"Gimana Vin, udah dapat ijin dari nyokapnya?" Baru saja Kevin berada diambang pintu kelas, Ardy langsung menanyakan hal yang ia sudah nanti - nantikan jawabannya.
Kevin tidak menanggapi pertanyaan Ardy. Ia meletakkan tasnya diatas meja dengan gusar lalu duduk sambil menyender pada kursi. Ardy yang menunggu jawaban dari Kevin, mulai mencurigai sesuatu. Ia merasa yakin, bahwa Ibunya Natasya menolak permintaan Kevin.
Sebenarnya keberadaan Ardy disana untuk membantu Kevin merancanakan kejutan untuk Natasya. Walaupun memang benar orang tuanya sedang pergi ke Singapore.
"Gue nggak ngerti sama Natasya. Dia hmmm," Kevin menggantungkan kalimatnya. Ardy mengernyitkan dahinya. Ia merasa pasti ada hal yang tidak beres disini.
"Natasya nggak mau jalan sama lo?"
Ardy memicingkan matanya. Ia sudah membantu Kevin dalam menyiapkan segala sesuatu untuk kejutan Natasya nanti malam. Kalau ini gagal, semua usaha mereka sia - sia.
"Yaudah Vin, gue bantu-"
"Gausah Dy." Potong Kevin. Ia menghela napas panjang. Entah mengapa pikirannya mulai berkecamuk. Ia bingung harus cerita dari mana.
"Sikap Natasya akhir - akhir ini makin aneh. Dia canggung ke gue. Apa dia tahu soal perasaan gue?"
Kevin masih menyendarkan kepalanya sambil memejamkan mata. Ia tidak ingin persahabatannya rusak begitu saja. Bahkan hari ini adalah hari anniversary persahabatan mereka yang ke-12. Maka dari itu Kevin dan Ardy sudah menyiapkan kejutan untuk Natasya. Karena cewek itu tidak akan mungkin mengingat hari - hari special seperti ini.
"PMS kali Vin, udah positif thingking aja. Mungkin aja dia lagi nggak mood." Ardy menepuk - nepuk pundak Kevin.
Ia tahu rasanya jatuh cinta dengan sahabat sendiri, namun akhirnya persahabatan itu rusak, karena salah satu dari mereka hanya menganggap sebagai sahabat, tidak bisa lebih dari itu. Kevin menatap Ardy sambil mengangguk kecil. Bel tanda masuk pun berbunyi. Pelajaran akan segera dimulai.
***
Natasya mengaduk - aduk es jeruk dengan pipet yang berada di depannya. Saat ini ia dan Maya sedang duduk di kantin sambil menunggu Dimas. Walaupun ia sudah menolak berkali - kali, tetap dengan segala rengekan dan rayuan Maya, akhirnya ia rela menemaninya ke kantin, walaupun sebenarnya ia super - duper malas berada di tengah - tengah keramaian, tetapi hatinya merasa kesepian. Dilema akan hatinya sendiri. Ia belum mendapat jawaban yang pasti.
"Nat, udah dong. Jangan dipikirin terus." Maya menatap sahabatnya sambil tersenyum kecil. Ini pertama kalinya Natasya bersikap seperti ini. Dilema akan perasaannya sendiri.
Natasya tidak tahu apa yang dia rasakan. Suka? Atau ia mulai jatuh cinta? Kevin? Apa dia jatuh cinta pada Kevin? Bahkan dukun beranak pun tidak bisa membaca hati dan pikirannya.
"Trus gue harus gimana? Menurut lo gue -" Natasya menggantungkan kalimatnya. Ia menatap Maya sambil menunggu jawaban Maya.
"Lo suka sama dia. Nat, dengerin gue. Its okay to fall for mate."
"Apa ini nggak bakal ngerusak hubungan persahabatan gue sama dia?"
Maya menggeleng kecil.
"Gini deh, lo streaming film atau download-lah Love,Rossie itu film tentang sahabat yang jadi cinta. Atau One Day gue sampe nyiapin tissue dua kotak!"
Natasya menatap Maya lurus. Sekarang sahabatnya menyuruhnya untuk menonton film. Bahkan sahabatnya tahu bahwa ia tidak menyukai film romance apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE, HATE & REGRET
Teen FictionLOVE, HATE & REGRET _____________________________ Natasya, seorang gadis berdarah campuran Spanyol - Indonesia yang memiliki sahabat laki - laki bernama Kevin. Mereka sudah bersahabat saat mereka berumur lima tahun. Berawal saat mereka tidak sengaja...