BAB 12

22 1 0
                                    

"Cinta itu bukan sesuatu yang didapatkan, tapi sesuatu yang diberikan tanpa syarat"
-Wilson

Kevin memarkirkan mobilnya di halaman rumah Natasya. Tepat pukul 10 malam. Ia tidak ingin dicap sebagai anak yang tidak baik oleh kedua orang tua Natasya.

Terjadi keheningan di dalam mobil. Natasya masih sibuk dengan pikirannya. Natasya hanya memikirkan jawaban akan pertanyaannya sendiri.

Apakah dia sedang jatuh cinta pada sahabatnya sendiri?

“Nat?”

“Hmmm”

Kevin menautkan alisnya.

“Kita udah sampe sayang.”

“Gue juga sayang lo.”

Kevin terkekeh geli mendengar jawaban Natasya.

Tetapi jantung mulai berdegub dengan tidak berirama saat mendengar ucapan asal dari mulut Natasya. Sayang? Apakah Natasya jatuh cinta padanya?

Natasya mulai menyadari apa yang telah ia katakan.  Ia menoleh cepat kearah Kevin, dengan bola mata yang hampir keluar.

“G-guuu” Natasya merasa lidahnya kelu.

Kevin melipat tangannya di depan dada sambil tersenyum lebar. Ia suka melihat sikap salah tingkah sahabatnya.

“Guguk?” Kevin mengangkat satu alisnya.

“Ishhhh.” Natasya menyubit perut Kevin dengan gemas. Kevin menjerit kesakitan sambil terus menggeser pantatnya agar duduk  menjauh dari Natasya.

“Lupain apa yang gue bilang tadi.” Natasya melepaskan cubitannya.

Ia mengambil tasnya dan berniat membuka pintu mobil. Dengan cepat Kevin menahan tangannya.

“Yahh, nona cantik ngambek.”

Natasya mengurungkan niatnya. Ia mengutuk dirinya sendiri karena berbicara seperti orang bodoh. Bagaimana jika Kevin menyalah artikan apa yang dia katakan tadi. Apalagi sampai saat ini perasaannya belum jelas. Antara sayang dalam arti sahabat atau sayang dalam arti cinta.

“Gue tau kok, kalo lo sayang gue.” Kevin mengedipkan matanya pada Natasya.

“Dan,” Kevin menggantungkan kalimatnya. Natasya yang sedari tadi menatap lurus ke depan, menoleh kearah Kevin, menunggu kalimat yang akan keluar dari mulutnya.

“Gue juga sayang lo.” Kata Kevin dengan sungguh – sungguh. Natasya merasakan detak jantungnya yang mulai tidak berirama. Ia menatap Kevin dengan kikuk. Seakan apa yang dikatakan Kevin seperti aliran listrik  yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Lebay deh Vin.” Natasya berusaha mengalihkan pandangannya. Mana kuat ia menatap matanya Kevin lama – lama.
Bisa – bisa ia terkena stroke di usia dini.

“Baiklah tuan putri, ini sudah jam sepuluh lewat.”

“Trus?” Natasya menatap Kevin dengan tatapan bingung.

“Masuk sono gue nggak mau dilaporan nyokap – bokap lo ke kantor polisi.”

“Eh, atau jangan – jangan,” Kevin tersenyum jahil.

LOVE, HATE & REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang