BAB 7

68 2 0
                                    

Natasya memandangi pantulan dirinya di dalam cermin. Ia sudah siap dengan seragam putih abu - abunya, badannya yang cukup berisi, kulitnya yang putih, rambutnya yang ikal dikuncir satu, tidak lupa ia merias wajahnya. Sedikit pelembab wajah,bedak, blash on tipis, dan liptint agar warna bibirnya terlihat natural.

Ia sudah menyiapkan segala isi tas, tasnya kesayangannya yang merupakan hadiah ulang tahun sweet seventeennya. Siapa lagi kalau bukan Kevin yang telah memberikkan tas itu padanya. Hari ini ia tidak terlambat bangun, bahkan ia bangun terlalu pagi. Tetapi itu lebih baik daripada Kevin harus menunggunya lagi. Sesekali ia ingin membuat 'pagi Kevin lebih menyenangkan'.

"Natalia! Natasya!" terdengar suara seorang wanita dari bawah.

Natasya mengambil tasnya dengan cepat, membuka pintu kamarnya dan berhenti sejenak diambang pintu. Ia menoleh kearah kamar kakaknya - Lia - namun tidak ada tanda - tanda kehidupan di dalam kamarnya.

"Mungkin udah dibawah." gumam Natasya sambil menuruni anak tangga dengan perlahan.

Ia sudah tobat menuruni anak tangga dengan terburu - buru. Alhasil ia sempat tergelincir dua kali. Sejak itu ia selalu turun dengan anggun dan secara perlahan sebelum wajahnya mendarat dan mencium lantai.

Akhirnya ia tiba dibawah dengan selamat. Ia segera berlari kearah sumber suara. Mamanya sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Morning honey." Sapa mamanya sambil meletakkan segelas susu coklat kesukaan.

"Morning ma."

Diah duduk disamping anak bungsunya sambil menatapnya. Dengan sekali teguk Natasya menghabiskan susu coklat di hadapannya.

"Kak Lia mana?" Natasya mengambil roti tawar lalu mengoleskan selai strawberry. Ia tidak melihat kakaknya sejak kemarin. Setelah insiden kemarin,sepulang sekolah ia langsung tidur dan bangun kesorean. Hal itu yang membuat Natasya susah tidur semalam, karena ia sudah tidur siang terlalu lama.

"Udah berangkat ke kampus, bareng sama papa. Sekalian papa ada urusan di hotel." Diah bangkit berdiri, lalu merapikan meja makan.

Hari ini ia tidak ada janji dengan pasien, sehingga ia bisa menghabiskan waktu dirumah dengan menyiapkan sarapan untuk anak dan suami tercinta. Tetapi jika hari biasa, Mbok Amil-lah yang menggantikannya dalam mengurus rumah.

Natasya menatap layar smartphone-nya, jam sudah menunjukkan pukul 06.35 namun Kevin belum menunjukkan batang hidungnya. Biasanya jam segini, ia sudah berteriak layaknya kernet angkot yang mencari penumpang dan Natasya-lah penumpang setianya.

Orang yang sedang ditunggu - tunggunya pun datang. Seperti biasa dengan MOGE - nya (motor gede) ia memarkirkan di depan teras, melepaskan helmnya, lalu turun dari motor sambil melangkahkan kaki ke depan pintu masuk.

"Natasya, Natasya! Ouuw Natasya!"
Diah yang mendengar suara Kevin menyuruhnya untuk masuk dan ikut sarapan bersama Natasya.

"Udah tante, Kevin udah sarapan dirumah." Saat ini ia sudah duduk disamping Natasya di meja makan. Diah sedang sibuk mencuci gelas dan piring bekas sarapan. Kevin sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, hanya saja ia sedikit canggung untuk mengutarakan niatnya.

"Tante," panggilnya.

Diah menoleh sepintas sambil membilas gelas.

"Kenapa Vin?"

Natasya menatap Kevin dengan bingung. Tumben - tumbennya Kevin memanggil mamanya dengan nada suara yang gugup seperti itu, ia curiga kalau Kevin sudah merencanakan sesuatu padanya.

"Saya boleh ngajak Natasya keluar nanti malam?" Walaupun ia sudah sangat dekat dengan keluarga Natasya, namun sebagai laki - laki yang baik ia harus meminta ijin terlebih dahulu jika ingin membawa anak orang lain jalan - jalan bersamanya. Natasya melongo.

LOVE, HATE & REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang