Rainashy mengepakkan sayapnya lalu mendarat turun di halaman rumahnya. Setelah kakinya menapak, sayapnya yang mengembang langsung menutup.
Iris ungu cerahnya melihat ke arah pintu rumahnya ternyata terbuka. Benar yang dikatakan suara itu kalau pamannya sedang berada dirumah.
Rainashy menarik nafas lalu langsung masuk ke dalam rumahnya. Dia melihat sang paman sedang sibuk membaca sebuah buku di sofa ruang tamu.
Rainashy menghela nafas karena pamannya sepertinya tidak menyadari kehadirannya. Dia pun memutuskan untuk memanggil Xarcaleo. "Paman.."
Sontak Xarcaleo menolehkan kepalanya. Wajahnya terlihat terkejut dengan kehadiran Rainashy. "R-rain... apa yang kau lakukan disini? Bu-bukankah kau sedang ke sekolah?" Ucapnya gugup.
Rainashy mengernyitkan keningnya merasa heran. "Bagaimana paman bisa tau kalau aku berada di sekolah?"
Xarcaleo menggaruk tengkuknya. "Itu.. sebenarnya.. secara diam-diam, Launara sering memberiku kabar tentang kalian..." jujurnya.
Rainashy mendengus pelan. Lalu menatap dingin ke arah Xarcaleo. "Jadi.. apa yang paman lakukan disini?"
Xarcaleo bangkit dari duduknya. Dia menutup buku yang terbilang tebal dihadapannya lalu mendekapnya. "Ini.. aku hanya ingin mengambil buku."
Rainashy berdehem singkat. Dia tetap menatap Xarcaleo yang masih setia di tempatnya. "Jadi apa yang paman tunggu?.. bukunya sudah dapatkan?.. paman bisa pergi sekarang.." datarnya.
"Eh- iya.. baiklah, aku akan mengambil satu buku lagi. Setelah itu aku akan pergi." ucapnya. Lalu berjalan kembali ke tumpukan buku di rak panjang.
Rainashy diam saja, dia memilih duduk di sofa membiarkan pamannya memilah-milih buku. Rainashy melirik ke arah Xarcaleo yang sudah cukup lama memilih buku, tapi tak kunjung selesai.
"Cepatlah paman" protesnya.
Xarcaleo menoleh ke belakang. "Ah.. iya, ini sudah dapat bukunya."
Rainashy mengangguk. "Yasudah kalau begitu, paman permisi pergi dulu." Ucap Xarcaleo.
Saat hendak memutar kenop pintu. Rainashy menghentikan tangannya. "Jangan keluar paman" ucapnya.
"Ada apa Rainashy?" Tanya Xarcaleo.
Rainashy menghela berat. "Mereka sudah tiba" ucapnya tetap datar.
Xarcaleo menautkan kedua alisnya tidak mengerti. Dia menatap keponakan satu-satunya itu. Xarcaleo dapat melihat raut kegelisahan di wajahnya, walau samar-samar tapi bisa dipastikan ada sesuatu yang tidak beres.
Akhirnya dia memutuskan untuk membuka segel kekuatannya. Buliran air mengelilingi tubuhnya. Rainashy sedikit terkejut melihat pamannya. Walaupun ini bukan yang pertama kalinya dia melihat. Tapi tetap saja merasa sedikit berbeda.
Xarcaleo telah berubah, mata hijaunya bersinar mengkilap. Rambut abu-abunya memanjang dan berubah putih. Dia telah memakai jubah kebesarannya, juga mahkota dari rumput laut.
"Akh.. gawat" ucapnya. Setelah mengeluarkan kekuatannya. Ternyata dugaannya benar, dia merasakan aroma menyengat dari jarak yang dekat.
"Snudra dan Ilmenni." Cercanya. Xarcaleo melihat ke arah keponakannya. Sudah pasti mereka kesini untuk menangkap dia yang merupakan sang Adalsmadur.
"Rainashy..." panggilnya.
Rainashy menoleh kepada pamannya. Sepertinya dia tau apa yang ada didalam pikirannya Xarcaleo. "Kita harus pergi" ucapnya.
Xarcaleo mengangguk setuju. Dia mengambil dua buku tebal yang dicarinya. Setelah itu dia mengarahkan telapak tangannya ke arah dinding yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Adalsmadur
Fantasy"Berbahagialah.. karena kalian bukan diriku. Karena ku rasa kalian takkan sanggup lagi menjalani hidup ini." ~~~¤¤~~~ Dari kecil Rainashy selalu dirundung kesedihan. Terasingkan dari dunia luar. Orangtuanya tidak pernah m...