."

LOSTWhere stories live. Discover now