Keinginan

601 69 2
                                    

Rainashy kecil berlari sekuat tenaga. Tidak diperdulikannya ranting-ranting pohon yang menggores lengannya. Dia terus berlari sambil menahan sakit dari darah yang semakin deras keluar.

Terdengar derap langkah kaki yang semakin mendekat. Rainashy kecil mempercepat larinya meskipun dia sudah sangat kelelahan. Sesekali ia menoleh kebelakang dan mendapati banyak anak panah melesat ke arahnya. Rainashy mengelak dan terjatuh ke tanah. Beberapa anak panah berhasil menghujam punggungnya.

"Ayah" lirihnya dalam isakan tangis. Rainashy tidak bisa lagi menahan rasa perih di seluruh tubuhnya.

Seorang pria jubah hitam mencekal bajunya dan mengangkatnya. Detik kemudian dia menusukkan pedang ke perut Rainashy, membuatnya menjerit kesakitan. Pria berjubah melemparnya kuat hingga membentur batang pohon. Tiba-tiba semua menjadi gelap.

Rainashy mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia berusaha bangkit tetapi kepalanya terasa amat pusing. Rainashy memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri tapi tidak dapat melihat apapun.

Dengan susah payah Rainashy mencoba berdiri dan akhirnya berhasil. Semua badannya terasa sangat nyeri. Ditambah lagi pusing kepalanya yang semakin bertambah. Rainashy memuntahkan seluruh isi perutnya.

"Dimana aku?" Ucapnya heran sambil membersihkan mulutnya. Sekelilingnya hanya diselimuti warna putih. Tidak ada apapun disini, hanya ruangan hampa.

Kakinya tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Rainashy memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang berada tidak jauh. Sebuah kursi dengan berbagai ukiran bunga menghiasinya. Itu adalah satu-satunya benda yang terlihat disini.

Sebuah tangan besar menyentuh lembut pundak Rainashy. Sontak ia menoleh dan mendapati seseorang berpostur tinggi dan tegap berdiri di hadapannya. Sosok yang sangat dirindukan Rainashy selama berpuluh-puluh tahun.

"Ayah" setitik air mata jatuh dari pelupuknya.

"Putri cantikku" balas Prisskin sambil merentangkan kedua tangannya. Segera Rainashy berhambur ke dalam pelukan ayahnya.

Mereka berdua duduk di kursi panjang sambil mengobrol. Seringkali Prisskinn dan Rainashy tertawa karena cerita lucu ayahnya.

Rainashy menatap lekat wajah ayahnya. "Aku sangat merindukan ayah" air matanya kembali jatuh.

Senyuman menghiasi wajah Prisskin. Ia mengelus puncak kepala Rainashy. Mata biru indahnya meneduhkan dan menenangkan hati. "Ayah juga sayang.. kamu sudah besar sekarang"

"Ayah tidak akan pergi lagi kan? Ayah akan terus bersamaku kan?" Tanya Rainashy sambil memeluk ayahnya.

Suasana menjadi hening.

"Tidak bisa sayang, ayah tidak bisa menemani kamu. Maafkan ayah.." sesak Prisskinn.

Segera Rainashy melepaskan pelukannya dan menangis dengan dagu di topang kedua tangannya. "Kenapa ayah?"

Prisskinn mengelus lembut pipi putrinya. "Rainashy, sekarang ada Xarcaleo dan Launara disampingmu, mereka pasti akan menjaga dan menemanimu."

"Tapi ayah-"

"Ayah ingin kamu menjalani hidup kamu yang sekarang. Lupakanlah tentang masa lalu, ayah ingin kamu bahagia Rain." Prisskinn menghapus air mata putrinya.

I Am AdalsmadurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang