Kembali

369 40 3
                                    

"Baiklah jika itu maumu..." ujarnya

Lalu Xarcaleo mengepalkan tangannya. Air mengumpul mengelilingi lengannya. Kemudian ia mengambil ancang-ancang untuk menghabisi nyawa Yarlina.

"Selamat tinggal putri" Xarcaleo langsung melesatkan pukulan ke arah Yarlina.

"Hentikan" sahut seseorang.

Segera Xarcaleo menghentikan serangan yang akan di layangkannya. Dia menoleh ke sumber suara. Yarlina juga ikut menoleh perlahan. Mereka berdua penasaran sambil memandang ke arah laut.

Sebuah bayangan siluet dari balik kabut berjalan mendekat. Perlahan kabut yang menutupi laut memudar lalu menghilang. Menampakkan jelas sosok sileut yang berjalan dengan anggun di permukaan air. Xarcaleo dan Yarlina terperangah melihat sosok itu.

"Ra...rain....Rainashy.." ucap Xarcaleo.

"Apa yang kau lakukan paman? Letakkan dia.." ujarnya sambil terus berjalan dengan anggun ke bibir pantai.

Xarcaleo melirik ke arah Yarlina yang di cengkramnya. Lalu ia kembali menoleh Rainashy. "Tapi..-" ucapannya terpotong.

"Apa kau ingin membunuh sang putri, paman?" Tanya Rainashy.

Tidak ada jawaban, Xarcaleo hanya terdiam. "Cepat lepaskan dia paman. Ini perintah." Tekan Rainashy dengan muka datarnya.

Xarcaleo sedikit terhenyak mendengar ucapan keponakannya. Detik berikutnya ia melepaskan cengkramannya dan membiarkan Yarlina jatuh tersungkur. Amarahnya mulai mereda dan iris matanya kembali berubah biru. Baju dan rambutnya juga sudah kembali seperti semula. Angin kencang yang berhembus perlahan sirna. Berganti dengan angin sepoi-sepoi pantai yang menyejukkan.

Kaki Rainashy telah menapak di pasir pantai. Mata kuning cerahnya yang telah berubah merah menatap dingin ke arah Xarcaleo. Membuat pria itu langsung menundukkan wajahnya, tidak berani menatap keponakannya.

Tatapan Rainashy beralih kepada Yarlina yang berusaha untuk berdiri. Dia mendekati wanita itu dan membantunya bangkit. Yarlina terkejut ketika tangan tangan halus nan dingin menyentuh kulitnya. Sontak ia mendongakkan kepalanya dan mendapati Sang Adalsmadur menolongnya. Tentu saja ia tidak bisa menolaknya.

"Kau tidak apa-apa putri?" Tanya Rainashy. Masih tetap tanpa ekspresi.

Yarlina mengangguk lemah sembari tersenyum ke arah Rainashy, tapi tidak berbalas. "Terimakasih Yang Mulia" ujarnya.

"Jangan panggil aku seperti itu. Aku sama sekali tidak menyukainya" sinis Rainashy.

Secepatnya Yarlina menundukkan kepala. "Maafkan hamba Yang Mu... maksudnya Rainashy..."

Rainashy hanya memberikan deheman singkat. Lalu berjalan meninggalkan mereka berdua menuju rumah Yarlina. Dia berhenti dan menoleh sekilas ke belakang. Matanya mengarah ke Harel yang tergeletak tidak sadarkan diri.

"Paman, bantu lah sang Putri untuk membawa anaknya. Jangan lupa meminta maaf." Lalu ia melangkah lagi.

Detik berikutnya dia berhenti lagi. "Setelah itu terimalah hukuman yang ku berikan." Katanya datar. Rainashy kembali berjalan dengan santai tidak memperdulikan Xarcaleo yang terperangah dan terkejut mendengarnya.

I Am AdalsmadurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang