- dua puluh sembilan -

157 27 14
                                    

"Tteokbokki satu bungkus, sama satu botol soju ya Bi."

Seorang pria berjaket kulit hitam tebal memesan makannya pada seorang wanita penjual tteokboki di kaki lima. Pria itu bertubuh pendek, berkisar usia tiga puluh tahun. Do Deoksun.

"Iya. Tunggu sebentar, ya. Silahkan duduk."

Pria itu duduk di sebuah kursi, mengeluarkan sebatang rokok dan membakar ujungnya dengan korek api.

"Satu bungkus tteokbokki ya, Bi."

Terdengar suara pelanggan pria lain memesan makanan. Deoksun yang semula tidak peduli tiba-tiba saja ingin menoleh dan melihat pria yang baru saja datang ke kedai masakan kue beras itu.

Matanya membelalak saat melihat pria itu. Rokoknya terjatuh, bara api rokok yang terjatuh ke celana jeansnya yang robek itu tidak terasa panas. Segera ia kenakan masker hitamnya sebelum pria pemesan tteokbokki itu melihat wajahnya.

Pria itu menyadarinya tingkah Deoksun, namun ia pura-pura tidak melihatnya.

***

"Pak.. beneran dia ada di Korea.. Pak.."

Deoksun memegang ponselnya dengan tangan bergetar. Dalam keadaan panik seperti itu, tentu saja ia berbicara tak karuan.

"Hah? Apa? bicara yang jelas!!!" terdengar suara bosnya dari seberang sana.

"Hyunsik, Pak. Hyunsik.. ada di.. Korea."

"Apa? Deoksun, posisi kamu dimana?"

"Ilsan."

Hening sejenak. Deoksun celingukan, memastikan tidak ada seorang pun yang medengar pembicaraan di telpon bersama bosnya.

"Ya sudah, kamu awasi dia. Kamu kabari setiap pergerakan dia. Jangan sampai ketahuan! "

"Baik, Pak."

Deoksun segera mematikan ponselnya dan akan memasukannya ke dalam saku jaket, namun sebuah tangan menahannya.

"Kamu lapor sama siapa? tentang keberadaan saya?"

Mata kecil Deoksun seketika membelalak. Tangan kekar Hyunsik yang mencengkram lengannya spontan membuatnya ketakutan setengah mati.

"Apa..maksud.."

"Jangan pura-pura bodoh. Saya dengerin pembicaraan kamu, sebutin nama saya."

Deoksun berusaha melepaskan lengannya dari tangan Hyunsik, namun nihil. Tangan kiri Hyunsik dengan cepat mengambil ponsel Deoksun, lalu mengecek panggilan masuk.

"Tuan Kim Jisoo? Kamu ini siapanya dia?"

Deoksun tidak menjawab. Ia malah berusaha melepaskan diri dari cengkraman Hyunsik dan segera berlari meninggalkan tempat. Ia tak menyadari bahwa dompetnya kini sudah ada di tangan Hyunsik.

"Hei!"

Deoksun menoleh ke belakang. Hyunsik mengacungkan dompetnya.

"Ah, sial."

Mau tak mau ia kembali menghampiri Hyunsik dan mengambil dompet itu sambil mendengus pergi. Hyunsik tersenyum kecil, sambil memegangi kartu identitas pria asing itu dibalik saku jaketnya.

***

"Satu minggu?"

Nyonya Lim tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya saat anak bungsunya itu tiba-tiba mengemasi beberapa barangnya dan meminta izin menginap selama satu minggu di rumah Hyunah, di Seoul.

LOSTWhere stories live. Discover now