Chapter 6 : Alasan

10 0 0
                                    

Hmmmm, Lacerta bagaimana ya? Aku harap ia baik-baik saja. Habisnya ia selalu saja ceroboh. Yang kubisa bantu hanya memberinya obat-obatan.. Ahahaha... jadi ingat masa lalu. Ia selalu takut jika kuajak ke tempat yang gelap. Centralia-san memang menakutkan. Bisa-bisanya menceritakan kisah hantu pada anak majikannya sendiri. Hingga jadi trauma begitu. Mungkin lebih tepatnya... majikan lama yang terlihat seperti orang baru.

Tapi... sekarang ia sudah tumbuh menjadi ksatria yang kuat. Ambisi yang terlihat dimatanya kadang selalu membuatku takut. Jadi ingat caranya dulu selalu mempermainkanku. Tapi... aku sangat bersyukur karena masih bisa bertemu dengannya. Yah... meskipun sudah tak memiliki pangkat sebagai pangeran lagi.

Justice dan Judgement ya? Untuk Justice sih aku tak memerdulikannya. Tapi... Judgement... sebentar lagi ia akan terbalik. Centralia-san juga sepertinya akan kembali bereinkarnasi karena kekuatannya selalu dipakai agar kartu itu tak terbalik. Di sela waktu itu.. pasti malapertaka yang ditimbulkan kartu itu akan datang. Belum lagi dunia sedang kacau. Aku harus melakukan sesuatu.

Ha! Jadi lupa. Sebaiknya aku jangan terus di sini. Bisa-bisa nanti rencanaku gagal semua. Saa, pertama aku harus meluruskan masalah dengan gadis ambisius itu. Bisa-bisanya ia lupa pada tuannya sendiri. Setidaknya peka sedikit kek. Tapi... bukannya aku peduli. Hanya saja ini masalah yang berat... jadi mau bagaimana lagi. Aku akan memberinya palajaran.

Perlahan aku kembali menelusuri hutan yang sempat menjadi tempat perkelahian. Arthariot memang pandai membuat jebakan atau pun ilusi. Aku sendiri sempat tersesat saat akan menyelamatkan Lacerta. Tapi untunglah ia masih hidup. Bagaimana pun juga... kekasihku tak boleh mati sebelum diriku.

Setelah cukup lama menerjang rumput dan ranting yang ada... akhirnya aku sampai ke tempat gadis tadi. Sial! Penghalang yang ia buat susah sekali untuk dibobol. Bahkan aku tak bisa menggunakan kartuku untuk menembusnya. Ia juga memasang perangkap di mana-mana. Sekarang dimana ia?

Perlahan aku memandang lingkungan sekitar. Karena banyak semak-semak dan pohon... bisa saja tiba-tiba ia menyerangku. Tapi aku yakin ia tak akan melakukannya. Jadi... mana dia? Masa aku harus meneriakkan namanya. Lagi pula, hutan ini tak cukup aman. Monster remi bisa saja datang dengan tiba-tiba. Ya mungkin hutan ini aman... tapi hanya di dalam reruntuhannya. Tak salah sih, habisnya ratu selalu bereinkarnasi di sini. Baiklah... mungkin aku harus memanggil namanya. Tapi... bukannya aku peduli. Hanya saja ia pasti tak akan muncul jika tak dipanggil.

"Oi! Gadis singa! Kau di mana?! Tak usah bersembunyi kok. Aku tak akan menggigit." Mencoba memanggilnya, aku berteriak sekuat tenaga. Ah, lama kelamaan aku dapat mendengar gema suaraku sendiri. Urgh! Aku jadi mulai kesal.

Saat akan meninggalkan tempat tadi aku berdiri, tiba-tiba bayangan singa terpantul dari cahaya matahari. Menyerang saat aku lengah... tak buruk juga. Jadi ia ingin berbuat curang ya? Baiklah, akan aku layani dengan senang hati.

Saat singa itu berada tepat di depan mataku, dengan sekali tebasan aku menghancurkannya. Ehhh, mudah juga. Tak heran sih. Ia pasti mengeluarkan tenaga yang besar saat melawan Lacerta. Seling beberapa detik, singa yang lain ikut menyerangku. Tapi... seperti yang aku duga. Mereka tiba-tiba hilang sebelum menyentuhku. Sekarang tenaganya benar-benar terkuras.

Dengan fokus yang tinggi aku melempar pisau tepat 180 derajat ke arah utara. Pisau itu pun langsung menancap di pohon... tepat menggores pipi gadis singa itu dengan tipis. Matanya langsung terbelalak kaget ketika melihatku. Apa ia saking terkejutnya begitu? Padahal hanya adegan Mainstream yang sering terjadi. Kami memang sudah lama tak bertemu.

Yah... mau bagaimana lagi. Sepuluh tahun bukan waktu yang cukup sebentar. Sekarang ia pun duduk lemas di depan pohon tadi. Wajahnya memberiku tatapan kesal yang amat luar biasa. Oi bukannya aku yang seharusnya kesal? Kau yang berbuat kau yang kesal. Dasar bocah. Tak salah jika kau tak berubah. Kan kugelitik kau hingga tertawa. Bersiaplah.

ENDLESS CARD WORLD : JUSTICE AND INIQUITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang