4

520 54 6
                                    

hai, semuanya....

akhirnya aku bisa update juga... yg baca cerita ini, maaf -______________- lagi sibuk ngurus Akreditasi program studi di kampus dan pulangnya malam terus....

btw. happy reading ya :)

================================================================================

Dini hari itu ketika hujan baru turun rintik-rintik, aku memasuki pelataran rumahku yang diterangi sinar lampu yang benderang. Badanku terasa pegal karena kupaksa untuk berpesta tanpa henti untuk beberapa malam. Dan kupikir aku perlu untuk beristirahat barang sehari atau dua hari sebelum memulai kembali kesenangan yang lainnya.

Suasana gelap adalah hal yang pertama kali kudapati ketika aku membuka pintu rumahku. Tanpa terburu-buru aku melintasi ruang tamu. Semula aku berniat pergi ke dapur untuk minum segelas air ketika tak sengaja retina mataku memicing menemukan sesosok tubuh di atas sofa.

Aku mendekat dan langsung saja rahangku mengeras melihat tubuh yang tertidur itu hanya berselimut sehelai kain tipis sedangkan di luar hujan tengah turun. Tanpa membuang waktu aku beranjak ke belakang. Aku langsung saja menggedor beberapa pintu di sana dan sontak wajah kantuk beberapa orang asisten rumah tanggaku muncul secepat mungkin di hadapanku.

Bisa kulihat wajah kaget dan ketakutan tersirat di sana. Ya, mereka memang pantas untuk takut.

"Apa saja yang kalian lakukan sampai-sampai Kiandra tidur di ruang tamu!?"

Mereka memucat mendengar pertanyaan penuh amarah yang terlontar seketika dari mulutku.

"Jawab!" sentakku sekali lagi ketika tak ada tanda-tanda dari mereka akan menjawab pertanyaanku.

"Maaf, Tuan." Seorang asisten rumah tanggaku yang terlihat sudah cukup berumur tampak berusaha mengucapkan kata-katanya seraya terus menunduk. "Kami sudah melarang, tapi Nyonya tak mau mendengar."

Aku diam. Menunggu kelanjutan perkataannya.

"Nyonya bilang Nyonya mau menunggu Tuan pulang."

"Menungguku pulang?" Tanpa sadar aku malah menanyakan hal itu. "Sudah berapa hari dia seperti itu?"

"Semenjak Tuan pergi."

Dan seketika aku langsung membubarkan mereka. Aku beranjak dan menuju tempat dimana Kiandra tengah tertidur dengan sehelai selimut tipis yang menutupi tubuhnya.

Aku berjongkok di sampingnya.

Bodoh! Untuk apa kau lakukan ini?

Ya, untuk beberapa hal, aku memang tak akan pernah mengerti pikiran Kiandra dengan segala macam kepercayaan, harapan, dan keajaibannya itu. Kita berbeda, Kian, desahku.

Beberapa saat kemudian, kubawa jemariku merapikan anak rambutnya yang berjatuhan di sisi wajahnya. Dan tanpa sempat berpikir apapun, aku segera meraih tubuh mungil itu ke dalam rengkuhanku. Kiandra tampak menggeliat sekilas ketika kutuntun kedua tangannya untuk melingkar di leherku. Lalu, aku bangkit menggendong tubuhnya.

Kurasakan wajahnya yang menyuruk di dadaku. Napasnya berhembus dengan pelan dan teratur. Ia tampak nyenyak bahkan ketika langkah besarku mengayun tubuhnya perlahan di dalam gendonganku.

Lantas, kubaringkan ia di atas tempat tidurku dan kututupi tubuhnya dengan selimut tebal. Senyum manis sempat kulihat di bibirnya sebelum ia berkata.

"Enrick."

*****

Aku benar-benar tak habis pikir sebenarnya terbuat dari apa otak Kiandra. Pagi itu ketika aku bangun, aku langsung mendapati dirinya yang sudah tak ada lagi di sampingku. Ia sudah bangun kala itu. Dan ketika aku turun ke bawah, aku semakin melongo dibuatnya.

MORE THAN A MIRACLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang