BAB 2

135 13 3
                                    

'Sometimes what you are looking for comes when you are not looking'

Setelah berpisah dengan Kevin, Natasya berjalan sendiri menuju kelasnya yang berada di gedung timur.

Sekolah mereka membagi jurusan dengan gedung yang berbeda, gedung barat untuk IPS, gedung utara untuk Bahasa, dan gedung timur untuk IPA.

Kejadian tadi masih membuatnya gondok. Pasalnya, ia hampir saja tertabrak pagi tadi. Bukan dijalan, tetapi diparkiran! Dengan napas yang tidak beraturan, akhirnya ia sampai juga di depan kelas, sebelum Pak Kanis mendahuluinya. Guru Kimia itu sebenarnya baik, namun ia tidak menolerir anak - anak yang terlambat masuk kelas.

"Nat!" panggil seorang cewek dengan suara cempreng yang sangat dikenalinya.

"Gue mintak air. May! Sebelum gue mati." Katanya setelah duduk disamping Maya.

Maya terkekeh melihat sahabatnya seperti habis lari marathon entah dari mana.

"Nih, cepet minum." Maya menyodorkan botol minum warna pink. Dengan cepat Natasya teguk hingga menyisahkan setengah saja.

"Thankyou May, kalo nggak ada lo, nggak tau deh gue kayak gimana sekarang."

Ia meletakkan botol minum Maya, lalu bersender pada bangkunya sambil mengatur napas.

"Lo kenapa Nat? habis kejar - kejaran sama siapa?"

"Kejar - kejaran? Lo sama aja kayak tuh cowok." Natasya menyubit gemas lengan Maya.

"EH-EH SAKIT! COWOK SIAPA SIH?" Maya yang kesakitan mengelus - elus lengan kirinya yang sukses dicubit oleh Natasya. Natasya mulai membayangkan wajah cowok misterius itu. Cukup tampan, walaupun ia tidak bisa lihat dengan jelas seluruh wajah cowok itu, karena Ia sendiri tadi terbakar api emosi. Tetapi, Natasya mengakui ketampanannya.

"Eh, malah ngelamun! Bukannya selesain dulu tuh cerita." Maya menatapnya dengan keki. Bagaimana tidak, Natasya sudah menyubitnya dengan keras, Lah Natasya tidak menyelesaikan ceritanya.

"Itu, gue nggak tau. Mungkin murid baru. Gue baru liat mukanya."

Natasya memangku wajahnya dengan tangan kanan. Ia masih memikirkan bagaimana tadi Kevin menariknya lalu suara decitan ban mobil yang keras, belum lagi cowok misterius itu menganggap enteng nyawanya.

"Murid baru? Kelas dua belas mungkin, lo 'kan jarang keluar kelas Nat." Natasya mengangguk setuju dengan perkataan Maya. Mungkin saja, karena memang ia jarang ke kantin, ia sudah membawa bekal sendiri dari rumah. Ia hanya akan sibuk untuk urusan osis dan tidak ada yang lain.

"Iya, mungkin aja May."

"Trus, dia ngapain? Lo cerita sepotong - sepotong." Maya sudah mati penasaran.

"Tuh cowok hampir nabrak gue sama Kevin diparkiran." Gerutunya dengan kesal kalau mengingat - ingat kejadian tadi.

"Nabrak? HAHAHAHAHAHA ANEH - ANEH AJA LO NAT!"

"LO KENAPA KETAWA? GUE HAMPIR MATI TADI!" seru Natasya menggebu - gebu. Nyawanya hampir tidak tertolong, Maya malah menertawakannya.

Maya memicingkan matanya. Sepertinya apa yang dikatakan sahabatnya tadi memang benar adanya.

"Tuh cowok bawa mobil apa?" Maya menghentikan tawanya dan menatap Natasya dengan penasaran.

"Mobil sport warna merah."

"Kayaknya gue nggak kenal. Selama gue markir mobil di dalem, gue nggak pernah lihat ada mobil sport."

"Yap. Kayaknya murid baru deh!" Natasya mengangkat bahunya,

"Orangnya songong banget." lanjutnya.

"Terus, Kevin diem aja?" Maya pun makin penasaran dengan cowok misterius nan songong yang diceritakan Natasya.

Natasya membayangkan bagaimana tadi dengan cepat Kevin memasang badan untuk melindunginya. Sahabatnya itu, walaupun menyebalkan tetapi selalu ada untuknya.

"Lo'kan tau sendiri sifatnya dia." Natasya malas membahas cowok misterius nan songong itu. Apalagi mengingat kejadian tadi.

Rasanya dongkol banget!

Natasya mengeluarkan buku kimianya. Kimia adalah pelajaran yang sangat ia sukai. Bahkan ia sudah berkali - kali mengikut olimpiade, baik tingkat daerah maupun nasional. Bukan hanya kimia saja, Natasya memang sangat menguasai pelajaran fisika,kimia,biologi dan matematika.

Namun kimialah yang lebih membuatnya tertantang untuk mengejarkannya. Pak kanis pun akhirnya memasuki kelas. Danis, sebagai ketua kelas IX IPA 2 memberi aba - aba kepada teman -temannya untuk memberikan salam kepada Pak kanis, lalu dilanjutkan dengan doa. Setelah itu mereka kembali duduk.

"Anak - anak, hari ini saya akan memberikan tugas. Karena sepuluh menit lagi saya harus mengikuti rapat dinas."

Anak - anak menahan suara mereka untuk berteriak. Mereka berusaha untuk tertib sebisa mungkin, karena kalau tidak bisa - bisa Pak Kanis tidak akan mau meninggalkan kelas yang rebut dan gaduh.

"Ini tugasnya." Pak Kanis meninggalkan selembar kertas HVS yang sudah penuh dengan soal - soal.

"Nanti dikumpul di Danis, lalu Danis taruh di meja saya sepulang sekolah." Pak Kanis menatap Danis, menunggu persetujuan darinya. Danis hanya mengangguk tanda mengerti, walapun di hatinya ia sedang melompat kegirangan.

"Oke, saya pergi dulu. Ingat! Jangan ribut!" Pak Kanis pun meninggalkan kelas mereka. Devi yang duduk dekat pintu mengintip, apakah Pak Kanis sudah pergi jauh atau tidak. Devi yang berdiri dekat pintu pun mengangkat jempolnya.

"WOHHHHHHHH HOREEEEEYYYYYY!!!" suara di dalam kelas pun menjadi gaduh.

Anak - anak berteriak kegirangan karena pelajaran kimia yang membosankan selama tiga jam, akhirnya pergi begitu saja.

Mitha sebagai sekretaris pun mulai menulis sepuluh soal kimia di papan dengan cepat. Anak - anak memilih untuk bermain sebentar, lalu akan membuat tugas di jam - jam akhir.

"Nat, seperti biasa ya." Maya menatap Natasya dengan memelas. Seperti biasa Maya akan menyontek tugas kimia Natasya, terlebih lagi ia memang ahlinya.

"Gampang, lo salin aja soal dulu." Natasya mengambil selembar kertas dan mulai menyalin soal di
papan.

***

Holla semuanya!
Jangan lupa comments dan votesnya ya!

Gracias!

LOVE, HATE & REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang