PROLOG

2.3K 141 9
                                    

Pagi hari yang cerah di wilayah bagian utara Draumalond, Nordur. Seperti biasa semua penghuni (Madur) telah bangun untuk memulai aktivitas masing-masing. Tapi hari ini ada yang berbeda dari biasanya. Bangunan- bangunan terlihat sangat indah, jalan setapak dihiasi lampu berwarna-warni, pepohonan ditata dengan sempurna, dan setiap Madur berkeliaran dengan pakaian serba silver yang sangat serasi.

Yap. Hari ini merupakan hari yang istimewa di Nordur. Lebih tepatnya ini adalah hari perayaan festival yang hanya diadakan di Nordur. Ini merupakan salah satu perayaan terbesar yang ada di Draumalond.
Sudah lama sekali perayaan festival ini tidak dilaksanakan. Sejak kejadian seratus dua puluh tiga enam tahun yang lalu. Dimana keempat putra Sang Draumalond mengambil alih kepemimpinan.
Dan perayaan festival ini diadakan kembali karena berita tentang lahirnya Adalsmadur baru yang telah tersebar di seantero Nordur.

"Mama, apa aku boleh pergi ke festival?" Tanya seorang gadis kecil berumur 12 tahun.

Sang mama tersenyum sambil mengelus puncak kepala anaknya. "Maaf sayang, tapi kamu tidak bisa pergi kesana" Gadis kecil itu menangis dan langsung pergi ke kamarnya. Dia benar-benar ingin pergi ke festival.

"Prisskinn, aku tidak tega melihatnya bersedih. Sebaiknya kita ajak dia keluar."

Pria berambut panjang sebahu disebelahnya menghela nafas. Postur tubuhnya yang tegap dan tinggi, memaksanya untuk menunduk agar bisa menatap mata istrinya. "Apa kamu tidak menyayanginya Nemwa?"

Kali ini Nemwa yang menghela nafas panjang. Tentu saja dia sangat menyayangi anaknya. Tetapi dia juga tidak bisa melihat putrinya bersedih. "Hanya sekali ini saja Prisskinn, lagipula hari ini adalah hari ulang tahunnya." Mohon Nemwa kepada suaminya.

Prisskinn berpikir sejenak. Dia mengelus rambut istrinya yang tergerai indah kemudian mencium keningnya "Baiklah, aku tunggu diluar." Nemwa mencium pipi suaminya lalu segera menghampiri putrinya.

* * *

Gadis kecil berumur dua belas tahun itu tersenyum lebar melihat cahaya warna warni di sekelilingnya. Matanya berbinar-binar menatap ke arah penghibur yang sedang menampilkan aksinya. "Sangat indah ma," girang gadis kecil. Mamanya mengangguk setuju. Dia sangat bahagia melihat putrinya yang begitu bersemangat dan gembira.

"Ma, aku ingin pergi kesana. Boleh?" Gadis kecil menunjuk kerumunan anak-anak yang sedang bermain. "Hmm.. tentu saja, tapi jangan jauh-jauh ya sayang"

Gadis kecil langsung memeluk mamanya "Terimakasih ma" lalu ia berjalan menuju kerumunan.

Senyuman yang menawan menghiasi wajah si gadis kecil. Dia tertarik saat anak-anak yang lain sedang bermain dengan riang. Gadis kecil mendekat dan ikut bermain. Tidak lama kemudia datang dua orang pria dan wanita membawa sesuatu ditangannya. Kerumunan anak-anak bersorak kegirangan dan segera menghampiri mereka. Gadis kecil pun ikut penasaran. Kemudian kedua orang itu membagikan sesuatu yang dibawa kepada anak-anak yang berkumpul. Si gadis kecil hanya menatap dalam diam. "Apa kamu mau?" Tanya wanita itu ramah.

Gadis kecil itu mengangguk pelan, tapi dia tidak mengambil sebuah gelang yang disodorkan. "Kenapa, tidak suka ya?" Wanita itu tetap tersenyum ramah.

Gadis kecil menggeleng. Jujur saja dia sangat menyukai gelang berwarna silver dengan corak biru metalic yang mengkilap itu. "Aku tidak ada uang" jawabnya polos.

Sontak kedua pria dan wanita itu tertawa. Pria itu mengelus kepala si gadis kecil. "Ini kan perayaan festival, jadi semua dibagikan secara gratis, termasuk gelang cantik ini. Ayo ambillah" Senyum gadis kecil merekah. Dia mengambil gelang yang disodorkan lalu pergi, tak lupa ia mengucapkan terima kasih. Raut wajah kedua pria dan wanita itu seketika berubah saat melihat gadis kecil yang berlari santai sambil memegangi gelang pemberian mereka.

Tiba-tiba terdengar suara dentuman dan ledakan yang berasal dari arah barat. Semua orang menghentikan aktivitasnya. Kemudian beberapa pria pergi untuk memeriksa asal sumber suara.

"Dimana putri kita Nemwa?" Cemas Prisskinn.

"Tadi dia bermain disana tapi sekarang tidak ada, padahal aku hanya pergi sebentar. Tadi aku sudah bilang jangan main jauh" Nemwa menunjuk ke arah kerumunan anak. Segera mereka berdua berpencar untuk mencarinya.

Terdengar suara teriakan yang dapat memekakkan telinga dari arah barat. Terlihat dari kejauhan, dua orang berlari tunggang langgang diikuti banyak orang berjubah hitam dengan senjata ditangan mereka.

"Lari! Semua cepat lari!!" Teriak seorang pria paruh baya.

Semua orang yang melihat dan mendengar langsung berlari tidak karuan. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari gerombolan jubah hitam yang menyerang.

"Rainashy!" Seru Prisskinn yang melihat putrinya berada di tengah penyerangan. Dia langsung mengeluarkan sayap dan melesat terbang.

Dengan sekali kibasan sayapnya, tiga orang berjubah hitam terpental jauh. Prisskin mengeluarkan cakar tajamnya dan menggores dua orang yang tersisa. Lalu ia menghampiri Rainashy yang tergeletak di tanah. "Ayah" ucapnya pelan.

"Ya sayang, kamu tidak apa-apa?" Rainashy mengangguk lemah. Prisskinn bernafas lega dan mengecup dahi putrinya. "Ayo kita pergi dari sini" dengan hati-hati ia menggendong putrinya lalu terbang menjauh.

Dipertengahan jalan, Prisskinn dihadang oleh sekumpulan orang (Manna) sejenis dirinya. "Kau mau pergi kemana Prisskinn?" Sahut seorang pria yang muncul dibalik kumpulan orang yang menghadang.

Sayap coklatnya membentang lebar lalu bulu-bulunya melesat layaknya anak panah. Dengan sigap Prisskinn menangkis bulu yang keras dan kuat itu dengan sayapnya. Kemudian dia membalas, mengibaskan sayap kokohnya dan membuat beberapa orang terpental. "Ternyata kau masih hebat." Pria bersayap coklat itu membentangkan lagi sayapnya yang menyelimuti tubuhnya dari serangan Prisskinn. Dia menampilkan seringai yang membuat bulu kuduk merinding. "Tapi itu dulu!" Kibasan sayapnya membuat Prisskinn terpukul mundur.

"Jangan halangi jalanku Gorrjiv. Atau aku akan menghabisimu!" Prisskinn membalas menyeringai yang lebih menyeramkan.

Gorrjiv tertawa meremehkan. "Aku tidak takut padamu. Serang dia!" Anak buahnya menyerang secara bersamaan. Tapi dengan gesit Prisskinn berhasil menghindarinya lalu menyerang balik. Semua anak buah Gorrjiv terjatuh ke tanah, termasuk dirinya.

"Sudah ku katakan, jangan menghalangi jalanku Gorrjiv." Santai Prisskin melihat Gorrjiv tergeletak dengan sayap kirinya yang hilang.

Kemudian Prisskin membungkuk dan mengelus pipi putrinya yang ketakutan. "Tidak apa-apa sayang, ayah ada disini. Apa kamu terluka sayang?" Lembut Prisskinn.

Rainashy mengangguk dan menunjukkan luka goresan yang cukup panjang dan dalam dibagian lengan kirinya. "Ayo kita obati lukamu sayang." Senyum Prisskinn membuat tenang Rainashy.

Tiba-tiba sebuah tangan menembus jantung Prisskinn. Membuatnya berteriak kesakitan. "Kau hebat bisa mengalahkan mereka semua. Dasar Gorrjiv payah. Tapi kau tidak akan bisa mengalahkanku " Sombong seorang pria yang merupakan putra ke-empat Adalsmadur terdahulu.

"Rainashy, cepat pergi!" Perintah Prisskinn.

"Ayah.." Rainashy menatap nanar ke arah Prisskinn. Suara rintihan kesakitan kembali keluar dari mulut Prisskinn. "Pergi! Cepat pergi dari sini!" Tegasnya.

Putra ke-empat Adalsmadur terdahulu, bernama Baricron. Mengeluarkan tawa yang sangat menyeramkan. "Hebat kau masih bisa bicara, rasakan ini." Baricron menarik tangannya keluar dan membentuk sebuah lubang yang besar didaerah jantungnya. "Aaakkkhhh!!!"

"Ayah!"

"Rainashy!pergi!"

"Ayah!!!"

* * *

Maaf kalau tidak bagus dan menarik. Saya baru pemula.
Please like, comment and share

I Am AdalsmadurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang