Suasana kelas begitu ramai, apalagi tidak ada guru yang mengajar di kelas itu. Kurang dari 15 menit lagi bel pulang berbunyi.Rasha menatap sekitarnya dengan raut wajah datarnya.
Beberapa murid cowok berkumpul membentuk segerombolan entah membahas apa dan ada juga yang menyanyi tidak jelas dengan diiringi gitar oleh murid cowok lainnya. Sedangkan murid cewek bergerombol di salah satu meja yang Rasha ketahui dari mereka pasti sedang bergosip ria. Ada juga yang menyisir rambutnya dengan sisir yang mereka bawa dan ada juga yang ber-make up.
Kalau Rasha sendiri hanya duduk anteng di bangkunya sendiri. Dengan kedua telinganya yang tersumbat oleh earphonenya.
Ray. Pria disamping Rasha terlihat asyik dengan dunianya sendiri. Sama-sama mendengarkan musik lewat earphone yang terpasang di telinganya seperti Rasha. Dengan sebuah buku yang cukup tebal di kedua tangannya dengan keadaan yang terbuka hingga menampilkan sejumlah tulisan di setiap lembarnya.
Yang Rasha lihat Ray terlihat sangat serius membaca buku itu. Bahkan sudah lebih 5 detik Rasha terus memperhatikan cowok yang ada di sampingnya. Sampai-sampai cowok itu sadar tengah di tatap oleh Rasha hingga membuat Ray pun menoleh kearah cewek itu dengan balik menatap.
Tatapan yang begitu datar oleh keduanya. Dan entah kenapa keduanya enggan mengalihkan pandangannya. Seolah ada yang menarik di mata mereka. Namun sebuah teriakan membuat mereka memutuskan kontak mata. Teriakan cewek-cewek di kelasnya membuat Rasha baru tersadar jika lebih dari 30 detik dia menatap cowok yang ada disampingnya.
Rasha mengalihkan pandangannya pada seseorang yang sedang berjalan menuju bangkunya. Gadis itu menatap malas kearah mereka. Selalu saja seperti itu. Pantas saja tadi cewek-cewek teriak keras, pikir Rasha. Rasha pun langsung saja melepas earphone yang terpasang di kedua telinganya. Langsung saja di masukkan ke dalam tasnya. Dengan grasak-grusuk Rasha menyimpannya, karena dia memang terburu-buru. Dia ingin sekali keluar dari kelasnya dengan membawa ketiga cowok itu.
Mereka adalah Rafif dan antek-anteknya. Kakaknya dan kedua temannya menuju kelasnya. Hampir setiap hari jika sudah waktunya pulang sekolah. Membuat Rasha harus menahan kesal dengan kelakuan mereka. Ya. Mereka ganggu. Apalagi dia sudah kenyang mendengar ucapan cewek-cewek itu ketika kakak dan kedua temannya datang.
"Aduh! Para pangeran datang guys!"
"Lesung pipinya kak Rafif lucu. Gemes gue!"
"Kak Drian imut weh!"
"Kak Alan senyumannya bikin gue meleleh!"
"Kantong mana kantong mau gue masukin bawa pulang"
Hampir setiap hari Rasha mendengar celotehan itu. Dan bagi Rasha sangat menganggu pendengarannya. Sememposana apa sih mereka?, pikir Rasha.
Gadis itu langsung berdiri dari duduknya. Dan melangkahkan kakinya menuju kakaknya berada. Tanpa perbincangan apapun Rasha langsung menarik tangan kakaknya dan menggeret cowok itu keluar dari kelasnya. Disusul oleh kedua temannya. Setelah itu terdengar kekecewaan para murid perempuan di ruangan itu.
Ray, sedari tadi masih setia menatap punggung cewek itu. Tatapan yang begitu datar namun tanpa diduga cowok itu tersenyum sangat tipis.
Kepergian cewek itu dengan ketiga cowok tadi membuat Ray juga harus pergi dari kelas itu. Karena bel sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Buat apa juga dia berlama-lama di kelas.
------0------
"Udah gue bilangin jangan ngehampiri gue ke kelas, kak!" kesal Rasha.
Sekarang ini mereka berempat berada di area parkiran. Sesekali beberapa murid mencuri pandangan kearah mereka. Cowok-cowok menatap penuh kagum terhadap Rasha sedangkan para murid cewek menatap kagum dan penuh minat kepada Rafif dan kedua temannya. Sang idola sekolah. Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIKKA
Random"Kakak ngga sopan!" "Ngapain sopan sama dia. Mending, Acha jangan deket-deket dia deh!" "Kenapa kakak ngelarang ?!" "Pokoknya jangan deket-deket sama cowok itu. Kakak ngga suka!" Rafif tahu ini terkesan mengekang dan mengatur, tapi Rasha hanya mili...