Gara-gara hal kemarin, Rasha sama sekali ngga bicara sama kakaknya. Bahkan ketemu saja hanya diam tidak menyapanya sekalipun. Kemarin malam saja, sewaktu mereka dan sekeluarga makan malam Rasha hanya menikmati makanannya saja dan menjawab seadanya pertanyaan dari kedua orang tuanya. Untuk Rafif sendiri dia sudah tahu bahwa Rasha masih marah kepadanya jadi disana dia hanya diam saja dan sesekali melirik adik perempuannya itu.
Rasha memang sudah terlanjur marah dan kesal kepada kakaknya. Kakaknya itu terlalu mengatur tentang pergaulannya. Contohnya saja Ray. Yang notabenya anak baru itu sekaligus juga merupakan teman bangkunya Rasha. Dirinya disuruh untuk menjauhi dan menjaga jarak dari Ray. Astaga rasanya Rasha jadi ingin sekali ngga mau punya kakak yang modelnya kaya Rafif. Apalagi Rasha ingin menumpahkan rasa kesalnya kepada Rafif karena telah mengatur-atur dia dengan seenaknya.
Untuk sekarang ini, gadis itu sedang termenung sendirian di bangku taman sekolahnya. Mengamati beberapa anak yang sedang berlalu lalang di koridor sekolah. Ini merupakan jam istirahat yang pertama. Dan gadis itu lebih memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya berada di taman sekolah. Tak lupa dia juga membawa novel nya. Setiap hari dia membawa novel karena memang Rasha penyuka novel dan dia juga mengoleksi beberapa judul dari beberapa penulis ternama.
"Sendiri?" Suara laki-laki yang begitu familiar terdengar jelas di kedua telinga gadis itu.
Rasha menoleh kearah sumber suara. Terdapat sosok Ray yang sedang berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. Laki-laki itu kemudian ikut duduk di samping Rasha. Pandangannya menatap kearah lurus.
"Ngapain?" Rasha malah balik bertanya kepada Ray. Laki-laki menatap sekilas kearah Rasha.
"Nemenin" Singkat dan padat sekali Ray menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Rasha. Sedangkan gadis itu mengangguk mengiyakan.
Setelah itu keadaan kembali hening seketika. Nampaknya kedua orang itu hanya duduk dan pandangannya mengarah pada sekitar taman tersebut.
"Coklat dan bunga" ujar Ray tiba-tiba membuat Rasha langsung menoleh kearahnya.
"Ada banyak di meja lo" lanjut Ray.
Rasha tersenyum tipis kemudian menghela nafasnya pelan.
"Udah setiap hari" sahut Rasha seadanya. Laki-laki itu menoleh juga dengan sebelah alis yang terangkat.
"Ya, terkadang gue capek dengan mereka yang selalu ngasih gue bunga dan coklat. Bukannya gue ngga ngehargain mereka, tetapi gue heran kenapa mereka sebegitunya sama gue" ucap Rasha lagi diakhiri dengan helaan nafas.
"Karena lo spesial" ujar Ray yang membuat Rasha tersenyum kecut.
"Omong kosong. Mereka hanya suka gue karena fisik ngga tulus dari hatinya. Gue denger dari seseorang yang dulu pernah ada hubungan sama gue . Gue malah nyesel pernah ada hubungan sama dia. Karena itu gue ngga merespon mereka. Gue trauma" Rasha sedikit tersadar apa yang dia bicarakan barusan. Dia sudah menceritakannya pada Ray. Dan dia tertegun. Bagaimana bisa dia memberitahu masa lalu dia. Rasha terdiam dan menatap ke arah lain.
Ray melihat gelagat Rasha seperti cemas. Laki-laki itu kemudian berdekhem. Dan memperbaiki posisi duduknya senyaman mungkin.
"Gue ngga ada maksud buat lo cerita masa lalu lo. Gue minta maaf" Ray tergugup.
Sedangkan Rasha berusaha menetralkan perasaanya. Dan menoleh sebentar ke arah cowok di sampingnya.
"Kenapa minta maaf. Ngga papa kok. Lo orang kedua yang tau masa lalu gue setelah kakak gue sendiri" ucap gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIKKA
Diversos"Kakak ngga sopan!" "Ngapain sopan sama dia. Mending, Acha jangan deket-deket dia deh!" "Kenapa kakak ngelarang ?!" "Pokoknya jangan deket-deket sama cowok itu. Kakak ngga suka!" Rafif tahu ini terkesan mengekang dan mengatur, tapi Rasha hanya mili...