Writer's Block
Writer's block –dalam definisi pribadi– adalah kondisi di mana seseorang tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk mengembangkan ide menjadi tulisan atau malah tidak punya ide sama sekali, stuck, padahal kalimat-kalimat sudah bergentayangan di dalam pikiran selama mengerjakan tugas di kantor, merem-melek di angkot, atau leyeh-leyeh dengan William sebelum tidur, dan tangan rasanya gateeel banget pingin nulis, tapiiii...Whuuuuzzz!
ALAKAZAM! Dengan sekejap ide itu lenyap, yap, alasannya adalah ide yang muncul tidak langsung ditulis saudara-saudaraaa, sehingga yang sudah melekat di dalam memori dan di dalam hati (halah) langsung lenyap. Kalau pun besok dan besoknya ingin ditulis lagi, feel dan soul dari tulisan itu sudah hilang –analoginya gini, kalau hari ini kita sedang patah hati yang pastinya kita pingin nulis hal-hal yang berbau air mata dan psikopat (wekeke) nggak akan nyambung lagi kalau ditulis tiga hari kemudian, misalnya –yakni saat kita sedang berbunga-bunga.
Jadi inti dari tulisan curhat ini adalah:
Kalau ada ide bagus, sebaiknya langsung ditulis, atau boom –you're gonna lose it, beibih! Karena sesuatu memang baru terasa berharga di kala dia hilang (jiaaah, daleeem) :P
Bagian 2
Monggo kita tanyakan sama Paklik Gugel, dan inilah terjemahannya:
Writer's block adalah suatu kondisi, yang berhubungan dengan menulis sebagai profesi, di mana seorang penulis kehilangan kemampuan untuk menghasilkan karya baru. Kondisi ini bervariasi secara luas di intensitas. Hal ini dapat sepele, sementara kesulitan dalam berurusan dengan tugas di tangan. Pada ekstrem lain, beberapa "diblokir" penulis telah tidak dapat bekerja selama bertahun-tahun, dan beberapa bahkan meninggalkan karir mereka. Hal ini dapat bermanifestasi sebagai penulis terpengaruh melihat pekerjaan mereka sebagai rendah atau tidak cocok, padahal sebenarnya bisa jadi sebaliknya.
Sudah mudeng sekarang? Kok saya makin mumet ya...
Jadi intinya writer's block adalah kondisi saat sampeyan miskin ide, ndak tau mau nulis apa. Kalo buat saya yang paling menyiksa adalah kehilangan gairah menulis, ndak ada emosi yang seharusnya mengarah pada nuansa tertentu. Sekilas kalimat saya memang kelihatan halah banget, tapi buat saya gairah menulis ini penting agar tulisan kelihatan hidup dan bukan semata-mata kumpulan huruf yang disusun dalam bentuk paragrap-paragrap.
Pernahkah saya mengalami writer's block?
Ya sering tho, wong yang sudah penulis top saja pasti pernah ngalami, apalagi yang amatiran macem saya.
Apa saya saya lakukan saat mengalami writer's block?
Yang paling mudah adalah berhenti menulis sampe dapat ide baru, tapi pilihan ini beresiko membuat otak saya makin tumpul dan kemampuan mengolah kata jadi turun. Mungkin kalo diibaratkan hal ini seperti beristirahat di tengah tanjakan, waktu mau jalan lagi rasanya berat.
Ada beberapa alternatif yang bisa sampeyan lakukan saat buntu ide, diantaranya:
Menulis Fakta, Merangkum Berita
Kalo memang mumet ndak punya ide, yang paling gampang dilakukan adalah menulis yang ndak perlu banyak mikir. Misalnya postingan saya soal kontroversi penghentian film impor, itu tulisan yang nyaris ndak perlu mikir, cukup mencomot tulisan di sana-sini, tambahi sedikit dobosan sebagai bumbu penyedap, dan tulisan pun siap diterbitkan.
Menulis Sesuai Keahlian
Ini juga lebih mudah dilakukan daripada nyari wangsit di awang-awang. Misalnya sampeyan punya keahlian di bidang gitar, daripada mumet mikir gimana nulis tentang tersangka pembobol citibank yang bermasa depan besar itu, lebih baik sampeyan menuliskan tips-tips memilih gitar yang berkualitas.
Blogwalking
Jangan remehkan blogwalking, karena dari situ banyak ide yang bisa sampeyan dapat. Pernah suatu saat saya ndak punya ide mau nulis apa, tapi setelah membaca tulisan Mbak Sabai tentangancaman pada anak, saya jadi tau apa yang saya mau tulis, dan jadilah tulisan Marah Itu Mudah. Atau tulisan Instan yang terispirasi postingan Mbak Devieriana dan Mbak Ndaru.
Menulis di Luar Kebiasaan
Kadang perlu juga menulis di luar pakem biar otak ndak jenuh, misalnya tulisan saya yang biasanya nggedabrus ala warung kopi bisa mendadak jadi sendu mendayu atau sedikit berbau mistik.
Menulis yang Ndak Penting
Dalam bahasa saya ini disebut meracau, misalnya tulisan saya soal sendal jepit, ndak penting, ndak mutu, waton muni dan asal njeplak. Percayalah, ndak ada larangan meracau di blog sendiri. 
Menulis bahwa Sampeyan Ndak Punya Ide
Kalo memang semua yang saya tulis di atas masih ndak bisa sampeyan lakukan, menulislah dengan terus terang bahwa sampeyan memang lagi ndak punya ide buat nulis. Atau kalo mau sedikit disamarkan, buatlah postingan tentang bagaimana mengatasi kebuntuan ide menulis.
Jadi begitulah, saya memang lagi ndak punya ide buat ditulis.
Jiyan!
-dari berbagai sumber-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dapur Kepenulisan
No FicciónMohon maaf banyak part materi yang kami private dan hanya followers saja yang bisa melihatnya. Silahkan follow akun kami bila ingin membacanya. Mari kita berbagi dan sharing ilmu kepenulisan #133 Cerita Pendek - 20 Juli 2016