06. Terlalu over

372 61 2
                                    

Kelas sudah terlihat sepi hanya ada Rasha yang masih di dalam kelasnya. Gadis itu memang sengaja keluar kelas urutan terakhir. Ya, dia menghindari kerusuhan yang terjadi ketika anak-anak lainnya berebutan keluar dari kelas. Itu membuat mereka saling dorong dan Rasha sangat malas sekali dengan hal seperti itu. Apalagi murid di kelasnya berjumlah 44 orang.

Rasha, menggendong tasnya dan melangkah keluar dari kelasnya. Namun, dia sedikit terkejut ketika tepat di samping pintu ada seseorang yang sedang berdiri sembari menyenderkan punggungnya di tembok. Orang itu, Ray. Dahi Rasha mengernyit dan heran kenapa Ray masih berada di sekolahan. Bahkan dia melihat anak itu keluar terlebih dahulu sebelum dia.

"Lama" ucapnya.

"Gue?" tunjuk Rasha pada dirinya. Dia memastikan bahwa Ray berbicara kepadanya. Dan mungkin benar bahwa Ray berbicara kepadanya karena di lorong ini tidak ada siapa-siapa selain dia dan Ray.

Ray mengangguk singkat. Lalu dia menatap kearah Rasha dengan tatapan seperti menyuruhnya untuk segera pergi dengannya. Jadi, kesimpulannya Rasha sudah tahu bahwa laki-laki itu belum pulang karena dia sedang menunggu dirinya. Dan gadis itu jadi ingat bahwa memang dia menyuruh Ray sepulang sekolah untuk kerumahnya.

Rasha menurut dan mengikuti langkah Ray. Mereka berdua pergi dari lorong kelas dan beralih menuju parkiran sekolah. Di parkiran terlihat sudah ada sosok kakaknya dan kedua temannya. Itu membuat Rasha menatap jengah kearah mereka. Mereka terlihat sedang asyik mengobrol dan menurut Rasha, kakaknya itu sedang menunggunya untuk pulang bersama.

Sesampainya Rasha di depan mereka, Rafif terlihat tersenyum ketika adiknya sudah terlihat namun senyumannya itu pudar ketika dia menoleh kearah sosok yang disamping adiknya. Ray dengan muka tanpa ekspresi dan tatapan tajamnya sedang di samping adiknya itu.

Lalu, dia beralih menatap adiknya lagi. "Lama banget, Cha. Acha tadi piket?" tanyanya kepada Rasha yang kini juga sedang melihat kearahnya.

"Ngga. Sengaja entaran" sahutnya agak malas.

"Lho kok bareng sama dia? Atau jangan-jangan memang benar bahwa Rasha ada hubungan sama dia" sambung Drian membuat Rasha mendengus sebal. Dia heran, kenapa mereka suka menyebarkan berita yang tidak-tidak ketimbang berita yang sebenarnya. Dan kenapa orang dengan mudahnya menduga dengan hanya penglihatan mereka saja tidak mencoba mencari kebeneranya terlebih dahulu kepada yang bersangkutan. Rasha sangat heran sekali.

"Ngga. Jangan asal ngomong. Terkadang apa yang diucapkan orang lain itu belum tentu benar" sahut Rasha menjelaskan. Ray yang sedari tadi hanya diam disana mengangguk pelan membenarkan ucapan Rasha tadi. Memang betul, bahwa dirinya tidak ada hubungan apapun dengan Rasha. Dia hanya sekedar menjadi teman sebangku. Mungkin lebih tepatnya hanya menjadi orang asing yang kebetulan duduk bersebelahan.

Rafif juga sangat setuju apa yang dikatakan adiknya barusan. Terkadang ucapan orang lain belum tentu benar.

"Lo aja yang kehasut ucapan orang, dasar! Coba deh lo berhenti ikut-ikutan gabung sama genknya Karisa" ujar Rafif pada Drian. Sahabat satunya itu memang sering sekali gabung dengan genk anak perempuan di kelasnya. Itulah yang menyebabkan Drian menjadi sangat tahu mengenai hal-hal yang seperti itu.

"Ya udah yuk, dek. Pulang" ajak Rafif pada Rasha. Anak itu, menarik langsung menarik tangan adiknya untuk segera naik ke motornya. Kebetulan motor Rafif sudah selesai di service.

Alan yang masih berdiam diri di tempat, melihat kearah Ray yang hanya diam mematung. "Lo ada keperluan sama Rasha?" tanyanya pada Ray. Yang ditanya pun menoleh kearahnya dan mengangguk singkat.

ADIKKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang