"Cinta itu tidak harus memiliki, lo bisa sayang sama dia, perhatian sama dia, walaupun hanya sebatas teman. Karena cinta tidak diukur dari suatu hubungan, tetapi dari kasih sayang itu sendiri."
-Natasya-
Natasya menyeka air matanya.Kevin membuat menangis, karena tertawa.
Mereka sedang menikmati baberque kecil mereka, dengan makanan seafood. Lobster, udang, cumi – cumi, kepiting, sungguh menggiurkan. Sudah lama Natasya tidak menyantap makanan seafood seperti ini.
"Thanks."
Natasya meletakkan garpu dan pisaunya. Ia menatap Kevin dengan wajah yang serius. Kevin mengangkat wajahnya.
"Thanks buat?"
"For make me special."
"Lo emang special."
Pipinya kembali bersemu. Kevin selalu membuatnya merona.
"Gue, cuma pengen buat sesuatu yang beda," Kevin menggantungkan kalimatnya,
"Nanti pas kita pisah, lo nggak –"
"Kita nggak akan pisah!" hardik Natasya.
"Lo nggak boleh pergi jauh – jauh dari gue." imbuhnya
Ekspresi Natasya berubah menjadi muram. Natasya tahu arah pembicaraan Kevin.
Mereka dulu berjanji untuk kuliah ke luar negeri bersama. Namun, rencana itu gagal karena Kevin akan menyusul Kak Alex di Los Angeles setelah mereka lulus SMA nanti.
Walaupun itu baru rencana, hal itu sudah membuat Natasya takut.
"Nat,"
Kevin mengambil kedua tangan Natasya, ia menatap gadis itu dengan penuh arti. Natasya membuang pandangannya. Ia tidak bisa menatap Kevin saat ini. Ia tidak ingin berurai air mata.
"Liat gue bentar aja."
Natasya masih bergeming.
"Nat, ijinin gue buat liat alis lo yang kayak shincan itu." Kevin terkekeh.
"Apasih Vin."
Natasya mengalihkan pandangannya. Ia menatap Kevin dengan kesal.
"Gue cuma beberapa bulan aja disana, habis itu gue nyusul lo ke Ausie."
"Nanti aja bahas ini," sergah Natasya.
Ia menatap Kevin dengan tersenyum simpul.
"Masih satu tahun setengah lagi baru kita lulus."
Natasya mengalihkan pandangannya. Ia menarik kedua tangannya dari genggaman Kevin.
Alangkah baiknya tidak memikirkan perpisahan terlebih dahulu, jalani saja hari ini dan hari berikutnya dengan sebaik mungkin. Agar tidak ada penyesalan dikemudian hari.
Kevin tersenyum sumringah, ia tidak bisa melihat lama – lama wajah sedih Natasya. Ia juga belum siap berpisah darinya. Ia ingin segera memberitahu Natasya tentang perasaannya. Namun, ia belum menemukan waktu yang tepat.
Tetapi cepat atau lambat ia akan segera memberi tahu Natasya. Natasya meneguk habis minuman yang ada di depannya.
"Vin, gue toilet ya. Kebelet."
Kevin mengangguk kecil.
Natasya menghampiri manager restaurant yang sedang berdiri tidak jauh dari sana.
"Permisi mbak, boleh tau toiletnya dimana?"
"Mbak lurus aja, nanti ke kiri."
Manager itu tersenyum ramah. Natasya hanya membalas dengan senyum singkat, lalu berjalan kearah yang ditunjukkan manager itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE, HATE & REGRET
Teen FictionLOVE, HATE & REGRET _____________________________ Natasya, seorang gadis berdarah campuran Spanyol - Indonesia yang memiliki sahabat laki - laki bernama Kevin. Mereka sudah bersahabat saat mereka berumur lima tahun. Berawal saat mereka tidak sengaja...