Dengan cepat mereka sampai di tepi pantai. Tanpa membuang waktu Launara dan Harel segera berlari menuju rumah yang berada tidak jauh.
Harel mengetuk pintu rumahnya. Detik berikutnya seorang wanita membuka pintu. Yarlina sedikit terkejut dengan kedatangan anaknya dan Launara.
"Kalian sedang apa disini? Bukankah ini masih jam sekolah?" Tanya Yarlina.
Harel dan Launara saling menatap lalu mengangguk. Harel berbicara. "Ibu.. tau sesuatu tentang Rainashy?"
Yarlina mengernyitkan keningnya tidak mengerti. "Memangnya ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan Rainashy?"
Harel menghela nafas panjang. Dia melirik sekilas ke arah Launara.
"Ada apa Harel?" tanya Yarlina lagi.
"Rainashy hilang bu." ucap Harel pelan.
Seketika tubuh Yarlina merosot jatuh ke tanah. Dia menutup mulutnya rapat-rapat. Harel buru-buru menghampiri ibunya.
"Ibu kenapa?" tanya Harel khawatir.
Yarlina menggenggam erat tangannya Harel. "Dia datang... Dia datang... Mereka datang."
Harel mengerutkan keringnya bingung. Ibu memegangnya sangat erat, dia juga terlihat ketakutan. "Ada apa ibu? Siapa yang datang?" tanya nya pada Yarlina.
"Saudara ibu... para putra Adalsmadur."
Seketika wajah Launara berubah pucat pasi. Dia bisa merasakan hawa dingin yang mulai menusuk pori-pori kulitnya.
Harel menatap tidak mengerti ke arah Yarlina. "Saudara ibu? Putra adalsmadur? Maksud ibu apa?"
Belum sempat Yarlina menjawab, tiba-tiba terdengar suara berat yang memanggil dirinya. "Adikku..oh adikku.. keluarlah." Tatapan wanita itu beralih ke arah gagang pintu yang sedikit bergoyang. "Temuilah kakakmu ini.. jangan sampai aku harus merusak rumahmu yang saangat cantik ini." Sarkasme suara berat itu.
Harel menoleh ke arah ibunya. Menanyakan apa yang harus dilakukan. Dilihatnya pintu semakin bergetar. Mereka tidak bisa tinggal diam seperti ini. Bisa-bisa nanti benar dia akan menghancurkan rumah mereka.
"Baiklah aku saja yang menemui mereka." Harel bergerak menuju ke arah pintu. Secepatnya Yarlina menahan putranya. "Jangan!"
"Cepat pergilah dari sini. Mereka sangat berbahaya." pinta sang ibu tapi Harel menggeleng. "Aku tidak akan meninggalkan ibu."
Yarlina menghela napas berat, melihat sekilas ke arah pintu. Lalu tangannya mengelus lembut pipi putranya. "Ibu mohon.."
Harel mengelak dari tatapan memelas ibu. Menggeleng dan menurunkan tangan Yarlina. Dia tidak akan pernah meninggalkan ibunya, apapun yang terjadi.
"Launara..." Yarlina beralih menatap, berbisik pelan. Gadis itu menghela napas lalu mengangguk.
Ketika Harel berbalik melihat mereka. Yarlina menghembuskan serbuk putih ke arahnya. Harel terbatuk lalu merasakan pusing yang sangat hebat. "Apa yang i-bu.. laku-" pria itu tergeletak di lantai.
Segera Launara langsung memapah Harel. Meletakkan sebelah tangan di pundaknya "Pergilah ke gunung.." Yarlina mengecup singkat dahi anaknya. "Kumohon.. jaga dia."
Gadis rambut putih itu mengangguk. Bersiap untuk pergi, tapi gemuruh diluar lebih cepat menghancurkan. Dengan sigap Yarlina menahan dinding yang mengarah ke mereka. Sekarang bagian depan rumah sudah tak berbentuk. Terlihat 2 orang pria berjubah emas berjalan di balik kepulan debu.
"Beginikah caranya menyambut saudaramu?" Pria di sebelah kanan melepas tudung jubahnya diikuti pria satunya.
Launara menatap diam dua orang pria itu. "Kembar.."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Adalsmadur
Fantastik"Berbahagialah.. karena kalian bukan diriku. Karena ku rasa kalian takkan sanggup lagi menjalani hidup ini." ~~~¤¤~~~ Dari kecil Rainashy selalu dirundung kesedihan. Terasingkan dari dunia luar. Orangtuanya tidak pernah m...