- dua puluh empat -

164 23 24
                                    

"Gara-gara kecerobohan kamu, kita rugi besar. Sekarang gimana kamu jelasin gambar ini, Im Hyunah??!"

Wanita itu masih menatap nanar gambar yang terpampang di layar proyektor ruang rapat itu —fotonya bersama Hyunsik kecil.

"Itu keponakan saya, Pak, saya main sama dia—"

"Foto ini diambil sama orang lain, dan mereka bisa aja dengan mudah bikin berita macam-macam tentang kamu."

"Saya bisa bikin konferensi pers tentang ini—"

"Im Hyunah, sudah berapa lama kamu ada di dunia entertainment? Kalau foto ini sampai ke media, kamu bisa menyelesaikannya dengan kon-pers, tapi kamu enggak bisa menghapus masalah ini dari daftar skandal kamu!!" Nada suara Taeyang seketika meninggi. "Apapun bisa terjadi di dunia hiburan ini, Hyunah. Yang harus kamu lakuin itu mudah, cuma menjaga imej. Dan selalu sepuluh tahun kamu berkarir, kamu tidak bisa melakukan hal sepele ini?

Wanita itu menelan salivanya dalam-dalam. "Maafkan saya."

Hanya itu yang dapat ia katakan, meski ia tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Sudah terlambat. Kami sudah bayar foto sepele itu. Royalti kamu dipotong lima puluh persen untuk satu tahun."

Taeyang keluar dari pintu ruang rapat dan membanting pintunya, meninggalkan Hyunah dan managernya mematung di tempat. Entertainment yang seharusnya menjadi bidang untuk menghibur, kini malah memperumit hidupnya. Ia seperti hidup dalam kerangkeng besi dan dipaksa untuk tetap tersenyum meski merasa tersiksa.

***

"Guru Song Yoori?"

Yang terpanggil menoleh. Ia mendapati seorang pria yang sedang mengambil seikat bunga. Pria yang ingin Seunghee kenalkan padanya ternyata bukanlah orang asing — Seo Eunkwang, atasan kerjanya. Tentu saja mata bulat wanita itu semakin membelalak.

Pria itu mengenakan kaos putih dan ripped blue jeans, penampilan santainya seperti yang Yoori lihat pertama kali, membuatnya terlihat seperti seusia remaja.

"Pak..Kepala.."

Keduanya tersenyum kikuk. Sementara Hyunsik kecil yang sedang berada di gendongan Yoori memandang pria itu dengan mata kecilnya.

"Ah," Eunkwang tertawa canggung. "Saya enggak nyangka, ternyata Guru Oh mau kenalin saya sama Guru Song. Pantas dia minta pertemuannya pagi."

"Saya.. yang minta sih Pak. Tepatnya." Yoori tersenyum canggung. "Maafin saya Pak. Saya juga enggak tau ternyata Seunghee.."

"Oh.. enggak apa-apa kok, enggak apa-apa. Kita terlanjur ketemu disini. Cuacanya juga lagi bagus.. Kita bisa jalan-jalan seharian."

Yoori menggigit bibir bawahnya. "Tapi Hyunsik.."

"Ya, Guru Song. Kita jalan-jalan bareng Uncik." Eunkwang mengelus pipi gembil bayi bermata kecil itu. "Berarti ada tempat pertama yang harus kita datangi."

"Ke-kemana, Pak?"

"Yuk, ikut saya aja, Bu. Ah, ya.. sini, saya bantu.." Eunkwang membantu membawa sebuah container kecil yang tergeletak di samping Yoori berdiri.

"Oh, makasih Pak. Itu.. bekal makanan. Buat makan siang. Aduh, maaf. Saya kuno banget ya, Pak."

"Aaaah, saya suka ini." Eunkwang menimang tas makanan yang kini ada di tangannya, memasang senyum terlebarnya. "Saya senang banget kalo bisa nyicipin masakan rumahan."

Yoori tersenyum lebar.

Wanita ini tak dapat memungkiri kenyamanan hatinya saat bersama sosok pria yang baru ia kenal beberapa lama ini. Berbeda dengan Sungjae yang kekanakan dan masih memiliki pola pikir seperti remaja yang tengah kasmaran, Eunkwang hadir dengan sikap dewasa dan tulus.

LOSTWhere stories live. Discover now