Prolog

28 1 0
                                    

Namaku Lacerta Aquila La Cassiopeia, seorang putri bangsawan sekaligus panglima perang pasukan kerajaan Luminalake. Aku adalah salah satu pemilik kartu Arcana Mayor, kartu yang kupunya berjumlah dua buah. Kartu kesebelas Justice dan kartu ke-20 Judgement. Kutukan kartu ini muncul di bagian kaki kiriku. Simbol yang terlihat seperti tato terbentuk sejak kartuku aktif. Simbolnya menyerupai lambang timbangan.

Aku tinggal di kota ini sejak dua belas tahun yang lalu. Istananya berada di tengan danau yang indah. Ya... sebenarnya di danau ini terdapat buaya. Tapi hanya dua ekor. Kami percaya kalau buaya ini adalah penjelmaan dari sepasang kekasih yang dikutuk. Sejujurnya aku tak mempercayainya sama sekali. Tapi, mau bagaimana pun ini tetap tempat di mana aku dibesarkan.

Saat berusia enam tahun, Raja Ramos dan Ratu Clarissa mengadopsiku. Mereka adalah orang yang sangat baik. Mereka juga memperkenalkanku asisten bernama Centralia Loussier. Bahkan aku tak menyangka kalau sebenarnya mereka adalah orang tua angkatku. Kebijakan dan program kerja mereka membuat kerajaan ini menjadi kerajaan terjaya di masa itu. Namun, setahun kemudian mereka meninggal karena dibunuh oleh para penjarah yang datang. Dengan mata kepala sendiri aku melihat ratusan anak panah menembus tubuh mereka. Tepatnya di bagian jantung. Tentu saja mereka langsung mati di tempat.

Karena tak terima mereka berdua mati, kartu kebalikan Judgement pun tak sengaja aktif. Tapi tetap saja aku tak bisa menghidupkan mereka kembali karena kartu itu kupakai saat kebalikannya. Karena rasa dendam sudah membelenggu seluruh tubuhku, sambil mendekati para pembunuhnya aku membawa sebilah pedang. Saat aku menodongkannya, kartu Justice pun langsung aktif dengan sendirinya. Saat itulah semua tubuh pembunuh orang tuaku terpencar menjadi beberapa bagian.

Setelah kejadian itu berlalu, kekosongan kepemimpinan menjadi masalah utama. Karena aku masih kecil, tentunya aku tak diperbolehkan untuk menjabat sebagai raja. Suatu hari, seorang pemuda bernama Lux Kressen mencalonkan diri sebagai raja. Rakyat pun sepertinya juga setuju. Karena tak ada kandidat lain yang menyalonkan, dengan otomatis ia mendapat jabatan itu. Tapi, sebenarnya kartu Arcana Minor King Of Wands tak kunjung muncul.

Menyadari bahwa hanya keluarga resmi raja lah yang bisa jadi raja, ia selalu melatihku dengan keras. Bahkan ia memisahkanku dengan Centralia. Selama dua tahun ia terus mengasahku dengan kemampuannya. Saat berlatih pedang pun ia tak memberikanku kesempatan malawan. Kadang-kadang aku dicambuk dan dipukul oleh tongkat. Memang menyedihkan. Tapi sisi baiknya aku mendapatkan Queen Of Wands. Tentu saja aku tak memberitahu pak tua itu. Jika tahu ia pasti akan menikahiku.

Setelah usiaku menginjak sembilan tahun, ia memperkenalkanku kembali dengan Centralia. Sejak saat itu ia terus menjadi pelatih sekaligus asistenku. Tiap hari aku selalu berlatih bersamanya. Awalnya memang latih pedang lawan pedang. Tapi, makin hari ia selalu melawanku menggunakan senapan. Aku tak tahu di mana ia mendapatkan senapan itu beserta amunisinya. Sebenarnya ia pemilik Arcana Mayor juga, namanya The World. Selama ini aku belum pernah melihatnya menggunakan kartu itu. Ia selalu bilang kalau menggunakan The World tubuhnya pasti akan lumpuh untuk sementara.

Dan sekarang, usiaku tujuh belas tahun. King Lux mengangkatku menjadi panglima perang pasukan kerajaan. Karena keberadaan kartuku sudah terbongkar, King Lux membuat banyak kebijakan yang menurutku sangat mendesak para penduduk. Balasan yang setimpal dengan perbuatan, tiba-tiba itu menjadi motto kerajaan kami.

Tapi kebijakan itulah yang membuat kerajaan kami sejahtera. Setiap warga yang bermasalah akan dieksekusi oleh kartu Justiceku secara massal di lapangan eksekusi, mau itu karena masalah kecil ataupun besar. Tapi, untuk warga yang dieksekusi karena masalah kecil selalu selamat karena mendapat perlindungan dan pengampunan dari Judgement yang selalu kuaktifkan setelah eksekusi.

Sebenarnya kebijakan ini membuat penduduk makin berkurang. Angka Mortalitas jadi lebih besar dari Natalitas. Meskipun banyak rakyat yang melakukan demonstrasi, King Lux tetap tak mencabut kebijakan itu. Ia menilai bahwa kebijakan itulah yang membuat rakyat menjadi sejahtera dan harmonis. Kalau menurutku, sebaiknya ia membuat kebijakan lain yang membuat rakyat lebih harmonis.

Awalnya mungkin kerajaan kami sejahtera, tapi itu sudah berubah sejak dua bulan yang lalu. Tiba-tiba penduduk menghilang dalam skala yang cukup besar. Itu pun selalu terjadi setiap harinya. Tidak diketahui apa penyebabnya. Yang jelas saat ditemukan hanya tersisa jasad yang tak memiliki anggota tubuh lengkap. Bukan hanya itu, rakyat juga tiba-tiba selalu tersesat meskipun sedang berada dalam daerah kerajaan. Katanya, tiba-tiba mereka masuk ke hutan yang sangat gelap dan berkabut. Tapi yang tersesat pun bernasib sama. Tak ada orang yang selamat. Dan jasad itu pasti dalam keadaan yang tragis. Mungkin saja roda keberuntungan tak memihak kami lagi. Aku sedikit khawatir dengan keadaan Michelest sang pemilik The Wheel Of Fortune.

Ditengah kejadian ini, kerajaan pemilik kartu The Magician dan Strength yaitu () selalu melancarkan serangan. Sepertinya melakukan genjatan senjata pun percuma saja. Padahal kerajaan mereka pun dilanda konflik yang sama.

Sebagai calon Ratu, tentu saja aku tak terima dengan musibah yang menimpa rakyatku dan kerajaan tetangga lainnya. Aku pun berpikir untuk menyelidiki kejadian tersebut. Kejadian ini tak boleh berlangsung begitu lama. Jika begitu, maka kerajaan ini akan runtuh seutuhnya. Keseimbangan dunia ini pun akan hilang dan lenyap. Uno Game, Monster remi dan pemilik kartu lain. Meskipun sebenarnya aku tak akan menang melawan The Fool seorang diri.

Saat ini aku berada di kota kerajaan tetangga. Berpatroli dan mencari beberapa stok bahan makan untuk rakyat kami. Jujur saja, rakyat kami yang berada di kota lebih sejahtera daripada para penduduk yang berada di desa. Dungeon yang letaknya beberapa ratus meter dari istana mulai aktif. Sesekali timku selalu membantu para penduduk yang sedang memperbaiki perekonomian mereka.

Setelah memberli beberapa padi dan bahan makan lainnya, kami pun kebali ke istana. Saat menyebrangi perbatasan, aku merasakan beberapa mata sedang mengawasi kami. Penjarah? Aku sedikit khawatir jika kami kalah jumlah. Bahan pokok sedang menjadi benda utama yang sedang dicari. Mungkin saja para penjarahnya hanya penduduk miskin yang sengsara.

" Oi! Aku Jendral Lacerta! Secara damai kami meminta kalian untuk tak berbuat macam-macam! Kami tahu bagaimana perasaan dan penderitaan kalian karena krisisi yang melanda tujuh kerajaan bagian. Memang pemerintah bersikap otoriter dan semena-mena terhadap rakyat. Tapi, kumohon biarkan kami lewat. Kami akan meninggalkan beberapa kantung beras jika kalian menyetujuinya," aku pun memberikan tawaran kepada mereka.

" Tuan putri, apa tak apa?" tanya salah satu prajurit.

" Lebih baik daripada terluka dan terdapat korban." Setelah mengatakan itu, sosok anak kecil menghampiri kami.

Keadaannya sangat memprihatinkan. Meskipun ia memakai jubah, dapat kulihat tubuhnya hanya tinggal tulang yang dilapisi kulit. Kurus kering, sepertinya mereka lebih sengsara daripada kerajaan kami. Tubuhnya pun sangat kotor dan mengeluarkan bau yang sangat menyengat. Memang... menjijikan. Ia pun mendekat.

" Maaf kak. Kami hanya membutuhkan satu kantung beras saja. Setidaknya kami bisa makan untuk hari ini," nada bicaranya terdengar sangat kaku. Terdengar seperti radio rusak.

" Kami akan memberikan dua kantung beras dan satu kantung kentang. Buatlah menjadi bubur agar lebih banyak. Kalian hanya boleh memakan kentang pada saat keadaan darurat. Ingat, pasak hingga matang. Setidaknya kalian akan kenyang meskipun gizinya berkurang," ucapku sambil memberitahu cara memasaknya agar tak cepat habis.

" Benarkah? Terima kasih dewa. Kau telah memberikan kami anugerah. Kakak pasti akan menjadi prajurit yang hebat. Kami sangat berterima kasih." Anak itu langsung memanggil beberapa penduduk untuk mengangkut barang yang kami berikan.

Setelah menurunkan beberapa karung bahan makanan, kami pun pamitan dan langsung kembali ke istana. Setelah sampai ke perbatasan, Centralia seudah menjemputku.

ENDLESS CARD WORLD : JUSTICE AND INIQUITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang