BAB 10

49 3 0
                                    

"Jangan pernah membiarkan Cinta merubah kepribadian lo, tapi biarkan cinta menjadikan lo kepribadian yang lebih baik."
-Kevin-

Wilson merutuki nasibnya. Si macan betina tengah duduk di ruang tamunya bersama Surya.

Setelah mamanya memanggilnya untuk turun, ia tidak bisa berbuat apa – apa lagi. Ia berjalan dengan gontai menghampiri macan betina(read: Anya) dan Surya.

“Hai, Will!” Anya mendekati Wilson lalu memeluk cowok itu.

Dengan cepat Wilson melepaskan pelukan itu, sebelum Anya menelannya hidup – hidup. Wilson menatap Surya. Ia memberi kode seakan bertanya ‘ngapain lo ngajakin macan betina ke rumah gue, ini bukan ragunan.’ Surya hanya membalas dengan mengendikkan bahu.

“Oh iya, aku tadi ketemu Surya di Mall, trus dia bilang mau ke rumahmu, trus aku ikutin deh dia kesini.”

Anya mengaikatkan tangannya pada lengan Wilson.

“Sur, lo hmmm.”  Wilson melepaskan tangan Anya dan duduk disamping Surya.

“Sorry, gue nggak tau dia ngikutin gue pakek taxi.” bisik Surya

“Ya,tapi nggak nih macan juga. Lo tau gue anti sama beginian.” Wilson menghela napas kasar.

Anya masih berdiri dihadapan mereka sambil tersenyum centil.

“So,” Anya duduk di sofa kecil di depan mereka. “Kita jadi pergi?” Ia menatap Wilson dan Surya secara bergantian.

“Pergi? Gue nggak bisa, banyak tugas. Lo aja yang pergi sama Surya.” Elak Wilson.

“Eh, gue juga ga bisa Nya. Gue cuma mau nganter pesanan Tante Hera.” Hardik Surya.

Anya sudah menduga dari awal, bahwa Surya dan Wilson akan menolaknya. Hera datang membawa dua gelas sirup untuk Surya dan Anya.

Ia senang dengan kehadiran teman – teman Wilson, mungkin dengan begitu anaknya bisa sembuh dari luka masa lalunya.

Anya menatap Hera, memberikan senyum mautnya, ia ingin mengambil hati ibunda tercinta Wilson Mardinand yang merupakan Kepala Sekolahnya.

“Bu Hera,” Panggil Anya.

“Iya nak? Kalo di luar sekolah panggil Tante saja. Jangan terlalu formal.” Hera duduk disamping Anya.

Wilson membuang pandangannya.

Fuck my life, rutuknya.

“Hmmm tante,” Anya menjalankan aksinya.

“Saya boleh ngajak Wilson keluar?”

Wilson langsung menatap Anya dengan dingin. Cewek ini udah melewati batasnya. Dia boleh menganggunya di sekolah, tapi tidak kehidupannya dirumah.

Hera menatap Wilson dan Surya secara bergantian. Ia tahu bahwa Wilson belum siap membangun hubungan dengan orang, namun ia ingin anaknya melupakan masa lalunya. Tetapi, mungkin ini akan sulit baginya.

“Boleh kok nak,” Wilson membelalakan matanya. Ia tidak percaya dengan jawaban mamanya. Ia merasa seperti anak perempuan, yang sedang dikunjungi seorang laki – laki dan ia meminta ijin kepada mamanya untuk mengajaknya keluar. Bullshit. Macan betina ini tidak akan pernah menyerah.

“Ma.” Panggil Wilson dengan datar.

Hera menatap Wilson seakan memohon kepada anaknya untuk menyutujui permintaannya.

“Fine. Surya harus ikut.” Wilson bangun dari sofa, berjalan menuju kamarnya.

“Will, mau kemana?” suara Anya sungguh menganggunya. Rumahnya bukan bangunan lagi, jauh lebih mirip kebun binatang.

LOVE, HATE & REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang