BAB 6

138 12 4
                                    

Jam sudah menunjukkan 11 pm. Namun Natasya belum juga bisa tidur. Padahal hari ini sangatlah melelahkan baginya. Sesekali ia memijit lehernya yang terasa kaku.

Entah kesialan apa yang beruntun ia terima hari ini. Mulai dari terlambat bangun, diomelin Kevin, hampir ditabrak mobil, Maya yang ketumpah teh poci, kejedot pintu kepsek, belum lagi fakta yang ia dapati bahwa Wilson adalah anak kandung Bu Hera, kepsek baru mereka.

Semua kejadian tadi bukan membuatnya mengantuk, malah menjadi beban pikirannya. Ia menimbang - nimbang apa yang ingin dia lakukan. Ia baru saja menghabiskan satu gelas susu, tetapi belum ada reaksi dari susu yang membuatnya mengantuk.

Telfon Kevin aja deh, Bathinnya.

Ia berusaha meraih handhponenya yang berada di atas meja riasnya, tanpa bangun dari tempat tidur.

Hah! Dapat!

Dengan cepat ia mencari nama Curut pada list contactnya. Bukannya memberi nama Kevin, ia merasa nama curut lebih pantas untuknya.

Dengan cepat ia menekan gambar telepon berwarna hijau, lalu panggilan pun tersambung. Ia hanya perlu menunggu kapan Kevin mengangkat teleponnya.

"Halo," terdengar suara cowok lain disebrang sana. Sepertinya ia mengenali suara itu.

"Vin, kok suara lo beda?" Natasya mengernyitkan dahinya. Apa mungkin itu Kak Alex - kakaknya Kevin - yang telah mengangkat telepon. Tetapi setahunya Kak Alex sedang berada di California, Los Angeles, USA. Lalu ini siapa?

"Ini siapa ya?" tanya seorang cowok disebrang sana.

"Lo kok lupa ingatan gini Vin! Gue Natasya Abigail Garcia!!!" Natasya berteriak keras. Untung saja hanya dia dan Kakaknya, Lia yang menempati kamar dilantai atas. Kalau mamanya mendengarnya teriak - teriak di jam tidur begini, bisa - bisa ia harus tidur di kandang Lucy, kucing kesayangan mamanya.

Terdengar suara terbahak - bahak disana. Bahkan ia sayup -sayup mendengar suara tawa Kevin yang terbahak - bahak.

"Sorry Nat. Nih gue Ardy." Masih terdengar suara tawa Ardy yang cekikikan.

"Loh, kok lo bisa sama Kevin?" Natasya masih bingung. Bagaimana mungkin Ardy bersama Kevin di jam begini. Mungkin bisa saja, tapi ia tahu tipikal Kevin yang malas keluar rumah jika lewat diatas jam 10 malam. Tidak terdengar suara disebrang sana. Natasya menunggu dengan tidak sabar.

"Halo, Dy! Kevin dimana?!" Natasya bertanya dengan kesal.

"Halo sayang. Kangen aku ya?" terdengar suara Kevin diujung sana. Natasya menghela napas. akhirnya suara yang ia tunggu - tunggu terdengar juga.

"Sayang - sayang, dasar curut." Natasya mendengus kesal, ia sedang dikerjain habis - habisan oleh Kevin dan Ardy.

"Kok ngambek yang? Kalo kangen bilang aja." Natasya mulai merasakan wajahnya memanas. Ia mulai membayangkan wajah Kevin yang konyol sedang memandangnya sambil mengedipkan mata. Ia menggeleng - gelengkan kepala, berusaha menghapus wajah Kevin dari pikirannnya.

"Nat! Nat! masih sadarkan? Baru gue panggil sayang langsung semaput." Natasya mendenger cekikikan Kevin disembrang sana.

"Hina aja gue terus. Kok bisa Ardy yang ngangkat telpon gue? Ardy ngapain disana? Lo lagi dimana? Ngapain keluyuran? Jam berapa sekarang? Lo udah kabarin Tante Susan? Nakal banget - "

"Weits, weits. Take it easy honey!" Kevin memencet layar smartphone-nya, mengaktifkan loudspeaker, sehingga Ardy dapat mendengar suara Natasya.

"Sorry Nat. gue nggak tau itu lo. Habis, nama kontak lo di hape Kevin itu Nenek Lampir." Terdengar suara Ardy yang membela dirinya.

LOVE, HATE & REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang