BAB 1

298 16 8
                                    

'I wish that i had never met you'

"CEPETAN NAT!!! GUE TINGGAL, KELAR HIDUP LO!" Suara Kevin seketika berubah menjadi klakson tronton.

Ia sudah menunggu Natasya hampir setengah jam lebih di depan teras rumah cewek berwajah latin tersebut. Seperti biasa, Kevin selalu menjemput Natasya setiap pagi dan seperti biasa juga ia harus menunggu lama di depan teras. Namun hari ini adalah waktu terlama bagi Kevin menunggu Natasya.

"Ma, Pa, Natasya pergi dulu. Bye!" suara Natasya yang khas terdengar sayup - sayup dari luar.

Kevin melipat tangannya di depan dada. Ia berdiri sambil bersender pada motor besarnya. Natasya dengan terburu - buru keluar dari rumah mendapati Kevin sedang menatapnya lurus dan tajam, seakan ingin menenggelamkan Natasya di kolam ikan yang ada disampingnya saat itu juga.

Mampus gue, bisa - bisa ditenggelemin di kolam ikan, rutuknya dalam hati.

Kevin mengangkat alisnya, seakan bertanya pada cewek di depannya mengapa ia sangat lama sekali hari ini.

Natasya berusaha mencari akal, mengalihkan suasana.

"Eh-eh, Lo kok bawa motor geg-gede. Lo taukan, gue takut jatoh!" Natasya memeluk tasnya sambil memasang muka kesal yang sebenarnya dalam hati ia sedang menebak - nebak apa yang akan dijawab Kevin.

"Lo mau naik tanpa protes atau kalo kita telat lo bisa protes sama Pak Mudita. Gimana?"

Kevin memasang wajah malaikat maut, bahkan Natasya merasa mungkin Kevin adalah penjelmaan salah satu dari malaikat maut yang sedang memata - matainya. Bahkan mungkin juga Pak Mudita adalah salah satu penjelamaan malaikat maut, ia adalah guru BK yang selalu menghukum 'dengan kejam' anak - anak yang terlambat ke sekolah.

"Iya - iya, gue naik sekarang."

"Good girl."

Kevin menghidupkan motornya, setelah itu ia memberikan helm untuk Natasya. Dengan rok abu-abu yang sudah kekecilan, Natasya berusaha menaiki motor gede Kevin.

Tempat duduk boncengan yang tinggi, cukup beresiko membuat roknya robek dengan satu kali gerakan saja. Walaupun kesusahan akhirnya ia berhasil duduk di atas motor Kevin.

"Vin, pantat gue," ujarnya ragu-ragu karena takut dengan jawaban Kevin. Ia tahu bahwa sahabatnya saat ini sedang sangat kesal padanya.

"Iyaa, nggak apa-apa. Biar lo kayak cabe-cabean dibelakang." Natasya mendengus kesal. Kevin berusaha menahan tawanya. Ia melempar jaketnya, menyuruh Natasya menutupi pahanya.

Ia bisa membayangkan bagaimana ekspresi Natasya saat ini dibelakang. Kevin menarik gas motornya, mereka pun melaju meninggal rumah Natasya menuju sekolah tercinta.

Jarak rumah Kevin lebih dekat ke sekolah ketimbang jarak dari rumah Natasya ke sekolah, namun cowok berbadan tinggi itu dengan rela menjemput sahabatnya, walaupun ia harus bolak - balik, bahkan harus menunggu Natasya bersiap - siap dengan 'sangat lama'.

Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Diawali dahulu, saat Natasya masih tinggal di Houston, Texas, Amerika Serikat. Ayah Kevin, Tony Gunawan seorang pebisnis yang dulu sering bolak - balik Amerika - Indonesia dan Ayah Natasya, David Garcia yang berkewarganegaraan Spanyol (namun sudah menjadi warga Negara Indonesia) memiliki restaurant yang sering dikunjungi Ayah Kevin bersama mitra bisnisnya.

Mereka pun menjadi teman dekat. Sempat beberapa kali Kevin diajak ke Houston oleh ayahnya dan bertemu dengan Natasya, mereka langsung akrab satu sama lain. Lalu saat Natasya berumur enam tahun, ayahnya memutuskan untuk pindah ke Indonesia dan memulai bisnis disana. Om Tony-lah yang membantu kepindahan Natasya dan keluarganya dengan menawarkan rumah yang posisinya bersebelahan dengan rumahnya. Sehingga mereka bisa bertetangga.

LOVE, HATE & REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang