Terdampar

491 55 4
                                    

Rainashy menggigit bibirnya kuat, berusaha menahan rasa panas dan perih tangannya. Ia berteriak lagi, tapi air bergejolak dan datang ombak yang sangat besar. Rainashy tidak sempat menghindar. Tubuhnya tertelan ke dalam ombak yang menghantamnya.

Matanya terbuka lebar dan mendapati dirinya berada di dalam air. Ia langsung panik setengah mati, karena dirinya tidak bisa berenang.

Rainashy mencoba dengan keras untuk keluar dari air. Berulang kali ia menggerakkan tangan dan kakinya dengan tidak beraturan. Nafasnya tinggal tersisa sedikit lagi. Ia tidak bisa lagi berpikir dengan baik karena terlalu panik.

Gelembung-gelembung air bergerombol keluar dari mulut Rainashy. Menghamburkan oksigen yang tidak lagi tersisa di rongga paru-parunya.

"Apa aku akan mati?" Pikirnya. Seiring wajahnya mulai pucat karena tidak ada lagi asupan oksigen. "Ayah, apa aku akan segera menyusulmu?" Tubuhnya terus tenggelam ke dasar danau.

Perlahan Rainashy menutup kedua kelopak matanya. Wajahnya semakin pucat pasi. Setitik air mata jatuh dan menyatu dengan air danau.
"Aku akan mati"

Tidak sekarang! Sebuah suara yang berbeda kembali menelusup ke dalam kepala Rainashy. Seketika itu juga Rainashy membuka matanya. Terpampang penampakan sosok seorang wanita di depan Rainashy.

Wajahnya tertutupi gelombang air yang mengelilingi tubuhnya. Tapi Rainashy dapat melihat seulas senyuman yang menghiasi wajahnya.

Ntah kenapa senyuman itu sangat meneduhkan Rainashy. Membuatnya lupa akan keberadaanya di dalam air. Seolah Rainashy bisa bernafas lega.

Wanita itu maju selangkah. Senyuman tetap menghiasi wajahnya. Rambut putih panjangnya terombang ambing arus yang mengelilinginya.

Kedua tangan wanita itu menyatu dan saling bertautan. Sinar kecil menyelimuti tangan wanita itu, kemudian mulai meredup dan wanita itu membuka tangannya. Sebuah permata kecil yang sangat indah berada dalam genggamannya.

Rainashy takjub melihat permata yang indah itu. Tangan lain wanita itu melambai ke arahnya. Mencoba memanggil Rainashy untuk mendekat.

Seolah terhipnotis dengan wanita itu, Rainashy bergerak mendekat hingga sampai di hadapan wanita itu. Hanya arus gelombang yang menjadi penghalang jarak mereka.

Wanita itu menjulurkan tangannya dan menerobos arus yang mengelilinginya. Satu tangannya menggenggam pundak Rainashy lembut. Tangan lainnya masih menggenggam permata kecil berwarna biru laut.

Rainashy membelalakkan matanya, nafasnya tercekat. Gelembung air kembali menyeruak keluar dari mulut Rainashy yang terbuka lebar.

"Ahhkk" lebih banyak gelembung air keluar karena Rainashy berteriak. Wanita itu menancapkan permata kecil berwarna biru ke dalam dada Rainashy.

Rasa sakit Rainashy semakin bertambah. Wanita itu menekan masuk permata kecil itu, menusuk semakin dalam dan dalam. Hingga menyatu dengan kulit Rainashy.

Belum selesai sampai disitu. Wanita itu mengarahkan telunjuknya ke arah belakang Rainashy. Ia memutar-mutar telunjuknya, membentuk sebuah pusaran yang cukup besar di balik punggung Rainashy.

Detik kemudian wanita itu mendorong Rainashy ke belakang. Tubuhnya berputar-putar mengikuti arus pusaran air itu.

Seulas senyum yang kian merekah terpampang di wajah wanita itu. Perlahan Rainashy terhisap ke dalam pusaran air "Tolong!" Teriaknya dalam hati sambil menatap ke arah wanita yang hanya diam menyaksikannya.

I Am AdalsmadurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang